JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Polisi sudah berhasil menguak identitas dua pelaku bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu. Keduanya merupakan murid dari gembong kelompok teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Aman Abdurrahman.
Bahkan, diketahui keduanya menjenguk Aman di Nusakambangan, dua minggu sebelum melakukan aksi teror. Kehadiran mereka untuk mendapatkan semacam restu sebelum beraksi.
Aman diketahui menjadi pemimpin ideologis dari JAD, dia juga yang memberikan instruksi di balik aksi teror Thamrin.
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Mabes Polri, Kombes Martinus Sitompul mengakui bahwa dari barang bukti yang ditemukan, seperti serpihan panci aluminium, kabel swicth, paku dan sisa bahan peledak, maka sangat mirip dengan bom yang selama ini dibuat kelompok JAD. “Modusnya juga sama dengan kelompok yang dipimpin Aman Abdurrahman,” paparnya.
Identitas dua orang pelaku pengeboman tersebut, memang Ichwan Nurul Salam dan Ahmad Sukir. Saat ini untuk rumah dari Ichwan telah dilakukan penggeledahan.
Selain untuk menemukan barang bukti lain, juga untuk memastikan identitas keduanya melalui pihak keluarga. “Keluarganya juga diminta mengenali,” paparnya.
Kabidhumas Polda Jawa Barat Kombes Yusri Yunus menuturkan, identitas kedua pelaku sudah hampir pasti benar.
Pasalnya, keluarga keduanya sudah membenarkan identitasnya. Masalahnya, masih perlu dilakukan tes DNA untuk memastikannya kembali. “Hukum kita mewajibkan tes DNA ya,” tuturnya.
Saat ini masih dilakukan pengembangan dengan mencari barang bukti dari rumah kontrakan AS yang berada di Garut. Kalau sesuai pernyataan ibunya, AS tinggal di Garut berprofesi sebagai penjahit pakaian. “Kami cek ke rumah kontrakannya,” ujarnya.
Sementara Kadivhumas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengungkapkan bahwa jenis bom yang diledakkan di Terminal Kampung Melayu itu kemungkinan merupakan bom panci.
Selain ada serpihan panci, juga ditemukan kwitansi pembelian panci di sebuah toko swalayan di Padalarang, Kabupaten Bandung. “Namun, identifikasi masih belum usai,” paparnya.
Kwitansi pembelian bom panci itu tertanggal 22 Mei 2017, dengan kejadian aksi teror pada 24 Mei, apakah berarti perangkaian bom panci ini hanya dilakukan dalam dua hari? Setyo mengakui bahwa dalam kwitansi itu memang tertera tanggal 22 Mei. “Namun, sedang didalami apakah hanya dirangkai dalam dua hari,” paparnya.