25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Keluarga Berharap Dimas adalah Korban Terakhir

Foto: Fahril/PM Tia, pacar Dimas, saat menuju pemakaman sang kekasih.
Foto: Fahril/PM
Tia, pacar Dimas, saat menuju pemakaman sang kekasih.

SUMUTPOS.CO – Duka mendalam masih menyelimuti keluarga besar Dimas Dikita Handoko (19), mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara yang tewas dianiaya seniornya. Meski sudah mengikhlaskan kepergian korban, tapi mereka berharap ini adalah kejadian terakhir dan polisi mengusut tuntas kasus tersebut. Dengan begitu, tak ada lagi orangtua yang akan mengalami nasib serupa.

Hal ini diungkapkan keluarga Dimas saat ditemui di rumah duka Jl. Cibadak Gang II, Kel. Belawan II, Kec. Medan Belawan, Minggu (27/4).

Kedua orangtua almarhum, Budi Handoko (50) dan Nurgita Harnayanti alias Dora (49) tampak sangat terpukul atas kematian anak sulung mereka. Dengan wajah sedih dan lemas, Budi Handoko mengaku tak terima dengan kejadian itu.

“Kami keluarga benar–benar tak terima dengan kejadian menimpa anak kami, kami menyekolahkannya untuk mewujudkan cita – citanya, bukan untuk disiksa. Harapan kami polisi benar–benar menangani kasus ini,” kata Budi di hadapan istri dan keluarga lainnya. Pria sehari – hari bekerja di PT Pelindo I Belawan, mengharapkan agar kasus yang menimpa anaknya tidak terulang lagi.

Begitu juga kepada media atau surat kabar mau membantunya dalam mengungkap kasus yang menimpa anaknya. “Kami sangat berharap kepada media massa mau mengikuti kasus ini sampai pelakunya dijerat hukum. Walaupun kejadian di luar kampus, tetapi pelakunya adalah senior yang masih berhubungan dengan kampus. Dengan begitu kita ingin penyiksaan ini tidak lagi terjadi ke depannya,” harap Budi.

Dikenang Budi, selama ini anak sulung dari tiga bersaudara itu tidak memiliki penyakit. Dari hasil tubuh yang dilihat pasca penyiksaan itu, tampak bagian dada Dimas membiru.

“Ini jelas penyiksaan, para pelaku nantinya diproses hukum sesuai dengan perbuatannya. Setelah proses 3 hari anak kami ini, rencananya kami mau ke Jakarta untuk mempertanyakan kasus ini sekaligus melaporkan kasus ini,” ungkap Budi.

Dia juga yakin, orangtua teman-teman anaknya juga was-was. Pasalnya, penyiksaan dialami mahasiswa asal Belawan itu juga dirasakan oleh 6 taruna lain, diantaranya Denni Hutabarat, Fakrul Rozi, Marfin, Sidik, Imanja dan Arif.

“Kami sebagai orang yang juga anak kami menjadi korban penyiksaan merasa takut, bahkan anak – anak kami pasti trauma, kami titipkan anak ke kampus itu untuk dididik bukan untuk disiksa. Harapan kami kedepannya metode pendidikannya dapat segera dievaluasi,” kata ayah Denni, Bernad Hutabarat yang datang melayat ke rumah duka.

Diakuinya, hingga kemarin, mereka belum bisa berkomunikasi langsung dengan anak – anak mereka, hanya saja dapat menerima informasi tentang keadaan korban dari saudara yang ada di Jakarta. Ia berharap kondisi anak–anak mereka yang turut jadi korban dapat kembali normal agar pendidikan yang mereka jalani sesuai dengan harapan untuk mencapai cita–cita mereka.

“Di antara yang disiksa, ada dua teman anak kami itu sempat masuk rumah sakit, makanya kami sampai saat ini masih cemas. Sebagai orangtua kami berencana mau ke Jakarta untuk melihat keadaan mereka dan memberikan semangat,” kata orangtua Bernad diamini orangtua korban lainnya.

Dikatakan Bernad, peristiwa menimpa Dimas semoga tidak terulang lagi kedepannya. “Kami hanya sebagai orang tua menginginkan anak kami di sana dibina dan diberi ilmu, bukan disiksa. Semoga yang terjadi ini tidak pernah terulang lagi kedepannya,” ungkap Bernad. (ril/deo)

Foto: Fahril/PM Tia, pacar Dimas, saat menuju pemakaman sang kekasih.
Foto: Fahril/PM
Tia, pacar Dimas, saat menuju pemakaman sang kekasih.

