25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Fotografer Dikeroyok TNI

Kekerasan Terhadap Jurnalis di Palembang

PALEMBANG-Kekerasan terhadap wartawan kembali terjadi. Kali ini menimpa Kris Samiaji, fotografer Harian Sumatera Ekspres (grup Sumut Pos), Rabu (21/11) lalu. Padahal, sebelumnya, Rabu (17/10), Komandan Pangkalan TNI AU (Danlanud) Palembang Letkol Pnb Adam Suharto telah berkomitmen tidak ada lagi tindak kekerasan yang akan dilakukan pihak TNI AU.

DIKEPUNG: Fotografer SUmatera Ekspres, Kris Samiaji, saat dikepung personel TNI AU ketika meliput  terjadi bentrok warga  TNI AU  Palembang, Rabu (21/11) lalu.//sumeks/jpnn
DIKEPUNG: Fotografer SUmatera Ekspres, Kris Samiaji, saat dikepung personel TNI AU ketika meliput terjadi bentrok warga dan TNI AU di Palembang, Rabu (21/11) lalu.//sumeks/jpnn

Ketua Persatuan Wartawan Indonesian (PWI)nnSumsel, H Oktaf Riady, menyesalkan tindakan oknum TNI AU yang melakukan aksi kekerasan terhadap pewarta foto Sumeks. ’’Beliau sudah berjanji tapi malah ada kasus penganiayaan yang dilakukan oknum anggota TNI AU. Ini artinya pihak TNI AU telah ingkar janji,’’ tegasnya.

Neni, wartawan Harian Sumatera Ekpres, hanya bisa histeris melihat rekan sekerjanya dianiaya oleh oleh oknum anggota TNI AU. Diceritakannya bahwa kejadian tersebut berawal saat Mas Kris-sapaan akrab Kris Samiaji tengah mengambil gambar bentrok warga dan anggota TNI AU mengenai penggusuran lahan milik warga di RT 27, Kecamatan Sukarami. Tiba-tiba Mas kris langsung didekati oleh sekumpulan oknum TNI AU.

“Waktu itu Mas kris lagi ngambi foto blockade warga, tahu-tahu Dia (Kris Samiaji) langsung dipegang dan dipukul. Saya langsung teriak-teriak karena dia teman saya, tapi saya disuruh diam. Kamera Mas kris juga sempat mau diambil tapi dipertahankannya,” ujar Neni yang masih shock akibat tindak kekerasan tersebut.

Menurutnya lagi, aksi yang dilakukan oknum TNI AU tersebut sudah diambang batas, karena tak lagi menghormati profesi jurnalis. “Malah saya yang cewek pun nyaris dianiaya, untung saya pakai helm,” terangnnya.

Hal senada juga disampaikan Hafiz, salah satu wartawan harian Palembang Pos di lokasi kejadian. Menurutnya wartawan langsung diintimidasi untuk tidak berbuat apa-apa saat aksi kekerasan terjadi. Namun akhirnya dirinya dan Muhsaful salah satu fotografer senior langsung menyelamatkan Kris dari sekumpulan oknum TNI AU tersebut. Bahkan diterangkannya, bahwa Muhsaful juga sempat terkena pukulan oknum TNI AU saat hendak menyelamatkan Kris.

“Mas Kris sendirian dikepung oleh lebih dari sepuluh anggota TNI berseragam loreng. Saya dan Kak Muhsaful langsung mendekati dan menyelamatkan Mas Kris. Kami juga sempat diintimidasi untuk tidak menyebarluaskan berita ini,” tambahnya.

Tak hanya itu, handphone Adi, wartawan Berita Pagi yang berada di lokasi kejadian juga sempat akan dirampas oleh oknum TNI AU. Oknum TNI AU tersebut mengira bahwa Adi menyimpan video aksi kekerasan tersebut. “Mereka takut saya merekam aksi tersebut, jadi HP mau dirampas,” tambah Adi.
Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Asman Yunus mengaku terkejut mendengar kabar ada lagi anggota TNI AU memukul dua wartawan di Palembang.

Ia baru mendapat laporan Rabu (21/11) petang setelah dihubungi wartawan koran ini tentang adanya bentrokan di Palembang yang berujung pada pemukulan wartawan.

