30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Demo Mahasiswa Ecek-ecek

DEMONSTRASI Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) melakukan aksi unjukrasa  di depan kantor DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol Medan, Kamis (21/5). Dalam aksinya, mereka meminta pemerintah memulihkan kondisi ekonomi  di Indonesia.
DEMONSTRASI:
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) melakukan aksi unjukrasa di depan kantor DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol Medan, Kamis (21/5). Dalam aksinya, mereka meminta pemerintah memulihkan kondisi ekonomi
di Indonesia.

SUMUTPOS.CO- Aksi unjuk rasa 3.000-an mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Indonesia di depan Istana Merdeka, Kamis (21/5) ternyata tak seindah bayangan mereka saat bertemu Presiden Jokowi pada Senin (18/6) lalu. Para mahasiswa itu kini mencela Jokowi meski pada pertemuan tiga hari lalu di Istana Negara mereka takjub dengan presiden yang pernah menjadi gubernur DKI Jakarta itu. Aksi mahasiswa ini jadi terkesan mencla-mencle alias ecek-ecek.
“JOKOWI bego, Jokowi bego, Jokowi bego,” ujar para mahasiswa tersebut dalam aksinya di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/5).
Selain melontarkan umpatan, para mahasiswa dalam aksi itu juga membawa spanduk-spanduk dan poster yang mencela Jokowi.
Di antaranya spanduk bertuliskan ‘Si Kurus yang Rakus’ dan ‘Culik Jokowi’.
Para mahasiswa juga mencela kebijakan yang dibuat Jokowi yang dinilai pro-asing. Bahkan, mahasiswa menganggap Jokowi yang kini berduet dengan Jusuf Kalla memimpin pemerintahan justru semakin menyengsarakan rakyat karena menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Kembalikan kebijakan yang pro-rakyat. Bukan yang pro-asing. Katanya presiden rakyat, mana janjimu?” seru salah satu orator yang beraksi di depan Istana Merdeka.
Para mahasiswa itu sempat berupaya mendekat ke gerbang Istana Merdeka. Namun, personel kepolisian menghalangi upaya para mahasiswa itu. Di balik barisan polisi juga sudah diletakkan untaian kawat berduri untuk menghalangi demonstran yang berusaha mendekat pagar kompleks istana.
Menjelang petang, kericuhan tak terhindarkan. Aksi memanas setelah seorang mahasiwa membakar pocong yang dianggap sebagai simbol rakyat korban janji palsu dari Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla.
Api yang membesar itu berusaha dipadamkan oleh personel polisi yang berjaga depan Istana. Namun, upaya polisi itu justru mengundang kemarahan mahasiswa. Bukannya api yang mati, justru kemarahan kedua pihak yang tersulut karena aksi tersebut. Saling dorong-dorongan pun terjadi antara polisi dan mahasiswa.
Aksi lempar-lemparan botol dengan polisi pun sempat terjadi. Namun, berhasil dikendalikan.
“Bakar Jokowi sekarang juga. Pembakaran ini bukan fisik, ini pembakaran terhadap kemunafikan dan kebohongan. Bakar kebobrokan di tubuh Jokowi. Bakar semua antek-antek asing di sekeililing Jokowi,” seru orator sehinggga suasana makin memanas.
Para pengunjuk rasa juga membakar keranda yang dibuatkan untuk Jokowi dan Jusuf Kalla.
“Ini keranda untuk dua pemimpin yang tidak berada di Istana. Mau bakar istana enggak bisa,  bakar aja keranda untuk Jokowi-JK,” teriak orator aksi unjukrasa tersebut.
Aksi bakar-bakaran ini pun mendapat sambutan dari mahasiswa lainnya. Sambil mencela pemerintahan Jokowi-JK, aksi bakar-bakaran itu pun terus berlangsung.
Mereka juga merusak kawat berduri yang tadinya diletakkan untuk membatasi demonstran masuk wilayah Istana Merdeka. Meski dirusak, para demonstran tetap tidak dapat masuk ke wilayah itu, karena dijaga ketat ratusan personel Polri.
“Pemerintahan ini sudah mati. Harga BBM enggak stabil. Harga bahan pokok tidak stabil. Rakyat menderita. Katanya, pro rakyat. Mana buktinya,” sambung orator aksi lainnya.
