23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Dahlan Kuasai Medan

FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Mentri BUMN, Dahlan Iskan menyampaikan visi dan misi saat debat Konvensi partai Demokrat 2014 di halaman Istana Maimun jalan Brigjend Katamso Medan, Selasa (21/4).
FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Mentri BUMN, Dahlan Iskan menyampaikan visi dan misi saat debat Konvensi partai Demokrat 2014 di halaman Istana Maimun jalan Brigjend Katamso Medan, Selasa (21/4).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penampilan Dahlan Iskan dalam debat calon presiden (capres) konvensi Partai Demokrat di Istana Maimun Medan tadi malam mendapat banyak apresiasi. Dibanding peserta konvensi lainnya, Menteri BUMN ini tampak begitu menguasai medan. Dia menjawab semua pertanyaan secara detail dan realistis.

Pertanyaan-pertanyaan dari  Moderator Hinca P Panjaitan terkait Sumut dipaparkan secara gamblang oleh Dahlan membuat audiens bersorak girang. “Ada dua hal untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Danau Toba, membangun Jalan Tol Medan hingga Parapat atau meningkatkan Bandara Silangit menjadi Bandara International. Silahkan pilih sendiri,” terangnya.

Tidak itu saja, Dahlan pun menjelaskan hingga urusan detail. Misalnya soal Bandara Silangit. Menurut Dahlan, panjang landasan Bandara Silangit hanya kurang 150 meter lagi, memperluas 10 meter lagi, dan menebalkan lapisan aspalnya 20 cm lagi. “Maka bandara bisa membuka penerbangan Penang-Silangit, Kuala Lumpur-Silangit, Jakarta-Silangit. Saya yakin bisa meningkatkan kunjungan wisatawan karena sekitar Danau Toba itu sejuk sepanjang tahun dan enak dijadikan tempat liburan,” paparnya.

Menurut Dahlan, mengoptimalkan Bandara SIlangit jauh lebih hemat daripada membangun jalan tol Medan-Parapat. Dahlan memaparkan, jika membangun Jalan Tol Medan-Parapat, tentunya membutuhkan waktu lebih kurang 10 tahun. Hal itu dikarenakan ada berbagai persoalan mulai pembebasan tanah hingga pembangunannya.

Pun, kalau bandara Silangit  dijadikan bandara internasional, maka orang dari Jakarta, Malaysia, dan Singapura bisa langsung ke Silangit dan bisa menikmati Danau Toba dengan biaya yang sangat murah. Dahlan meyakini kalau pembangunan di Danau Toba bisa berkembang dalam waktu dua tahun. Dan, Danau Toba akan menjadi kekuatan ekonomi. “Saya yakin dengan cara ini, dalam waktu dua tahun, danau toba akan menjadi kekuatan ekonomi. Itu pernyataan saya,” tegasnya.

Lalu, ketika ditanya soal listrik, Dahlan sigap menjawab. Dia menyatakan, persolan listrik di Sumut hanya menyangkut tanda tangan untuk pembebasan tanah di empat persil tower di wilayah Pangkalansusu, Langkat. “Wilayah pembangkit listrik di Pangkalan Susu itu berkapasitas besar 2×200 MW, penyaluran listrik tetap dibutuhkan transmisi pakai kabel tak bisa pakai pulsa. Jadi, bila saya presidennya saya tanda tangani saja,” sebutnya yang langsung disambut dukungan dari ribuan pendukung Dahlan yang sengaja hadir menyaksikan debat tersebut.

Selain Dahlan, tampil dalam debat tadi malam adalah Pramono Edhie, Haryono Isman, Ali Maskur Musa, Gita Wiryawan, dan Irman Gusman. Perdebatan ini tanpa diuji oleh para panelis. Namun para kandidat diberikan pertanyaan yang telah disusun oleh tim dari konvensi. Pilihan tema masih mencakup terhadap

Maka, ketika Moderator Hinca Panjaitan mempertanyakan bahwa bagaimana mempertahankan pertumbuhan ekonomi ke depan? Pramono Edhie menjawab dengan mempertahankan minimal 6 persen dengan kemandirian pangan dan energi. Karena Indonesia memiliki semua potensi dengan peralihan energi dari minyak ke sumber energi yang lain maka akan ada pengurangan subsidi. “Rasa keadilan terhadap pembangunan daerah yang merata menjadi cara yang utama,” ujarnya.