Terkait itu, Asman membenarkan adanya anggotanya yang mendorong wartawan bernama Kris Samiaji. Namun adanya pemukulan dibantahnya. Jika memang terbukti anggota TNI AU sengaja melakukan pemukulan kepada wartawan, pasti Mabes TNI AU akan memprosesnya secara hukum.
“Memang ada yang mendorong wartawan tersebut. Tetapi kalau pemukulan itu tidak ada,” katanya kepada Sumatera Ekspres. Alasan anggota mendorong wartawan karena ada mobil yang hendak menabrak arah kerumunan anggota dan wartawan. Bisa saja, katanya, ada pihak warga yang ingin memukul anggota TNI namun menyasar ke wartawan. Dalam situasi bentrok massa seperti itu, lanjut Asman, siapa yang memukul dan siapa yang dipukul tidak dapat diprediksi.

“Kalau dalam situasi bentrok dan kacau, memang agak susah untuk membedakan mana yang wartawan dan bukan,” ungkapnya.
Namun Asman menegaskan, TNI AU tidak pernah berniat untuk melakukan kekerasan terhadap wartawan. Karena ia memandang pers adalah mitra TNI dalam mengamankan kesatuan Indonesia.

Meski demikian, ia mempersilahkan Kris Samiaji dan rekannya jika ingin melaporkan ke polisi terkait kekerasan yang dialaminya. “Kami persilahkan jika ia (Kris) ingin melaporkan ke Polisi. Kami tidak akan melarangnya,” kata Asman.

Asman sendiri berjanji akan memproses hukum jika ada anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap wartawan. “Pasti, kita akan proses hukum jika anggota terbukti melakukan kekerasan,” lanjutnya. Pihaknya pun mengaku tetap akan menyelidiki terkait
pemukulan yang dilakukan terhadap wartawan tersebut.

Asman mengaku telah menekankan kepada jajaran TNI AU yang berada di seluruh penjuru nusantara untuk tidak melakukan pemukulan terhadap wartawan yang tengah melakukan tugas jurnalistiknya. “Ya, sudah saya peringatkan sejak kejadian di Riau itu,”
tambahnya.(gti/ran/jpnn)

Ketika Jurnalis Palembang jadi Korban

LOKASI: Jl Letjen Harun Sohar (Tanjung Api-Api), Lorong Prajurit, RT 27/10, Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami Palembang, sekitar pukul 08.30 WIB, Rabu (21/11).

TUGAS LIPUTAN: Kisruh warga dengan TNI AU terkait klaim tanah 750 hektar.

Kronologis

  1. Terjadi bentrok antara personel TNI AU dengan warga yang menutup akses jalan ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dan TNI AU.
  2. Fotografer Sumatera Ekspres, Kris Samiaji mengambil foto seorang warga bernama Sultan yang mendapat perlawanan dari TNI AU hingga pingsan.
  3. Tiba-tiba personel TNI AU yang melihat keberadaan Kris Samiaji langsung mengejar dan berusaha merampas kamera Kris. Sejumlah oknum TNI AU (sekitar 10 orang) langsung mengepung Kris Samiaji dan tetap memaksa mengambil kamera.
  4. Kris mempertahankan kamera dengan memeluknya erat-erat dengan cara menunduk, kaki menyentuh aspal dan tas kamera tetap disandang. Seorang oknum TNI AU mencoba menarik kamera D300 Nikon warna hitam dari arah samping. Kejadian ini disaksikan oleh Neni, wartawan Sumatera Ekspres yang meliput aksi demo warga sebelumnya.
  5. Wartawan Berita Pagi, Adi Kurniawan, yang juga meliput sekaligus merekam kejadian tersebut dengan handphone BlackBerry menjadi korban. Dia diintimidasi dengan cara hasil foto dan rekaman dihapus dan hp-nya terjatuh dan tidak menyala lagi.Catatan: Lahan yang disengketakan oleh warga dan TNI AU Palembang itu, dikabarkan akan dibuat Lapangan Golf Internasional.

Sumber: Hasil peliputan Sumatera Ekspres.