Polisi pun mengamankan seorang pria bernama Syamsul yang diduga memprovokasi para mahasiswa melakukan aksi anarkis. Pemukulan terhadap mahasiswa yang diduga berasal dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) itu membuat suasana aksi di depan Istana memanas.
Kepala Staf Kantor Kepresidenan Luhut Panjaitan dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto pun diutus Presiden Jokowi untuk menemui ratusan mahasiswa yang berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, Kamis (21/5).
Namun, bukan sambutan yang diterima. Kedua orang Istana itu justru mendapat celaan dari mahasiswa.
Padahal, Luhut bermaksud baik yakni menyampaikan pesan presiden kepada para pengunjuk rasa tersebut.
“Presiden akan bertemu dengan adik mahasiswa hari Senin. Kami atur lagi pertemuan rutin antara perwakilan mahasiswa dengan pemerintah yang diwakili beberapa staf presiden untuk komunikasikan program yanng kalian tuntut tidak pro terhadap rakyat,” kata Luhut dari atas mobil yang dilengkapi pengeras suara milik para pengunjuk rasa. Ia ditemani Andi berdiri di mobil tersebut.
Teriakan Luhut ini disambut baik oleh mahasiswa BEM se-Indonesia. Tapi tidak oleh mahasiswa lainnya. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia justru mencela aksi Luhut dan Andi tersebut.
“Itu palsu, pencitraaan, jangan percaya omongannya,” teriak mahasiswa IMM
Alhasil, yang terjadi adalah perang argumen antara BEM dan mahasiswa IMM. BEM mendukung aksi Luhut.  Sedangkan IMM memilih tidak percaya pada pernyataan Luhut.
Suara ribut aksi demonstrasi yang berlangsung sejak kemarin siang memang terdengar hingga lingkungan dalam Kompleks Istana Kepresidenan. Namun, kegiatan di dalam Istana berlangsung seperti tak ada kejadian apapun di luar.
Jokowi tetap berkutat dengan pekerjaan kenegaraannya, meski kericuhan itu berlangsung di depan kantornya. “Presiden banyak kerjaan yang lain. Demo (tidak apa-apa) asal aman-aman saja,” kata dia.
Sejak Kamis (21/5) pukul 09.00 WIB, Presiden menerima kedatangan para delegasi Bank Dunia. Setelah acara tersebut, pada pukul 11.00 WIB, Jokowi seharusnya menghadiri acara Peresmian Pembukaan Konvensi dan Pameran Tahunan ke-39 Asosiasi Perminyakan Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat.
Namun, dia memutuskan untuk tidak datang beberapa saat sebelum acara dan mengutus Wapres untuk mewakilinya meski akhirnya JK pun tak datang. Berdasarkan pantauan wartawan, Presiden menerima kedatangan Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang melaporkan hasil kunjungan pengecekan harga beras di Pasar Cibinong.
Jokowi juga menunda acara penerimaan delegasi Nippon Steel dan Sumitomo Metal Corporation yang seharusnya dilakukan di Kantor Presiden pada pukul 13.00 WIB. Ia lantas langsung melanjutkan agenda selanjutnya, yakni menggelar rapat terbatas dengan topik perkembangan tindak lanjut investasi Tiongkok dan Jepang serta pembahasan soal Light Rapid Transportation (LRT) bersama menteri terkait.
Dalam agenda resmi terakhirnya, Jokowi menghadiri pemberian penghargaan kepada pihak terkait yang telah mendukung kelancaran tugas dan fungsi Kementerian Keuangan Republik Indonesia di Istana Negara.
Di Medan, aksi unjuk rasa Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Sumatera Utara (Sumut) di gedung DPRS Sumut soal kepemimpinan Jokowi-JK malah seperti ajang berbalas pantun antar mahasiswa dengan kepolisian, Kamis (21/5) siang. Pasalnya dua mobil pengeras suara saling sambut suara.
Awalnya kedatangan puluhan massa KAMMI hendak menyampaikan rasa kecewa terhadap kepemimpinan Jokowi-JK sebagai Presiden-Wakil Presiden RI atas kondisi bangsa saat ini yang semakin banyak masalah. Menggunakan topeng Jokowi dan JK, dua mahasiswa teatrikal diatas mobil komando dilengkapi pengerasa suara. Mereka pun berorasi di luar pagar gedung DPRD Sumut.
“Selama delapan bulan ini, pemerintah Jokowi-JK telah gagal membangun pondasi yang kokoh bagi keberlanjutan pembangunan yang pro kepentingan rakyat,” ujar pengunjukrasa yang dikoordinir Riki Panyalai.