Dahlan menjawab, dirinya setuju akan mempertahankan pertumbuhan ekonomi.Capaian SBY selama ini harus diteruskan. Terutama pertumbuhan infrastruktur harus cepat dibangun. Terlebih Sumut memiliki potensi yang luar biasa seperti potensi air, tambang, geothermal, dan lainnya. Sehingga percepatan pembangunan harus dilakukan. “Semua itu dapat dilakukan dengan Kerja…Kerja…Kerja!” ujarnya sambil tersenyum.

Haryono menekankan bahwa masyarakat Indonesia jangan cepat puas terhadap capaian saat ini. Modal untuk membangun Indonesia yang utama adalah semangat kebhinekaan yang menjadi modal pembangunan. Lagi-lagi dirinya menekankan sektor pertanian. “Buruh tani harus menjadi profesi yang utama dan tidak menjadi profesi kelas dua. Sehingga dibutuhkan membangun pertanian,” katanya.

Ali Maskur Musa menyampaikan petani belum merasakan efek dari pertumbuhan ekonomi 6 persen. “Langkah saya untuk mencapai tersebut dengan memberikan subsidi bagi nelayan dan petani yang proporsional,” katanya.

Memasuki sesi kedua suasana makin menarik. Para kandidat ditanyakan soal bagaimana menghadapi globalisasi agar Indonesia dapat bertahan. Dahlan menyebutkan bahwa Indonesia harus memanfaatkan potensi utama nya yakni negara tropis. Indonesia tidak perlu melihat negara lain. Indonesia dan China dapat bekerja sama untuk memproduksi berbagai potensinya. Indonesia harus memfokuskan pembangunan bidang-bidang tropis lainnya.

“Indonesia harus sadar bahwa Indonesia merupakan negara tropis. Potensi negara tropis yang harus dikuatkan. Sehingga pembelajaran dari pendidikan harus mengarah kepada potensi Indonesia,” ujarnya.

Sementara Gita Wiryawan menekankan harus mengutamakan pembangunan di bidang teknologi. Tugas Indonesia harus bisa memperkuat produk lokal milik Indonesia. “Ke depan harus ada HP (handphone, Red) buatan Indonesia,” katanya.

Pramono Edhi menekankan Indonesia memiliki sumber daya manusia dan sumbar daya alam yang luar biasa. “Harus mengedapan fokus penguatan sumber daya manusia dan sumber daya alam,” katanya.

Lalu, Pada sesi ketiga Hinca menanyakan terkait konsep para kandidat untuk mengusung nilai-nilai ke-Indonesiaan. Yakni, bagaimana memaknai pancasila.

Haryono Isman yang menjawab pertama kali mengatakan Indonesia harus mengusung nilai-nilai kearifan lokal untuk menjaga nilai-nilai Pancasila. Dirinya bahkan berjanji jika terpilih maka akan menjadikan Istana Maimun sebagi tempat pelestarian budaya dan merawat pancasila.

“Kalau saya terpilih maka saya akan merawat Istana Mainmun sebagai tempat penggalian budaya,” ujarnya.

Sementara Ali Maskur Musa menjawab bahwa demokrasi harus dibangun dengan keteraturan sosial. Demokrasi harus memberi kesempatan bagi semua orang untuk hidup. “Demokrasi menjadi alat yang dapat digunakan untuk merawat pancasila,” katanya.

Sedangkan Dahlan Iskan menyampaikan bahwa Ideologi akan tetap hidup jika ada kesejahteraan. Mimpi akan kesejahteraan tentu menjadi semangat pejuang dahulu. Di Sumut ada satu motto yang sangat melekat yakni akidah dijamin, persaudaraan dijalin. “Harus mengedepankan pemeliharaan terhadap kearifan lokal untuk merawat pancasila. Sehingga Pancasila dapat menjadikan masyarakat Indonesia sejahtera agar tidak kehilangan ruhnya,” katanya.

