25 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Beras Plastik Belum Masuk Sumut

Foto: Ariesant/Radar Bekasi/JPNN Hasil masakan beras yang diduga berbahan baku plastik yang berwarna putih bersih dan menggumpal setelah menjadi nasi. Bila dipegang, terasa lembek tapi kenyal.
Foto: Ariesant/Radar Bekasi/JPNN
Hasil masakan beras yang diduga berbahan baku plastik yang berwarna putih bersih dan menggumpal setelah menjadi nasi. Bila dipegang, terasa lembek tapi kenyal.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Beras plastik yang meresahkan warga di berbagai daerah di Indonesia dipastikan belum beredar di pasar-pasar di Sumut. Beras berbahan sintetis itu kemungkinan besar masih diedarkan di wilayah Jawa.
Humas Bulog Divisi Regional (Divre) Sumut, Rudi Adlin memastikan pihaknya sejauh ini belum menemukan adanya indikasi peredaran beras sintetik di wilayah Kota Medan dan Sumatera Utara. Demikian disampaikannya menanggapi maraknya pemberitaan mengenai beras sintetik yang disebut berbahaya tersebut.
“Kalau di Medan, belum beredar, belum ditemukan. Tiga hari lalu, kita sudah inspeksi bersama disperindag ke pasar-pasar dan belum ditemukan,” ujar Rudi, kemarin.
Meski belum ditemukan, Bulog tetap menghimbau agar masyarakat tetap berhati-hati terhadap kemungkinan masuknya beras tersebut. Pihaknya mengaku terus berkoordinasi untuk mencegah masuknya beras tersebut. Beberapa ciri yang menurutnya mengindikasi beras sintetik tersebut antara lain bening dan mengapung di air.
“Kalau yang disebut-sebut kan, dia berwarna bening, kalau direndam air mengapung karena kadar tepungnya rendah,” tukasnya,
Dalam kunjungannya ke sejumlah pedagang beras di Jakarta, Kamis (21/5), Wakil Ketua Komisi VI Heri Gunawan, mengatakan, beras palsu adalah masalah serius, sebab beras merupakan kebutuhan pokok. Dia meminta pemerintah lebih serius mengawasi peredaran beras.
“Beras plastik pertama kali ditemukan dan dijual di Pasar Tiongkok, terutama di Taiyuan di Provinsi Shanxi. Kurang lebih sejak 2008,” katanya.
Heri menilai, masuknya beras plastik karena harga beras asli tidak menentu. Para penjahat memanfaatkan itu untuk menjual beras murah. Padahal, beras tersebut palsu.
“Peredaran beras plastik semakin marak di pasaran dengan harga yang sangat terjangkau. Modusnya, beras tersebut dicampur dengan beras asli,” tukas dia.
Anggota DPR Rofi Munawar mendesak pemerintah mengecek sentra-sentra beras yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Hal ini untuk mengantisipasi peredaran beras palsu. Sehingga celah impor beras illegal dapat tertutup. Disamping juga, evaluasi terhadap mekanisme impor pengadaan beras tujuan khusus.
“Beras tujuan khusus untuk restoran, hotel dan industry pariwisata. Ataupun beras yang masuk dalam rencana impor untuk stok pemerintah. Itu semua harus dikaji,” tukasnya.
Dikatakan Rofi, pemerintah juga harus menindak tegas distributor maupun pedagang yang melakukan penjualan beras ini. Tiongkok memang memilki sejarah dalam membuat makanan palsu.
Harian The Global Times pernah melaporkan pada bulan Juli 2010. Perusahaan di Xi’an, Tiongkok telah membuat versi palsu secara ekspansif beras Wuchang. Caranya dengan mamasukkan bumbu penyedap dalam beras yang asli. Pasalnya, kasus susu formula yang menghebohkan tahun 2008. Susu formula yang dicampur dengan melamin dan menyebabkan kematian sedikitnya 6 bayi di Tiongkok.
Sementara, PT Sucofindo, badan usaha milik negara (BUMN) yang laboratoriumnya dipercaya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi untuk memeriksa sampel beras plastik menyebutkan beras sintetis tersebut tidak hanya terbuat dari satu jenis bahan kimia.
Adisam, Kepala Bagian Pengujian Laboratorium Sucofindo di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat mengatakan setidaknya ada lima bahan kimia yang digunakan oleh produsen beras plastik untuk membuat beras berbahaya tersebut.
Dia menyebut senyawa kimia dari beras sampel yang diuji laboratoriumnya terdiri dari BBP (benzyil butyl phtalate), DEHP (diethyl hexyl phthalate), dan DMP (dimethyl phthalateshalate). Tiga bahan tersebut merupakan bahan pembuat polyvinyl chloride yang kemudian dicampurkan lagi dengan senyawa kimia pelentur plastik sehingga bisa dibentuk menyerupai beras.

“Bahan baku pembuatan beras plastik itu sama dengan yang digunakan industri untuk membuat kabel, keramik, dan pipa paralon,” ujar Adisam, Kamis (21/5).

Adisam menjelaskan, Sucofindo telah memeriksa 250 gram sampel beras plastik menggunakan alat penapis dan spektrum inframerah untuk melihat keberadaan senyawa penyusunnya. Beras sampel sendiri diambil dari Pasar Mutiara Gading Timur, Bekasi oleh petugas dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi dua hari lalu.

