30 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Kekerasan, Pornografi dan Pelacuran Anak Hantui Indonesia

Enam anak bersama orang tuanya melaporkan tindak pencabulan yang di lakukan empat orang pemuda, beberapa waktu lalu.

SUMUTPOS.CO – Jutaan anak Indonesia saat ini tengah memperingati Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh pada tanggal 23 Juli. Ada ancaman nyata yang dihadapi anak-anak di Indonesia, mulai ancaman kekerasan hingga pornografi bahkan pelacuran anak yang semakin ramai melalui media sosial.

Koordinator Advokasi Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) Elisabeth, SH mengatakan, peringatan HAN dimaksudkan agar seluruh komponen bangsa Indonesia, yaitu negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orangtua bersama-sama mewujudkan kesejahteraan anak dengan menghormati hak-hak anak dan memberikan jaminan terhadap pemenuhannya tanpa perlakuan diskriminatif.

Namun faktanya, masih kerap terjadi ditemukan ancaman kekerasan dan diskriminasi terhadap anak, orang-orang terdekat seperti guru dan orangtua belum mampu membentuk karakter anak jauh lebih baik.

Menurutnya, peran keluarga merupakan sekolah pertama dan utama bagi tumbuh kembang anak. Orangtua wajib mendidik, membimbing dan membina anak dengan kasih sayang. Mereka juga harus jasi contoh bagi anak.

“Jangan hanya melarang anak pakai gadget tapi mereka tidak pernah lepas dari gadgetnya.  Semestinya mereka harus mampu menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan anak agar terhindar dari kekerasan atau pelecehan ungkapnya,” katanya.

Sementara itu, sosok guru dan lembaga pendidikan juga harus mampu menanamkan pendidikan karakter anak dengan baik, tidak dengan cara kekerasan atau diskriminatif. “Anak harus diajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal sesuai dengan kondisi dan situasi bangsa Indonesia,” terangnya.

Kasus-kasus lain dapat menjadi contoh dimana anak ternyata tidak mendapat perlindungan yang semestinya. Misalnya pelacuran/pornografi anak, baik di dunia nyata maupun lewat, internet. “Negara harus aktif dan hadir memblokir konten-konten pornografi dan pornoaksi yang banyak tersebar di media sosial, tak heran banyak pernikahan dini terjadi karena anak terlanjur sex dini, pacaran kelewat batas,” jelasnya.

Kata dia, satu hal yang perlu diketahui, anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak tumbuh dan berkembang menjadi orang dewasa dengan segala dinamika dalam perkembangannya. “Perlakuan terhadap anak haruslah berbeda dengan orang dewasa, karena perlakuan ini akan meninggalkan bekas dalam perkembangannya. Anak yang tumbuh dengan perlakuan yang salah, sudah jelas akan mengganggu perkembangannya kelak,” tegas perempuan yang akrab disapa Ely ini.

Dia berharap semua pihak bersama-sama bekerja untuk menjaga agar masyarakat bisa paham tentang masalah anak-anak, yakni kasus pelacuran, pornografi dan kekerasan yang terjadi di Indonesia. “Memang kita belum mentabulasi berapa jumlah kasus kekerasan, pornografi dan pelacuran yang terjadi terhadap anak. Tapi semua bisa melihat, kasus tersebut banyak terjadi di Indonesia. Untuk itu saya berharap peringatan HAN ini bisa menjadi pengingat dan penanda agar orangtua peduli untuk menjaga dan mendidik anaknya,” pungkas Elisabeth. (dvs/ila)

 

Enam anak bersama orang tuanya melaporkan tindak pencabulan yang di lakukan empat orang pemuda, beberapa waktu lalu.

SUMUTPOS.CO – Jutaan anak Indonesia saat ini tengah memperingati Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh pada tanggal 23 Juli. Ada ancaman nyata yang dihadapi anak-anak di Indonesia, mulai ancaman kekerasan hingga pornografi bahkan pelacuran anak yang semakin ramai melalui media sosial.

Koordinator Advokasi Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) Elisabeth, SH mengatakan, peringatan HAN dimaksudkan agar seluruh komponen bangsa Indonesia, yaitu negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orangtua bersama-sama mewujudkan kesejahteraan anak dengan menghormati hak-hak anak dan memberikan jaminan terhadap pemenuhannya tanpa perlakuan diskriminatif.

Namun faktanya, masih kerap terjadi ditemukan ancaman kekerasan dan diskriminasi terhadap anak, orang-orang terdekat seperti guru dan orangtua belum mampu membentuk karakter anak jauh lebih baik.

Menurutnya, peran keluarga merupakan sekolah pertama dan utama bagi tumbuh kembang anak. Orangtua wajib mendidik, membimbing dan membina anak dengan kasih sayang. Mereka juga harus jasi contoh bagi anak.

“Jangan hanya melarang anak pakai gadget tapi mereka tidak pernah lepas dari gadgetnya.  Semestinya mereka harus mampu menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan anak agar terhindar dari kekerasan atau pelecehan ungkapnya,” katanya.

Sementara itu, sosok guru dan lembaga pendidikan juga harus mampu menanamkan pendidikan karakter anak dengan baik, tidak dengan cara kekerasan atau diskriminatif. “Anak harus diajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal sesuai dengan kondisi dan situasi bangsa Indonesia,” terangnya.

Kasus-kasus lain dapat menjadi contoh dimana anak ternyata tidak mendapat perlindungan yang semestinya. Misalnya pelacuran/pornografi anak, baik di dunia nyata maupun lewat, internet. “Negara harus aktif dan hadir memblokir konten-konten pornografi dan pornoaksi yang banyak tersebar di media sosial, tak heran banyak pernikahan dini terjadi karena anak terlanjur sex dini, pacaran kelewat batas,” jelasnya.

Kata dia, satu hal yang perlu diketahui, anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak tumbuh dan berkembang menjadi orang dewasa dengan segala dinamika dalam perkembangannya. “Perlakuan terhadap anak haruslah berbeda dengan orang dewasa, karena perlakuan ini akan meninggalkan bekas dalam perkembangannya. Anak yang tumbuh dengan perlakuan yang salah, sudah jelas akan mengganggu perkembangannya kelak,” tegas perempuan yang akrab disapa Ely ini.

Dia berharap semua pihak bersama-sama bekerja untuk menjaga agar masyarakat bisa paham tentang masalah anak-anak, yakni kasus pelacuran, pornografi dan kekerasan yang terjadi di Indonesia. “Memang kita belum mentabulasi berapa jumlah kasus kekerasan, pornografi dan pelacuran yang terjadi terhadap anak. Tapi semua bisa melihat, kasus tersebut banyak terjadi di Indonesia. Untuk itu saya berharap peringatan HAN ini bisa menjadi pengingat dan penanda agar orangtua peduli untuk menjaga dan mendidik anaknya,” pungkas Elisabeth. (dvs/ila)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/