Dari jawaban-jawaban tadi, pernyataan Dahlan mendapat apresiasi paling banyak. Bukan hanya karena penonton yang hadir kebanyakan pendukung Dahlan, tapi karena menteri BUMN ini tampak begitu menguasai Medan. “Berbicara di Medan dia betul-betul menguasai medan,” ketus seorang penonton yang mengenakan asesoris dukungan terhadap salah seorang peserta konvensi lainnya. (ril/mag-5/ain/mag-10/rbb)

FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Mentri BUMN, Dahlan Iskan menyampaikan visi dan misi saat debat Konvensi partai Demokrat 2014 di halaman Istana Maimun jalan Brigjend Katamso Medan, Selasa (21/4).
FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Mentri BUMN, Dahlan Iskan menyampaikan visi dan misi saat debat Konvensi partai Demokrat 2014 di halaman Istana Maimun jalan Brigjend Katamso Medan, Selasa (21/4).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penampilan Dahlan Iskan dalam debat calon presiden (capres) konvensi Partai Demokrat di Istana Maimun Medan tadi malam mendapat banyak apresiasi. Dibanding peserta konvensi lainnya, Menteri BUMN ini tampak begitu menguasai medan. Dia menjawab semua pertanyaan secara detail dan realistis.

Pertanyaan-pertanyaan dari  Moderator Hinca P Panjaitan terkait Sumut dipaparkan secara gamblang oleh Dahlan membuat audiens bersorak girang. “Ada dua hal untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Danau Toba, membangun Jalan Tol Medan hingga Parapat atau meningkatkan Bandara Silangit menjadi Bandara International. Silahkan pilih sendiri,” terangnya.

Tidak itu saja, Dahlan pun menjelaskan hingga urusan detail. Misalnya soal Bandara Silangit. Menurut Dahlan, panjang landasan Bandara Silangit hanya kurang 150 meter lagi, memperluas 10 meter lagi, dan menebalkan lapisan aspalnya 20 cm lagi. “Maka bandara bisa membuka penerbangan Penang-Silangit, Kuala Lumpur-Silangit, Jakarta-Silangit. Saya yakin bisa meningkatkan kunjungan wisatawan karena sekitar Danau Toba itu sejuk sepanjang tahun dan enak dijadikan tempat liburan,” paparnya.

Menurut Dahlan, mengoptimalkan Bandara SIlangit jauh lebih hemat daripada membangun jalan tol Medan-Parapat. Dahlan memaparkan, jika membangun Jalan Tol Medan-Parapat, tentunya membutuhkan waktu lebih kurang 10 tahun. Hal itu dikarenakan ada berbagai persoalan mulai pembebasan tanah hingga pembangunannya.

Pun, kalau bandara Silangit  dijadikan bandara internasional, maka orang dari Jakarta, Malaysia, dan Singapura bisa langsung ke Silangit dan bisa menikmati Danau Toba dengan biaya yang sangat murah. Dahlan meyakini kalau pembangunan di Danau Toba bisa berkembang dalam waktu dua tahun. Dan, Danau Toba akan menjadi kekuatan ekonomi. “Saya yakin dengan cara ini, dalam waktu dua tahun, danau toba akan menjadi kekuatan ekonomi. Itu pernyataan saya,” tegasnya.

Lalu, ketika ditanya soal listrik, Dahlan sigap menjawab. Dia menyatakan, persolan listrik di Sumut hanya menyangkut tanda tangan untuk pembebasan tanah di empat persil tower di wilayah Pangkalansusu, Langkat. “Wilayah pembangkit listrik di Pangkalan Susu itu berkapasitas besar 2×200 MW, penyaluran listrik tetap dibutuhkan transmisi pakai kabel tak bisa pakai pulsa. Jadi, bila saya presidennya saya tanda tangani saja,” sebutnya yang langsung disambut dukungan dari ribuan pendukung Dahlan yang sengaja hadir menyaksikan debat tersebut.

Selain Dahlan, tampil dalam debat tadi malam adalah Pramono Edhie, Haryono Isman, Ali Maskur Musa, Gita Wiryawan, dan Irman Gusman. Perdebatan ini tanpa diuji oleh para panelis. Namun para kandidat diberikan pertanyaan yang telah disusun oleh tim dari konvensi. Pilihan tema masih mencakup terhadap

Maka, ketika Moderator Hinca Panjaitan mempertanyakan bahwa bagaimana mempertahankan pertumbuhan ekonomi ke depan? Pramono Edhie menjawab dengan mempertahankan minimal 6 persen dengan kemandirian pangan dan energi. Karena Indonesia memiliki semua potensi dengan peralihan energi dari minyak ke sumber energi yang lain maka akan ada pengurangan subsidi. “Rasa keadilan terhadap pembangunan daerah yang merata menjadi cara yang utama,” ujarnya.