Namun saat berorasi, aparat kepolisian yang telah bersiaga sejak pagi, menyiapkan perangkat mobil pengerasa suara juga dengan bertuliskan ‘Mobil Penerangan’ yang meminta agar aksi mahasiwa dilakukan dengan tertib dan tidak anarkis.
“Terimakasih kepada para mahasiswa yang hadir. Silahkan sampaikan aspirasinya, kita akan bicarakan dengan anggota dewan supaya diterima,” ujar tim negosiator dari Satbinmas Polresta Medan, Armansyah kepada pengunjuk rasa.
Setelah mendengar pesan tersebut, massa KAMMI Sumut pun kembali melanjutkan orasinya yang sempat terpotong karena peringatan tersebut. Mereka pun mengecam kebijakan Jokowi-JK yang seolah-olah tidak berpihak kepada rakyat banyak. Sebab kebutuhan hidup masyarakat semakin berat, dengan kenaikan harga BBM, gas LPG, TDL, bahan pokok sampai kenaikan alat transportasi umum. Mereka menilai rezim pemerintahan saat ini, lebih menguntungkan pihak pemodal asing.
Namun saat orasi mahasiswa itu sedang disampaikan, dari mobil penerangan kembali terdengar suara himbauan untuk mempersilahkan pengunjukrasa masuk kedalam halaman gedung menyampaikan aspirasinya. Bahkan yel-yel demonstran yang biasanya menjadi warna dalam unjukrasa seperti hilang karena suara dari mobil kepolisian lebih keras dan nyaring didengar.
“Silahkan masuk kedalam, kami ingatkan untuk tidak anarkis. Itu anggota dewan kita sudah ada yang menerima,” lanjut Armansyah, disambut kedatangan tiga legislator yakni Ikrimah Hamidy, Patar Sitompul dan Delmeria Sikumbang.
Massa pun melanjutkan kembali orasinya dan meminta agar para anggota dewan yang menerima pengunjukrasa menandatangani pernyataan sekaigus mengirimkannya melalui fax milik DPRD Sumut ke Istana Presiden di Jakarta. (jpnn/bbs/bal/val)

DEMONSTRASI Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) melakukan aksi unjukrasa  di depan kantor DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol Medan, Kamis (21/5). Dalam aksinya, mereka meminta pemerintah memulihkan kondisi ekonomi  di Indonesia.
DEMONSTRASI:
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) melakukan aksi unjukrasa di depan kantor DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol Medan, Kamis (21/5). Dalam aksinya, mereka meminta pemerintah memulihkan kondisi ekonomi
di Indonesia.

SUMUTPOS.CO- Aksi unjuk rasa 3.000-an mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Indonesia di depan Istana Merdeka, Kamis (21/5) ternyata tak seindah bayangan mereka saat bertemu Presiden Jokowi pada Senin (18/6) lalu. Para mahasiswa itu kini mencela Jokowi meski pada pertemuan tiga hari lalu di Istana Negara mereka takjub dengan presiden yang pernah menjadi gubernur DKI Jakarta itu. Aksi mahasiswa ini jadi terkesan mencla-mencle alias ecek-ecek.
“JOKOWI bego, Jokowi bego, Jokowi bego,” ujar para mahasiswa tersebut dalam aksinya di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/5).
Selain melontarkan umpatan, para mahasiswa dalam aksi itu juga membawa spanduk-spanduk dan poster yang mencela Jokowi.
Di antaranya spanduk bertuliskan ‘Si Kurus yang Rakus’ dan ‘Culik Jokowi’.
Para mahasiswa juga mencela kebijakan yang dibuat Jokowi yang dinilai pro-asing. Bahkan, mahasiswa menganggap Jokowi yang kini berduet dengan Jusuf Kalla memimpin pemerintahan justru semakin menyengsarakan rakyat karena menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Kembalikan kebijakan yang pro-rakyat. Bukan yang pro-asing. Katanya presiden rakyat, mana janjimu?” seru salah satu orator yang beraksi di depan Istana Merdeka.
Para mahasiswa itu sempat berupaya mendekat ke gerbang Istana Merdeka. Namun, personel kepolisian menghalangi upaya para mahasiswa itu. Di balik barisan polisi juga sudah diletakkan untaian kawat berduri untuk menghalangi demonstran yang berusaha mendekat pagar kompleks istana.
