29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kemenkes Temukan Virus Polio di Feses 3 Anak Pidie, Satu Wilayah dengan Pasien Positif

ACEH, SUMUTPOS.CO – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan virus polio pada feses tiga anak di Kabupaten Pidie, Aceh. Sebelumnya, satu anak di kabupaten yang sama dinyatakan positif polio dan Indonesia mendeklarasikan kejadian luar biasa (KLB) polio.

Ketua Tim Kerja Imunisasi WUS, Surveilans PD3I, dan KIPI Direktorat Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Endang Budi Hastuti kemarin (25/11) menegaskan, meski ditemukan virus pada sampel feses mereka, tiga anak tersebut belum dinyatakan positif polio. Sebab, kondisi mereka tidak mengalami lumpuh layu seperti penyandang polio pada umumnya.

Endang juga membeberkan riwayat vaksinasi tiga anak itu. Dua anak baru mendapatkan oral polio vaccine (OPV). Sementara itu, satu anak lagi malah belum pernah mendapatkan vaksin polio sama sekali. Ada dua jenis vaksin polio, yakni OPV dan inactive polio vaccine (IPV). “Dua anak usia 1 tahun 11 bulan dan anak usia 5 tahun status vaksinnya tidak lengkap,” ujarnya.

Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu cara terhindar polio, tentu selain vaksin. Sayangnya, tim survei menemukan tiga anak tersebut tidak menerapkan PHBS.

Orang tua anak yang usianya 1 tahun 11 bulan masih menggunakan popok sekali pakai dan dibuang di sungai. Sedangkan anak 5 tahun buang air di WC umum atau kebun depan rumahnya.

Tiga anak tersebut masih berada dalam satu wilayah dengan satu pasien usia 7 tahun yang dinyatakan polio. Survei yang dilakukan memang menyasar pada anak-anak di lingkungan sekitar pasien polio. “Tujuannya mengidentifikasi transmisi lingkungan sekitar di masyarakat atau komunitas,” bebernya.

Pada awal November lalu, ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie. Kemudian, dilakukan penelusuran epidemiologi di sekitar lokasi kasus polio melalui pemeriksaan tinja terhadap 19 anak sehat dan bukan kontak dari kasus yang berusia di bawah 5 tahun.

Hal itu dilakukan untuk menilai apakah sudah terjadi transmisi di komunitas. “Dari hasil pemeriksaan terhadap 19 anak, didapati 3 anak positif virus polio,” ujar Juru Bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril.

Meski demikian, sesuai dengan pedoman WHO, tiga anak itu tidak dimasukkan kriteria kasus karena tidak memenuhi kriteria lumpuh layu mendadak. Pemantauan terus dilakukan. Termasuk skrining dari rumah ke rumah untuk memastikan tidak ada tambahan kasus lumpuh layu yang belum terlaporkan.

Penyakit polio sangat berbahaya bagi anak. Sebab, dampaknya permanen seumur hidup, mengakibatkan kelumpuhan, dan belum ada obatnya. Namun, kondisi itu dapat dicegah dengan mudah melalui imunisasi polio lengkap, baik imunisasi tetes OPV maupun imunisasi suntik IPV. “Karena itu, kita harus melindungi masa depan anak-anak kita dengan memberikan vaksinasi imunisasi polio lengkap,” tutur Syahril. (lyn/c19/ttg)

ACEH, SUMUTPOS.CO – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan virus polio pada feses tiga anak di Kabupaten Pidie, Aceh. Sebelumnya, satu anak di kabupaten yang sama dinyatakan positif polio dan Indonesia mendeklarasikan kejadian luar biasa (KLB) polio.

Ketua Tim Kerja Imunisasi WUS, Surveilans PD3I, dan KIPI Direktorat Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Endang Budi Hastuti kemarin (25/11) menegaskan, meski ditemukan virus pada sampel feses mereka, tiga anak tersebut belum dinyatakan positif polio. Sebab, kondisi mereka tidak mengalami lumpuh layu seperti penyandang polio pada umumnya.

Endang juga membeberkan riwayat vaksinasi tiga anak itu. Dua anak baru mendapatkan oral polio vaccine (OPV). Sementara itu, satu anak lagi malah belum pernah mendapatkan vaksin polio sama sekali. Ada dua jenis vaksin polio, yakni OPV dan inactive polio vaccine (IPV). “Dua anak usia 1 tahun 11 bulan dan anak usia 5 tahun status vaksinnya tidak lengkap,” ujarnya.

Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu cara terhindar polio, tentu selain vaksin. Sayangnya, tim survei menemukan tiga anak tersebut tidak menerapkan PHBS.

Orang tua anak yang usianya 1 tahun 11 bulan masih menggunakan popok sekali pakai dan dibuang di sungai. Sedangkan anak 5 tahun buang air di WC umum atau kebun depan rumahnya.

Tiga anak tersebut masih berada dalam satu wilayah dengan satu pasien usia 7 tahun yang dinyatakan polio. Survei yang dilakukan memang menyasar pada anak-anak di lingkungan sekitar pasien polio. “Tujuannya mengidentifikasi transmisi lingkungan sekitar di masyarakat atau komunitas,” bebernya.

Pada awal November lalu, ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie. Kemudian, dilakukan penelusuran epidemiologi di sekitar lokasi kasus polio melalui pemeriksaan tinja terhadap 19 anak sehat dan bukan kontak dari kasus yang berusia di bawah 5 tahun.

Hal itu dilakukan untuk menilai apakah sudah terjadi transmisi di komunitas. “Dari hasil pemeriksaan terhadap 19 anak, didapati 3 anak positif virus polio,” ujar Juru Bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril.

Meski demikian, sesuai dengan pedoman WHO, tiga anak itu tidak dimasukkan kriteria kasus karena tidak memenuhi kriteria lumpuh layu mendadak. Pemantauan terus dilakukan. Termasuk skrining dari rumah ke rumah untuk memastikan tidak ada tambahan kasus lumpuh layu yang belum terlaporkan.

Penyakit polio sangat berbahaya bagi anak. Sebab, dampaknya permanen seumur hidup, mengakibatkan kelumpuhan, dan belum ada obatnya. Namun, kondisi itu dapat dicegah dengan mudah melalui imunisasi polio lengkap, baik imunisasi tetes OPV maupun imunisasi suntik IPV. “Karena itu, kita harus melindungi masa depan anak-anak kita dengan memberikan vaksinasi imunisasi polio lengkap,” tutur Syahril. (lyn/c19/ttg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/