Dahlan menjawab, dirinya setuju akan mempertahankan pertumbuhan ekonomi.Capaian SBY selama ini harus diteruskan. Terutama pertumbuhan infrastruktur harus cepat dibangun. Terlebih Sumut memiliki potensi yang luar biasa seperti potensi air, tambang, geothermal, dan lainnya. Sehingga percepatan pembangunan harus dilakukan. “Semua itu dapat dilakukan dengan Kerja…Kerja…Kerja!” ujarnya sambil tersenyum.

Haryono menekankan bahwa masyarakat Indonesia jangan cepat puas terhadap capaian saat ini. Modal untuk membangun Indonesia yang utama adalah semangat kebhinekaan yang menjadi modal pembangunan. Lagi-lagi dirinya menekankan sektor pertanian. “Buruh tani harus menjadi profesi yang utama dan tidak menjadi profesi kelas dua. Sehingga dibutuhkan membangun pertanian,” katanya.

Ali Maskur Musa menyampaikan petani belum merasakan efek dari pertumbuhan ekonomi 6 persen. “Langkah saya untuk mencapai tersebut dengan memberikan subsidi bagi nelayan dan petani yang proporsional,” katanya.

Memasuki sesi kedua suasana makin menarik. Para kandidat ditanyakan soal bagaimana menghadapi globalisasi agar Indonesia dapat bertahan. Dahlan menyebutkan bahwa Indonesia harus memanfaatkan potensi utama nya yakni negara tropis. Indonesia tidak perlu melihat negara lain. Indonesia dan China dapat bekerja sama untuk memproduksi berbagai potensinya. Indonesia harus memfokuskan pembangunan bidang-bidang tropis lainnya.

“Indonesia harus sadar bahwa Indonesia merupakan negara tropis. Potensi negara tropis yang harus dikuatkan. Sehingga pembelajaran dari pendidikan harus mengarah kepada potensi Indonesia,” ujarnya.

Sementara Gita Wiryawan menekankan harus mengutamakan pembangunan di bidang teknologi. Tugas Indonesia harus bisa memperkuat produk lokal milik Indonesia. “Ke depan harus ada HP (handphone, Red) buatan Indonesia,” katanya.

Pramono Edhi menekankan Indonesia memiliki sumber daya manusia dan sumbar daya alam yang luar biasa. “Harus mengedapan fokus penguatan sumber daya manusia dan sumber daya alam,” katanya.

Lalu, Pada sesi ketiga Hinca menanyakan terkait konsep para kandidat untuk mengusung nilai-nilai ke-Indonesiaan. Yakni, bagaimana memaknai pancasila.

Haryono Isman yang menjawab pertama kali mengatakan Indonesia harus mengusung nilai-nilai kearifan lokal untuk menjaga nilai-nilai Pancasila. Dirinya bahkan berjanji jika terpilih maka akan menjadikan Istana Maimun sebagi tempat pelestarian budaya dan merawat pancasila.

“Kalau saya terpilih maka saya akan merawat Istana Mainmun sebagai tempat penggalian budaya,” ujarnya.

Sementara Ali Maskur Musa menjawab bahwa demokrasi harus dibangun dengan keteraturan sosial. Demokrasi harus memberi kesempatan bagi semua orang untuk hidup. “Demokrasi menjadi alat yang dapat digunakan untuk merawat pancasila,” katanya.

Sedangkan Dahlan Iskan menyampaikan bahwa Ideologi akan tetap hidup jika ada kesejahteraan. Mimpi akan kesejahteraan tentu menjadi semangat pejuang dahulu. Di Sumut ada satu motto yang sangat melekat yakni akidah dijamin, persaudaraan dijalin. “Harus mengedepankan pemeliharaan terhadap kearifan lokal untuk merawat pancasila. Sehingga Pancasila dapat menjadikan masyarakat Indonesia sejahtera agar tidak kehilangan ruhnya,” katanya.

Dari jawaban-jawaban tadi, pernyataan Dahlan mendapat apresiasi paling banyak. Bukan hanya karena penonton yang hadir kebanyakan pendukung Dahlan, tapi karena menteri BUMN ini tampak begitu menguasai Medan. “Berbicara di Medan dia betul-betul menguasai medan,” ketus seorang penonton yang mengenakan asesoris dukungan terhadap salah seorang peserta konvensi lainnya. (ril/mag-5/ain/mag-10/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/