26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Hubungan TNI-Polri Membahayakan

Foto" Dalil Harahap/Batam Pos Latfor dan Polda Kepri olah TKP di barak teratai Makobrimob, Tembesi, Batuaji, Kamis (20/11).
Foto” Dalil Harahap/Batam Pos
Labfor dan Polda Kepri olah TKP di Barak Teratai Makobrimob, Tembesi, Batuaji, Batam, Kamis (20/11).

SUMUTPOS.CO – Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno blak-blakan terkait kasus ‘perang’ antara anggota Yonif 134/Tuah Sakti kontra Brimob Polda Kepri di Tembesi, Batam, yang meletus Rabu (19/11).

Tedjo menceritakan, kejadian memang berawal dari masalah sepele, saling tatap antara anggota TNI dengan anggota Brimob, yang usianya masih muda-muda. Namun, lanjutnya, ketegangan memuncak lantaran para prajurit itu sudah tidak lagi mematuhi perintah atasan yang berupaya mengerem agar ketegangan tidak berlanjut.

“Ada beberapa anggota yang tak mentaati pimpinan, subordinasi, tak taat, melawan perintah pimpinan. Ini bahaya,” ujar Tedjo di Jakarta, kemarin (20/11).

Tarafnya sudah membahayakan, lanjutnya, lantaran para oknum prajurit TNI itu membobol paksa gudang senjata, lantas melakukan penembakan-penembakan.

“Mereka secara kasar mengambil senjata (dari gudang) dan menembak-nembak di depan Markas Brimob,” kata dia.

Apakah ini terkait dengan kasus bentrok terkait beking penimbun BBM 21 September 2014? Tedjo tidak membantah. “Iya, mereka masih ada dendam. Ini rawan. Hanya diawali tatap muka, cekcok mulut (berkembang menjadi bentrok bersenjata, red),” ujarnya.

Menkopolhukam menginstruksikan agar Kapolri dan KSAD saling berkonsolidasi dengan satuan masing-masing. Dia menuturkan, pihaknya akan mengusut tuntas kasus bentrok tersebut, termasuk pemberian sanksi, sesuai instruksi presiden.

“Pasti (ada sanksi). Beliau (presiden) perintahkan untuk segera didamaikan dan untuk pelakunya dikenai tindakan disiplin, ada hukuman dari kedua belah pihak. Bisa hukuman administrasi, pemindahan yang bersangkutan atau yang paling berat dipecat kalau itu memang betul-betul inkoordinasi, tidak mengindahkan perintah atasan,” paparnya.

Agar tragedi tak terulang lagi, dia mengimbau para komandan agar rajin melakukan pembinaan kepada para anggotanya. “Bisa dengan olah raga bersama misalnya, sehingga merasa sebagai satu keluarga,” pungkasnya. (sam)

Foto" Dalil Harahap/Batam Pos Latfor dan Polda Kepri olah TKP di barak teratai Makobrimob, Tembesi, Batuaji, Kamis (20/11).
Foto” Dalil Harahap/Batam Pos
Labfor dan Polda Kepri olah TKP di Barak Teratai Makobrimob, Tembesi, Batuaji, Batam, Kamis (20/11).

SUMUTPOS.CO – Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno blak-blakan terkait kasus ‘perang’ antara anggota Yonif 134/Tuah Sakti kontra Brimob Polda Kepri di Tembesi, Batam, yang meletus Rabu (19/11).

Tedjo menceritakan, kejadian memang berawal dari masalah sepele, saling tatap antara anggota TNI dengan anggota Brimob, yang usianya masih muda-muda. Namun, lanjutnya, ketegangan memuncak lantaran para prajurit itu sudah tidak lagi mematuhi perintah atasan yang berupaya mengerem agar ketegangan tidak berlanjut.

“Ada beberapa anggota yang tak mentaati pimpinan, subordinasi, tak taat, melawan perintah pimpinan. Ini bahaya,” ujar Tedjo di Jakarta, kemarin (20/11).

Tarafnya sudah membahayakan, lanjutnya, lantaran para oknum prajurit TNI itu membobol paksa gudang senjata, lantas melakukan penembakan-penembakan.

“Mereka secara kasar mengambil senjata (dari gudang) dan menembak-nembak di depan Markas Brimob,” kata dia.

Apakah ini terkait dengan kasus bentrok terkait beking penimbun BBM 21 September 2014? Tedjo tidak membantah. “Iya, mereka masih ada dendam. Ini rawan. Hanya diawali tatap muka, cekcok mulut (berkembang menjadi bentrok bersenjata, red),” ujarnya.

Menkopolhukam menginstruksikan agar Kapolri dan KSAD saling berkonsolidasi dengan satuan masing-masing. Dia menuturkan, pihaknya akan mengusut tuntas kasus bentrok tersebut, termasuk pemberian sanksi, sesuai instruksi presiden.

“Pasti (ada sanksi). Beliau (presiden) perintahkan untuk segera didamaikan dan untuk pelakunya dikenai tindakan disiplin, ada hukuman dari kedua belah pihak. Bisa hukuman administrasi, pemindahan yang bersangkutan atau yang paling berat dipecat kalau itu memang betul-betul inkoordinasi, tidak mengindahkan perintah atasan,” paparnya.

Agar tragedi tak terulang lagi, dia mengimbau para komandan agar rajin melakukan pembinaan kepada para anggotanya. “Bisa dengan olah raga bersama misalnya, sehingga merasa sebagai satu keluarga,” pungkasnya. (sam)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/