Menjelang petang, kericuhan tak terhindarkan. Aksi memanas setelah seorang mahasiwa membakar pocong yang dianggap sebagai simbol rakyat korban janji palsu dari Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla.
Api yang membesar itu berusaha dipadamkan oleh personel polisi yang berjaga depan Istana. Namun, upaya polisi itu justru mengundang kemarahan mahasiswa. Bukannya api yang mati, justru kemarahan kedua pihak yang tersulut karena aksi tersebut. Saling dorong-dorongan pun terjadi antara polisi dan mahasiswa.
Aksi lempar-lemparan botol dengan polisi pun sempat terjadi. Namun, berhasil dikendalikan.
“Bakar Jokowi sekarang juga. Pembakaran ini bukan fisik, ini pembakaran terhadap kemunafikan dan kebohongan. Bakar kebobrokan di tubuh Jokowi. Bakar semua antek-antek asing di sekeililing Jokowi,” seru orator sehinggga suasana makin memanas.
Para pengunjuk rasa juga membakar keranda yang dibuatkan untuk Jokowi dan Jusuf Kalla.
“Ini keranda untuk dua pemimpin yang tidak berada di Istana. Mau bakar istana enggak bisa,  bakar aja keranda untuk Jokowi-JK,” teriak orator aksi unjukrasa tersebut.
Aksi bakar-bakaran ini pun mendapat sambutan dari mahasiswa lainnya. Sambil mencela pemerintahan Jokowi-JK, aksi bakar-bakaran itu pun terus berlangsung.
Mereka juga merusak kawat berduri yang tadinya diletakkan untuk membatasi demonstran masuk wilayah Istana Merdeka. Meski dirusak, para demonstran tetap tidak dapat masuk ke wilayah itu, karena dijaga ketat ratusan personel Polri.
“Pemerintahan ini sudah mati. Harga BBM enggak stabil. Harga bahan pokok tidak stabil. Rakyat menderita. Katanya, pro rakyat. Mana buktinya,” sambung orator aksi lainnya.
Polisi pun mengamankan seorang pria bernama Syamsul yang diduga memprovokasi para mahasiswa melakukan aksi anarkis. Pemukulan terhadap mahasiswa yang diduga berasal dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) itu membuat suasana aksi di depan Istana memanas.
Kepala Staf Kantor Kepresidenan Luhut Panjaitan dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto pun diutus Presiden Jokowi untuk menemui ratusan mahasiswa yang berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, Kamis (21/5).
Namun, bukan sambutan yang diterima. Kedua orang Istana itu justru mendapat celaan dari mahasiswa.
Padahal, Luhut bermaksud baik yakni menyampaikan pesan presiden kepada para pengunjuk rasa tersebut.
“Presiden akan bertemu dengan adik mahasiswa hari Senin. Kami atur lagi pertemuan rutin antara perwakilan mahasiswa dengan pemerintah yang diwakili beberapa staf presiden untuk komunikasikan program yanng kalian tuntut tidak pro terhadap rakyat,” kata Luhut dari atas mobil yang dilengkapi pengeras suara milik para pengunjuk rasa. Ia ditemani Andi berdiri di mobil tersebut.
Teriakan Luhut ini disambut baik oleh mahasiswa BEM se-Indonesia. Tapi tidak oleh mahasiswa lainnya. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia justru mencela aksi Luhut dan Andi tersebut.
“Itu palsu, pencitraaan, jangan percaya omongannya,” teriak mahasiswa IMM
Alhasil, yang terjadi adalah perang argumen antara BEM dan mahasiswa IMM. BEM mendukung aksi Luhut.  Sedangkan IMM memilih tidak percaya pada pernyataan Luhut.
Suara ribut aksi demonstrasi yang berlangsung sejak kemarin siang memang terdengar hingga lingkungan dalam Kompleks Istana Kepresidenan. Namun, kegiatan di dalam Istana berlangsung seperti tak ada kejadian apapun di luar.
Jokowi tetap berkutat dengan pekerjaan kenegaraannya, meski kericuhan itu berlangsung di depan kantornya. “Presiden banyak kerjaan yang lain. Demo (tidak apa-apa) asal aman-aman saja,” kata dia.