Terkait: Danlanud Palembang: Wajar jika Kepukul

Kekerasan Terhadap Jurnalis di Palembang

PALEMBANG-Kekerasan terhadap wartawan kembali terjadi. Kali ini menimpa Kris Samiaji, fotografer Harian Sumatera Ekspres (grup Sumut Pos), Rabu (21/11) lalu. Padahal, sebelumnya, Rabu (17/10), Komandan Pangkalan TNI AU (Danlanud) Palembang Letkol Pnb Adam Suharto telah berkomitmen tidak ada lagi tindak kekerasan yang akan dilakukan pihak TNI AU.

DIKEPUNG: Fotografer SUmatera Ekspres, Kris Samiaji, saat dikepung personel TNI AU ketika meliput  terjadi bentrok warga  TNI AU  Palembang, Rabu (21/11) lalu.//sumeks/jpnn
DIKEPUNG: Fotografer SUmatera Ekspres, Kris Samiaji, saat dikepung personel TNI AU ketika meliput terjadi bentrok warga dan TNI AU di Palembang, Rabu (21/11) lalu.//sumeks/jpnn

Ketua Persatuan Wartawan Indonesian (PWI)nnSumsel, H Oktaf Riady, menyesalkan tindakan oknum TNI AU yang melakukan aksi kekerasan terhadap pewarta foto Sumeks. ’’Beliau sudah berjanji tapi malah ada kasus penganiayaan yang dilakukan oknum anggota TNI AU. Ini artinya pihak TNI AU telah ingkar janji,’’ tegasnya.

Neni, wartawan Harian Sumatera Ekpres, hanya bisa histeris melihat rekan sekerjanya dianiaya oleh oleh oknum anggota TNI AU. Diceritakannya bahwa kejadian tersebut berawal saat Mas Kris-sapaan akrab Kris Samiaji tengah mengambil gambar bentrok warga dan anggota TNI AU mengenai penggusuran lahan milik warga di RT 27, Kecamatan Sukarami. Tiba-tiba Mas kris langsung didekati oleh sekumpulan oknum TNI AU.

“Waktu itu Mas kris lagi ngambi foto blockade warga, tahu-tahu Dia (Kris Samiaji) langsung dipegang dan dipukul. Saya langsung teriak-teriak karena dia teman saya, tapi saya disuruh diam. Kamera Mas kris juga sempat mau diambil tapi dipertahankannya,” ujar Neni yang masih shock akibat tindak kekerasan tersebut.

Menurutnya lagi, aksi yang dilakukan oknum TNI AU tersebut sudah diambang batas, karena tak lagi menghormati profesi jurnalis. “Malah saya yang cewek pun nyaris dianiaya, untung saya pakai helm,” terangnnya.

Hal senada juga disampaikan Hafiz, salah satu wartawan harian Palembang Pos di lokasi kejadian. Menurutnya wartawan langsung diintimidasi untuk tidak berbuat apa-apa saat aksi kekerasan terjadi. Namun akhirnya dirinya dan Muhsaful salah satu fotografer senior langsung menyelamatkan Kris dari sekumpulan oknum TNI AU tersebut. Bahkan diterangkannya, bahwa Muhsaful juga sempat terkena pukulan oknum TNI AU saat hendak menyelamatkan Kris.

“Mas Kris sendirian dikepung oleh lebih dari sepuluh anggota TNI berseragam loreng. Saya dan Kak Muhsaful langsung mendekati dan menyelamatkan Mas Kris. Kami juga sempat diintimidasi untuk tidak menyebarluaskan berita ini,” tambahnya.

Tak hanya itu, handphone Adi, wartawan Berita Pagi yang berada di lokasi kejadian juga sempat akan dirampas oleh oknum TNI AU. Oknum TNI AU tersebut mengira bahwa Adi menyimpan video aksi kekerasan tersebut. “Mereka takut saya merekam aksi tersebut, jadi HP mau dirampas,” tambah Adi.
Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Asman Yunus mengaku terkejut mendengar kabar ada lagi anggota TNI AU memukul dua wartawan di Palembang.

Ia baru mendapat laporan Rabu (21/11) petang setelah dihubungi wartawan koran ini tentang adanya bentrokan di Palembang yang berujung pada pemukulan wartawan.

