25 C
Medan
Thursday, March 6, 2025

Kapolri: Polda Wajib Berlomba Ungkap Narkotika

FOTO:HENDRA EKA/JAWA POS Kapolri, Jenderal Pol Tito Karnavian.
FOTO:HENDRA EKA/JAWA POS
Kapolri, Jenderal Pol Tito Karnavian.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian tak main-main dalam memberantas narkoba. Pucuk pimpinan Polri itu memerintahkan seluruh Polda, Polres dan Polsek untuk berlomba mengungkap kasus narkotika. Bahkan, Tito tak segan-segan mencopot Kapolda, Kapolres, dan Kapolsek yang minim prestasi dalam mengungkap kasus narkoba.

Ditemui di ruang Rupatama, Gedung Utama, Mabes Polri, mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) tersebut mengaku telah menginstruksikan Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto untuk menginventarisir setiap Polda, Polres, hingga Polsek terkait kasus narkotika. Inventarisir ini perlu untuk mengetahui bagaimana prestasi setiap lembaga dibawah Polri tersebut. ”Kita cek semua bagaimana kinerja mereka,” ujarnya.

Ada penilaian untuk setiap Polda hingga Polsek yang mengungkap narkotika. Ukuran penilaian itu kuantitas dan kualitas dalam menyelesaikan kasus narkotika. Semakin banyak kasus narkotika yang diungkap tentunya makin berprestasi.

”Tapi, tak hanya jumlah kasusnya,” tuturnya.

Kapolri menegaskan, selama ini ada keluhan bahwa penanganan kasus narkotika hanya menangkap kurir atau orang bawahan. Maka, dalam instruksinya kali ini, penanganan kasus narkotika harus menyentuh pada sosok kunci. ”Orang yang mengendalikan, orang yang mendanai. Orang itu harus ditangkap,” terangnya.

Namun, tentunya kondisi setiap daerah memiliki perbedaan. Ada daerah yang memang rawan narkotika, ada pula daerah yang tingkat kejahatan narkotikanya minim. Maka, tentu penilaiannya akan dilakukan sesuai dengan kondisi tersebut.

Dia mencontohkan, untuk Polda Metro Jaya tentunya mengungkap kasus 20 kg itu bukan prestasi. Tapi, bila Polda di Sulawesi ada yang mengungkap 20 kg tentu itu prestasi. ”Kami akan menilai dengan adil,” ujarnya.

Bila, ternyata ada Polda, Polres dan Polsek yang kompetitif atau berprestasi, maka Kapolri menjanjikan reward atau penghargaan. Salah satunya, mutasi ke daerah yang dinilai memiliki potensi berprestasi lain.

”Jabatannya juga bisa naik kalau prestasinya luar biasa,” tutur jenderal berbintang empat tersebut.

Langkah Polri untuk bergerak cepat menangani kasus narkotika tentunya tetap harus sesuai prosedur. Jangan sampai, ada kesalahan dalam menangkap pelaku bandar narkotika.

”Kalau bandar tangkap, tapi kalau hanya pengguna ya rehabilitasi,” ujarnya.

Dia juga meminta setiap jajarannya untuk tidak kelewat batas dalam menangani kasus narkotika. Jangan sampai, ada petugas yang menggunakan kekerasan secara berlebihan hingga menimbulkan korban nyawa. ”Kita berperang dengan pengedar narkotika, tapi tidak pula harus menewaskannya. Tidak perlu se-ekstrim Filipina,” tuturnya.

Tapi, personel Polri juga jangan sampai terlambat dalam mengambil keputusan tegas untuk melumpuhkan bandar yang melawan. Kalau memang ada bandar yang melawan dan mengancam keselamatan personil, maka Tito menginstruksikan pembelaan diri harus dilakukan.

”Kalau bandar punya pistol ya tembak dulu. Kalau mengancam dengan senjata tajam ya lumpuhkan,” tegasnya.