Sejak Kamis (21/5) pukul 09.00 WIB, Presiden menerima kedatangan para delegasi Bank Dunia. Setelah acara tersebut, pada pukul 11.00 WIB, Jokowi seharusnya menghadiri acara Peresmian Pembukaan Konvensi dan Pameran Tahunan ke-39 Asosiasi Perminyakan Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat.
Namun, dia memutuskan untuk tidak datang beberapa saat sebelum acara dan mengutus Wapres untuk mewakilinya meski akhirnya JK pun tak datang. Berdasarkan pantauan wartawan, Presiden menerima kedatangan Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang melaporkan hasil kunjungan pengecekan harga beras di Pasar Cibinong.
Jokowi juga menunda acara penerimaan delegasi Nippon Steel dan Sumitomo Metal Corporation yang seharusnya dilakukan di Kantor Presiden pada pukul 13.00 WIB. Ia lantas langsung melanjutkan agenda selanjutnya, yakni menggelar rapat terbatas dengan topik perkembangan tindak lanjut investasi Tiongkok dan Jepang serta pembahasan soal Light Rapid Transportation (LRT) bersama menteri terkait.
Dalam agenda resmi terakhirnya, Jokowi menghadiri pemberian penghargaan kepada pihak terkait yang telah mendukung kelancaran tugas dan fungsi Kementerian Keuangan Republik Indonesia di Istana Negara.
Di Medan, aksi unjuk rasa Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Sumatera Utara (Sumut) di gedung DPRS Sumut soal kepemimpinan Jokowi-JK malah seperti ajang berbalas pantun antar mahasiswa dengan kepolisian, Kamis (21/5) siang. Pasalnya dua mobil pengeras suara saling sambut suara.
Awalnya kedatangan puluhan massa KAMMI hendak menyampaikan rasa kecewa terhadap kepemimpinan Jokowi-JK sebagai Presiden-Wakil Presiden RI atas kondisi bangsa saat ini yang semakin banyak masalah. Menggunakan topeng Jokowi dan JK, dua mahasiswa teatrikal diatas mobil komando dilengkapi pengerasa suara. Mereka pun berorasi di luar pagar gedung DPRD Sumut.
“Selama delapan bulan ini, pemerintah Jokowi-JK telah gagal membangun pondasi yang kokoh bagi keberlanjutan pembangunan yang pro kepentingan rakyat,” ujar pengunjukrasa yang dikoordinir Riki Panyalai.
Namun saat berorasi, aparat kepolisian yang telah bersiaga sejak pagi, menyiapkan perangkat mobil pengerasa suara juga dengan bertuliskan ‘Mobil Penerangan’ yang meminta agar aksi mahasiwa dilakukan dengan tertib dan tidak anarkis.
“Terimakasih kepada para mahasiswa yang hadir. Silahkan sampaikan aspirasinya, kita akan bicarakan dengan anggota dewan supaya diterima,” ujar tim negosiator dari Satbinmas Polresta Medan, Armansyah kepada pengunjuk rasa.
Setelah mendengar pesan tersebut, massa KAMMI Sumut pun kembali melanjutkan orasinya yang sempat terpotong karena peringatan tersebut. Mereka pun mengecam kebijakan Jokowi-JK yang seolah-olah tidak berpihak kepada rakyat banyak. Sebab kebutuhan hidup masyarakat semakin berat, dengan kenaikan harga BBM, gas LPG, TDL, bahan pokok sampai kenaikan alat transportasi umum. Mereka menilai rezim pemerintahan saat ini, lebih menguntungkan pihak pemodal asing.
Namun saat orasi mahasiswa itu sedang disampaikan, dari mobil penerangan kembali terdengar suara himbauan untuk mempersilahkan pengunjukrasa masuk kedalam halaman gedung menyampaikan aspirasinya. Bahkan yel-yel demonstran yang biasanya menjadi warna dalam unjukrasa seperti hilang karena suara dari mobil kepolisian lebih keras dan nyaring didengar.
“Silahkan masuk kedalam, kami ingatkan untuk tidak anarkis. Itu anggota dewan kita sudah ada yang menerima,” lanjut Armansyah, disambut kedatangan tiga legislator yakni Ikrimah Hamidy, Patar Sitompul dan Delmeria Sikumbang.
Massa pun melanjutkan kembali orasinya dan meminta agar para anggota dewan yang menerima pengunjukrasa menandatangani pernyataan sekaigus mengirimkannya melalui fax milik DPRD Sumut ke Istana Presiden di Jakarta. (jpnn/bbs/bal/val)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/