Terkait itu, Asman membenarkan adanya anggotanya yang mendorong wartawan bernama Kris Samiaji. Namun adanya pemukulan dibantahnya. Jika memang terbukti anggota TNI AU sengaja melakukan pemukulan kepada wartawan, pasti Mabes TNI AU akan memprosesnya secara hukum.
“Memang ada yang mendorong wartawan tersebut. Tetapi kalau pemukulan itu tidak ada,” katanya kepada Sumatera Ekspres. Alasan anggota mendorong wartawan karena ada mobil yang hendak menabrak arah kerumunan anggota dan wartawan. Bisa saja, katanya, ada pihak warga yang ingin memukul anggota TNI namun menyasar ke wartawan. Dalam situasi bentrok massa seperti itu, lanjut Asman, siapa yang memukul dan siapa yang dipukul tidak dapat diprediksi.

“Kalau dalam situasi bentrok dan kacau, memang agak susah untuk membedakan mana yang wartawan dan bukan,” ungkapnya.
Namun Asman menegaskan, TNI AU tidak pernah berniat untuk melakukan kekerasan terhadap wartawan. Karena ia memandang pers adalah mitra TNI dalam mengamankan kesatuan Indonesia.

Meski demikian, ia mempersilahkan Kris Samiaji dan rekannya jika ingin melaporkan ke polisi terkait kekerasan yang dialaminya. “Kami persilahkan jika ia (Kris) ingin melaporkan ke Polisi. Kami tidak akan melarangnya,” kata Asman.

Asman sendiri berjanji akan memproses hukum jika ada anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap wartawan. “Pasti, kita akan proses hukum jika anggota terbukti melakukan kekerasan,” lanjutnya. Pihaknya pun mengaku tetap akan menyelidiki terkait
pemukulan yang dilakukan terhadap wartawan tersebut.

Asman mengaku telah menekankan kepada jajaran TNI AU yang berada di seluruh penjuru nusantara untuk tidak melakukan pemukulan terhadap wartawan yang tengah melakukan tugas jurnalistiknya. “Ya, sudah saya peringatkan sejak kejadian di Riau itu,”
tambahnya.(gti/ran/jpnn)

Ketika Jurnalis Palembang jadi Korban

LOKASI: Jl Letjen Harun Sohar (Tanjung Api-Api), Lorong Prajurit, RT 27/10, Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami Palembang, sekitar pukul 08.30 WIB, Rabu (21/11).

TUGAS LIPUTAN: Kisruh warga dengan TNI AU terkait klaim tanah 750 hektar.

Kronologis

  1. Terjadi bentrok antara personel TNI AU dengan warga yang menutup akses jalan ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dan TNI AU.
  2. Fotografer Sumatera Ekspres, Kris Samiaji mengambil foto seorang warga bernama Sultan yang mendapat perlawanan dari TNI AU hingga pingsan.
  3. Tiba-tiba personel TNI AU yang melihat keberadaan Kris Samiaji langsung mengejar dan berusaha merampas kamera Kris. Sejumlah oknum TNI AU (sekitar 10 orang) langsung mengepung Kris Samiaji dan tetap memaksa mengambil kamera.
  4. Kris mempertahankan kamera dengan memeluknya erat-erat dengan cara menunduk, kaki menyentuh aspal dan tas kamera tetap disandang. Seorang oknum TNI AU mencoba menarik kamera D300 Nikon warna hitam dari arah samping. Kejadian ini disaksikan oleh Neni, wartawan Sumatera Ekspres yang meliput aksi demo warga sebelumnya.
  5. Wartawan Berita Pagi, Adi Kurniawan, yang juga meliput sekaligus merekam kejadian tersebut dengan handphone BlackBerry menjadi korban. Dia diintimidasi dengan cara hasil foto dan rekaman dihapus dan hp-nya terjatuh dan tidak menyala lagi.Catatan: Lahan yang disengketakan oleh warga dan TNI AU Palembang itu, dikabarkan akan dibuat Lapangan Golf Internasional.

Sumber: Hasil peliputan Sumatera Ekspres.

Terkait: Danlanud Palembang: Wajar jika Kepukul

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/