26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Malam Angin Kencang, Suhu 43 Derajat

Prosesi wukuf sendiri berlangsung hari ini (23/9). Diawali dengan khotbah wukuf oleh amirulhaji atau menteri agama (menag) menjelang Salat Zuhur. Lalu dilanjutkan dengan pembacaan doa wukuf. Setelah Salat Zuhur, jamaah bebas untuk berdoa sendiri-sendiri di maktab atau tenda. Itu dilakukan hingga menjelang Salat Magrib. Setelah Salat Magrib, jamaah dengan menggunakan bus akan menuju Muzdalifah untuk bermalam (mabit) dan mengambil batu untuk melempar Jumrah keesokan harinya. Setelah tiga hari di Mina, jamaah kembali ke Makkah untuk melakukan tawaf ifadah, tahalul, dan tawaf wadak.

Sementara itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang akan memberikan kotbah wukuf hari ini mengimbau kepada jamaah haji tahun ini untuk memanfaatkan kesempatan berwukuf di Arafah sebagai momentum melakukan muhasabah atau introspeksi diri.

“Arafah itu tidak hanya tahu dan faham, tapi memahami keberadaan dirinya. Saat Arafah, jamaah diminta untuk wukuf (diam), maksudnya merenung, introspeksi, muhasabah terhadap keberadaannya sebagai manusia, sehingga bisa sampai pada pengenalan terhadap Tuhannya setelah dia mampu mengenali dirinya,” tegas Lukman Hakim Saifuddin terkait makna Arafah, Makkah.

Menurutnya, pengertian puncak haji di Arafah bersumber dari Rasulullah yang mengatakan bahwa haji adalah Arafah. Itu kata Menag karena Arafah adalah tingkat tertinggi seseorang yang mampu mengenali dirinya. “Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu. Barang siapa yang telah mampu mengetahui hakikat dirinya maka sesungguhnya dia telah mengenal dan mengetahui hakikat Tuhannya,” jelasnya.

“Jadi dengan mengenali diri kita sendiri, sebenarnya itu adalah cara bagaimana kita bisa sampai mengenal Tuhan kita,” tambahnya.

Perenungan dalam Arafah dimaksudkan agar jamaah haji mampu lebih mawas diri terhadap kemanusiaannya. Dalam Islam, lanjut Menag, kemanusiaan itu hakikatnya dua yang kemudian menyatu. Pertama, fungsi manusia sebagai khalifatullah, pengelola alam semesta. “Dalam Islam, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. Derajat tertinggi kualitas kemanusiaan kita adalah kalau kita mampu menebarkan kemaslahatan bagi sebanyak mungkin sesama kita,” terangnya.

Kedua, fungsi sebagai hamba Allah. Menurut Menag, melakukan fungsi Khalifatullah dengan baik adalah wujud dari fungsi manusia sebagai hamba Allah atau bentuk ketundukan kita kepada Allah. “Di situlah perenungan yang perlu dilakukan saat kita wukuf di Arafah,” ujarnya.

Anggota Amirulhaj yang juga anggota Syuriah PBNU KH. Masdar Farid Masudi berpesan agar jamaah haji dapat menjaga martabat dan kehormatan sebagai seorang haji. Menurutnya, orang yang sudah berhaji harus mampu melakukan perubahan akhlak, misalnya dari yang sebelumnya baik, menjadi lebih baik lagi, dari yang sebelumnya kurang rajin beribadah menjadi lebih rajin beribadah. (end/jpg/ril)

Prosesi wukuf sendiri berlangsung hari ini (23/9). Diawali dengan khotbah wukuf oleh amirulhaji atau menteri agama (menag) menjelang Salat Zuhur. Lalu dilanjutkan dengan pembacaan doa wukuf. Setelah Salat Zuhur, jamaah bebas untuk berdoa sendiri-sendiri di maktab atau tenda. Itu dilakukan hingga menjelang Salat Magrib. Setelah Salat Magrib, jamaah dengan menggunakan bus akan menuju Muzdalifah untuk bermalam (mabit) dan mengambil batu untuk melempar Jumrah keesokan harinya. Setelah tiga hari di Mina, jamaah kembali ke Makkah untuk melakukan tawaf ifadah, tahalul, dan tawaf wadak.

Sementara itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang akan memberikan kotbah wukuf hari ini mengimbau kepada jamaah haji tahun ini untuk memanfaatkan kesempatan berwukuf di Arafah sebagai momentum melakukan muhasabah atau introspeksi diri.

“Arafah itu tidak hanya tahu dan faham, tapi memahami keberadaan dirinya. Saat Arafah, jamaah diminta untuk wukuf (diam), maksudnya merenung, introspeksi, muhasabah terhadap keberadaannya sebagai manusia, sehingga bisa sampai pada pengenalan terhadap Tuhannya setelah dia mampu mengenali dirinya,” tegas Lukman Hakim Saifuddin terkait makna Arafah, Makkah.

Menurutnya, pengertian puncak haji di Arafah bersumber dari Rasulullah yang mengatakan bahwa haji adalah Arafah. Itu kata Menag karena Arafah adalah tingkat tertinggi seseorang yang mampu mengenali dirinya. “Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu. Barang siapa yang telah mampu mengetahui hakikat dirinya maka sesungguhnya dia telah mengenal dan mengetahui hakikat Tuhannya,” jelasnya.

“Jadi dengan mengenali diri kita sendiri, sebenarnya itu adalah cara bagaimana kita bisa sampai mengenal Tuhan kita,” tambahnya.

Perenungan dalam Arafah dimaksudkan agar jamaah haji mampu lebih mawas diri terhadap kemanusiaannya. Dalam Islam, lanjut Menag, kemanusiaan itu hakikatnya dua yang kemudian menyatu. Pertama, fungsi manusia sebagai khalifatullah, pengelola alam semesta. “Dalam Islam, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. Derajat tertinggi kualitas kemanusiaan kita adalah kalau kita mampu menebarkan kemaslahatan bagi sebanyak mungkin sesama kita,” terangnya.

Kedua, fungsi sebagai hamba Allah. Menurut Menag, melakukan fungsi Khalifatullah dengan baik adalah wujud dari fungsi manusia sebagai hamba Allah atau bentuk ketundukan kita kepada Allah. “Di situlah perenungan yang perlu dilakukan saat kita wukuf di Arafah,” ujarnya.

Anggota Amirulhaj yang juga anggota Syuriah PBNU KH. Masdar Farid Masudi berpesan agar jamaah haji dapat menjaga martabat dan kehormatan sebagai seorang haji. Menurutnya, orang yang sudah berhaji harus mampu melakukan perubahan akhlak, misalnya dari yang sebelumnya baik, menjadi lebih baik lagi, dari yang sebelumnya kurang rajin beribadah menjadi lebih rajin beribadah. (end/jpg/ril)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/