FOTO:HENDRA EKA/JAWA POS Kapolri, Jenderal Pol Tito Karnavian.
FOTO:HENDRA EKA/JAWA POS
Kapolri, Jenderal Pol Tito Karnavian.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian tak main-main dalam memberantas narkoba. Pucuk pimpinan Polri itu memerintahkan seluruh Polda, Polres dan Polsek untuk berlomba mengungkap kasus narkotika. Bahkan, Tito tak segan-segan mencopot Kapolda, Kapolres, dan Kapolsek yang minim prestasi dalam mengungkap kasus narkoba.

Ditemui di ruang Rupatama, Gedung Utama, Mabes Polri, mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) tersebut mengaku telah menginstruksikan Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto untuk menginventarisir setiap Polda, Polres, hingga Polsek terkait kasus narkotika. Inventarisir ini perlu untuk mengetahui bagaimana prestasi setiap lembaga dibawah Polri tersebut. ”Kita cek semua bagaimana kinerja mereka,” ujarnya.

Ada penilaian untuk setiap Polda hingga Polsek yang mengungkap narkotika. Ukuran penilaian itu kuantitas dan kualitas dalam menyelesaikan kasus narkotika. Semakin banyak kasus narkotika yang diungkap tentunya makin berprestasi.

”Tapi, tak hanya jumlah kasusnya,” tuturnya.

Kapolri menegaskan, selama ini ada keluhan bahwa penanganan kasus narkotika hanya menangkap kurir atau orang bawahan. Maka, dalam instruksinya kali ini, penanganan kasus narkotika harus menyentuh pada sosok kunci. ”Orang yang mengendalikan, orang yang mendanai. Orang itu harus ditangkap,” terangnya.

Namun, tentunya kondisi setiap daerah memiliki perbedaan. Ada daerah yang memang rawan narkotika, ada pula daerah yang tingkat kejahatan narkotikanya minim. Maka, tentu penilaiannya akan dilakukan sesuai dengan kondisi tersebut.

Dia mencontohkan, untuk Polda Metro Jaya tentunya mengungkap kasus 20 kg itu bukan prestasi. Tapi, bila Polda di Sulawesi ada yang mengungkap 20 kg tentu itu prestasi. ”Kami akan menilai dengan adil,” ujarnya.

Bila, ternyata ada Polda, Polres dan Polsek yang kompetitif atau berprestasi, maka Kapolri menjanjikan reward atau penghargaan. Salah satunya, mutasi ke daerah yang dinilai memiliki potensi berprestasi lain.

”Jabatannya juga bisa naik kalau prestasinya luar biasa,” tutur jenderal berbintang empat tersebut.

Langkah Polri untuk bergerak cepat menangani kasus narkotika tentunya tetap harus sesuai prosedur. Jangan sampai, ada kesalahan dalam menangkap pelaku bandar narkotika.

”Kalau bandar tangkap, tapi kalau hanya pengguna ya rehabilitasi,” ujarnya.

Dia juga meminta setiap jajarannya untuk tidak kelewat batas dalam menangani kasus narkotika. Jangan sampai, ada petugas yang menggunakan kekerasan secara berlebihan hingga menimbulkan korban nyawa. ”Kita berperang dengan pengedar narkotika, tapi tidak pula harus menewaskannya. Tidak perlu se-ekstrim Filipina,” tuturnya.

Tapi, personel Polri juga jangan sampai terlambat dalam mengambil keputusan tegas untuk melumpuhkan bandar yang melawan. Kalau memang ada bandar yang melawan dan mengancam keselamatan personil, maka Tito menginstruksikan pembelaan diri harus dilakukan.

”Kalau bandar punya pistol ya tembak dulu. Kalau mengancam dengan senjata tajam ya lumpuhkan,” tegasnya.

spot_img

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

spot_imgspot_imgspot_img

Artikel Terbaru