SUMUTPOS.CO – Duka mendalam masih menyelimuti keluarga besar Dimas Dikita Handoko (19), mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara yang tewas dianiaya seniornya. Meski sudah mengikhlaskan kepergian korban, tapi mereka berharap ini adalah kejadian terakhir dan polisi mengusut tuntas kasus tersebut. Dengan begitu, tak ada lagi orangtua yang akan mengalami nasib serupa.

Hal ini diungkapkan keluarga Dimas saat ditemui di rumah duka Jl. Cibadak Gang II, Kel. Belawan II, Kec. Medan Belawan, Minggu (27/4).

Kedua orangtua almarhum, Budi Handoko (50) dan Nurgita Harnayanti alias Dora (49) tampak sangat terpukul atas kematian anak sulung mereka. Dengan wajah sedih dan lemas, Budi Handoko mengaku tak terima dengan kejadian itu.

“Kami keluarga benar–benar tak terima dengan kejadian menimpa anak kami, kami menyekolahkannya untuk mewujudkan cita – citanya, bukan untuk disiksa. Harapan kami polisi benar–benar menangani kasus ini,” kata Budi di hadapan istri dan keluarga lainnya. Pria sehari – hari bekerja di PT Pelindo I Belawan, mengharapkan agar kasus yang menimpa anaknya tidak terulang lagi.

Begitu juga kepada media atau surat kabar mau membantunya dalam mengungkap kasus yang menimpa anaknya. “Kami sangat berharap kepada media massa mau mengikuti kasus ini sampai pelakunya dijerat hukum. Walaupun kejadian di luar kampus, tetapi pelakunya adalah senior yang masih berhubungan dengan kampus. Dengan begitu kita ingin penyiksaan ini tidak lagi terjadi ke depannya,” harap Budi.

Dikenang Budi, selama ini anak sulung dari tiga bersaudara itu tidak memiliki penyakit. Dari hasil tubuh yang dilihat pasca penyiksaan itu, tampak bagian dada Dimas membiru.

“Ini jelas penyiksaan, para pelaku nantinya diproses hukum sesuai dengan perbuatannya. Setelah proses 3 hari anak kami ini, rencananya kami mau ke Jakarta untuk mempertanyakan kasus ini sekaligus melaporkan kasus ini,” ungkap Budi.

Dia juga yakin, orangtua teman-teman anaknya juga was-was. Pasalnya, penyiksaan dialami mahasiswa asal Belawan itu juga dirasakan oleh 6 taruna lain, diantaranya Denni Hutabarat, Fakrul Rozi, Marfin, Sidik, Imanja dan Arif.

“Kami sebagai orang yang juga anak kami menjadi korban penyiksaan merasa takut, bahkan anak – anak kami pasti trauma, kami titipkan anak ke kampus itu untuk dididik bukan untuk disiksa. Harapan kami kedepannya metode pendidikannya dapat segera dievaluasi,” kata ayah Denni, Bernad Hutabarat yang datang melayat ke rumah duka.

Diakuinya, hingga kemarin, mereka belum bisa berkomunikasi langsung dengan anak – anak mereka, hanya saja dapat menerima informasi tentang keadaan korban dari saudara yang ada di Jakarta. Ia berharap kondisi anak–anak mereka yang turut jadi korban dapat kembali normal agar pendidikan yang mereka jalani sesuai dengan harapan untuk mencapai cita–cita mereka.

“Di antara yang disiksa, ada dua teman anak kami itu sempat masuk rumah sakit, makanya kami sampai saat ini masih cemas. Sebagai orangtua kami berencana mau ke Jakarta untuk melihat keadaan mereka dan memberikan semangat,” kata orangtua Bernad diamini orangtua korban lainnya.

Dikatakan Bernad, peristiwa menimpa Dimas semoga tidak terulang lagi kedepannya. “Kami hanya sebagai orang tua menginginkan anak kami di sana dibina dan diberi ilmu, bukan disiksa. Semoga yang terjadi ini tidak pernah terulang lagi kedepannya,” ungkap Bernad. (ril/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/