‘’Ternyata ada spektrum identik dengan senyawa polyvinyl chloride yang biasa digunakan untuk bahan baku industri,” katanya. (bbs/val)

Foto: Ariesant/Radar Bekasi/JPNN Hasil masakan beras yang diduga berbahan baku plastik yang berwarna putih bersih dan menggumpal setelah menjadi nasi. Bila dipegang, terasa lembek tapi kenyal.
Foto: Ariesant/Radar Bekasi/JPNN
Hasil masakan beras yang diduga berbahan baku plastik yang berwarna putih bersih dan menggumpal setelah menjadi nasi. Bila dipegang, terasa lembek tapi kenyal.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Beras plastik yang meresahkan warga di berbagai daerah di Indonesia dipastikan belum beredar di pasar-pasar di Sumut. Beras berbahan sintetis itu kemungkinan besar masih diedarkan di wilayah Jawa.
Humas Bulog Divisi Regional (Divre) Sumut, Rudi Adlin memastikan pihaknya sejauh ini belum menemukan adanya indikasi peredaran beras sintetik di wilayah Kota Medan dan Sumatera Utara. Demikian disampaikannya menanggapi maraknya pemberitaan mengenai beras sintetik yang disebut berbahaya tersebut.
“Kalau di Medan, belum beredar, belum ditemukan. Tiga hari lalu, kita sudah inspeksi bersama disperindag ke pasar-pasar dan belum ditemukan,” ujar Rudi, kemarin.
Meski belum ditemukan, Bulog tetap menghimbau agar masyarakat tetap berhati-hati terhadap kemungkinan masuknya beras tersebut. Pihaknya mengaku terus berkoordinasi untuk mencegah masuknya beras tersebut. Beberapa ciri yang menurutnya mengindikasi beras sintetik tersebut antara lain bening dan mengapung di air.
“Kalau yang disebut-sebut kan, dia berwarna bening, kalau direndam air mengapung karena kadar tepungnya rendah,” tukasnya,
Dalam kunjungannya ke sejumlah pedagang beras di Jakarta, Kamis (21/5), Wakil Ketua Komisi VI Heri Gunawan, mengatakan, beras palsu adalah masalah serius, sebab beras merupakan kebutuhan pokok. Dia meminta pemerintah lebih serius mengawasi peredaran beras.
“Beras plastik pertama kali ditemukan dan dijual di Pasar Tiongkok, terutama di Taiyuan di Provinsi Shanxi. Kurang lebih sejak 2008,” katanya.
Heri menilai, masuknya beras plastik karena harga beras asli tidak menentu. Para penjahat memanfaatkan itu untuk menjual beras murah. Padahal, beras tersebut palsu.
“Peredaran beras plastik semakin marak di pasaran dengan harga yang sangat terjangkau. Modusnya, beras tersebut dicampur dengan beras asli,” tukas dia.
Anggota DPR Rofi Munawar mendesak pemerintah mengecek sentra-sentra beras yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Hal ini untuk mengantisipasi peredaran beras palsu. Sehingga celah impor beras illegal dapat tertutup. Disamping juga, evaluasi terhadap mekanisme impor pengadaan beras tujuan khusus.
“Beras tujuan khusus untuk restoran, hotel dan industry pariwisata. Ataupun beras yang masuk dalam rencana impor untuk stok pemerintah. Itu semua harus dikaji,” tukasnya.
Dikatakan Rofi, pemerintah juga harus menindak tegas distributor maupun pedagang yang melakukan penjualan beras ini. Tiongkok memang memilki sejarah dalam membuat makanan palsu.
Harian The Global Times pernah melaporkan pada bulan Juli 2010. Perusahaan di Xi’an, Tiongkok telah membuat versi palsu secara ekspansif beras Wuchang. Caranya dengan mamasukkan bumbu penyedap dalam beras yang asli. Pasalnya, kasus susu formula yang menghebohkan tahun 2008. Susu formula yang dicampur dengan melamin dan menyebabkan kematian sedikitnya 6 bayi di Tiongkok.
Sementara, PT Sucofindo, badan usaha milik negara (BUMN) yang laboratoriumnya dipercaya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi untuk memeriksa sampel beras plastik menyebutkan beras sintetis tersebut tidak hanya terbuat dari satu jenis bahan kimia.
Adisam, Kepala Bagian Pengujian Laboratorium Sucofindo di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat mengatakan setidaknya ada lima bahan kimia yang digunakan oleh produsen beras plastik untuk membuat beras berbahaya tersebut.
Dia menyebut senyawa kimia dari beras sampel yang diuji laboratoriumnya terdiri dari BBP (benzyil butyl phtalate), DEHP (diethyl hexyl phthalate), dan DMP (dimethyl phthalateshalate). Tiga bahan tersebut merupakan bahan pembuat polyvinyl chloride yang kemudian dicampurkan lagi dengan senyawa kimia pelentur plastik sehingga bisa dibentuk menyerupai beras.

“Bahan baku pembuatan beras plastik itu sama dengan yang digunakan industri untuk membuat kabel, keramik, dan pipa paralon,” ujar Adisam, Kamis (21/5).

Adisam menjelaskan, Sucofindo telah memeriksa 250 gram sampel beras plastik menggunakan alat penapis dan spektrum inframerah untuk melihat keberadaan senyawa penyusunnya. Beras sampel sendiri diambil dari Pasar Mutiara Gading Timur, Bekasi oleh petugas dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi dua hari lalu.

‘’Ternyata ada spektrum identik dengan senyawa polyvinyl chloride yang biasa digunakan untuk bahan baku industri,” katanya. (bbs/val)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/