29 C
Medan
Friday, January 31, 2025

Perry Warjiyo, Gubernur Baru BI

“Stabilitas makroekonomi harus terjaga. Jangan hanya mengandalkan intervensi pasar kalau USD naik. Harus ada sesuatu yang membuat likuiditas dolar cukup dan rupiah mencerminkan ekonomi kita yang memang lagi baik,” urainya.

Sementara itu, soal pemilihan dirinya menjadi gubernur BI, Perry mengaku tak menyangka. “Saya cuma anak desa, anak petani yang berusaha keras buat bisa sekolah. Tapi saya selalu memegang ajaran ayah saya tentang amanah dan kejujuran. Saya berjanji akan memegang amanah dan menjaga integritas,” ucapnya.

Sebelumnya, Perry telah menjalani fit and proper test sebagai calon gubernur BI sebanyak empat kali. Dia pun akhirnya terpilih menjadi deputi gubernur BI pada lima tahun lalu.

Kegagalan dalam beberapa kali fit and proper test di DPR, membuat Perry belajar lebih banyak mengenai komunikasi politik.

Sementara itu, soal stabilitas ekonomi, BI dalam jangka pendek akan memperkuat nilai tukar dengan bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata. Caranya, lewat promosi wisata di Bali, Banyuwangi, Jogjakarta, Pulau Komodo dan destinasi lainnya kepada tamu yang hadir pada pertemuan IMF-World Bank pada Oktober 2018 nanti. Para delegasi yang akan hadir sudah bisa memesan paket wisata tambahan tersebut sejak sekarang.

Hal tersebut diyakini dapat menambah cadangan devisa. Sementara dalam jangka panjang, BI akan melakukan pendalaman pasar keuangan dengan mengandalkan peranan pelaku pasar domestik. Perry juga berjanji akan berkoordinasi dengan pemerintah untuk meningkatkan nilai ekspor sambil tetap menjaga nilai tukar.

“Posisi kami di BI pro stabilitas dan pro pertumbuhan,” lanjutnya.

Pengamat ekonomi INDEF Bhima Yudhistira menuturkan dari sisi kebijakan suku bunga sebenarnya Perry Warjiyo dan Dody Budi Waluyo cukup konservatif. Dia menilai, hal tersebut disebabkan adanya tekanan global semakin membuat ruang pelonggaran moneter menyempit.

“Fed rate yang naik menyulitkan Gubernur BI untuk utak atik kebijakan suku bunga acuan,” jelasnya, kemarin (28/3).

Berdasarkan presentasi yang disampaikan Perry, instrumen untuk mengendalikan inflasi misalnya akan lebih andalkan koordinasi TPID dan perluasan program klaster pangan strategis BI. Dari rencana itu, bisa disimpulkan bunga acuan akan dijadikan secondary instrument. Fokus utama BI sekarang tampaknya diarahkan untuk mengendalikan inflasi.

“Stabilitas makroekonomi harus terjaga. Jangan hanya mengandalkan intervensi pasar kalau USD naik. Harus ada sesuatu yang membuat likuiditas dolar cukup dan rupiah mencerminkan ekonomi kita yang memang lagi baik,” urainya.

Sementara itu, soal pemilihan dirinya menjadi gubernur BI, Perry mengaku tak menyangka. “Saya cuma anak desa, anak petani yang berusaha keras buat bisa sekolah. Tapi saya selalu memegang ajaran ayah saya tentang amanah dan kejujuran. Saya berjanji akan memegang amanah dan menjaga integritas,” ucapnya.

Sebelumnya, Perry telah menjalani fit and proper test sebagai calon gubernur BI sebanyak empat kali. Dia pun akhirnya terpilih menjadi deputi gubernur BI pada lima tahun lalu.

Kegagalan dalam beberapa kali fit and proper test di DPR, membuat Perry belajar lebih banyak mengenai komunikasi politik.

Sementara itu, soal stabilitas ekonomi, BI dalam jangka pendek akan memperkuat nilai tukar dengan bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata. Caranya, lewat promosi wisata di Bali, Banyuwangi, Jogjakarta, Pulau Komodo dan destinasi lainnya kepada tamu yang hadir pada pertemuan IMF-World Bank pada Oktober 2018 nanti. Para delegasi yang akan hadir sudah bisa memesan paket wisata tambahan tersebut sejak sekarang.

Hal tersebut diyakini dapat menambah cadangan devisa. Sementara dalam jangka panjang, BI akan melakukan pendalaman pasar keuangan dengan mengandalkan peranan pelaku pasar domestik. Perry juga berjanji akan berkoordinasi dengan pemerintah untuk meningkatkan nilai ekspor sambil tetap menjaga nilai tukar.

“Posisi kami di BI pro stabilitas dan pro pertumbuhan,” lanjutnya.

Pengamat ekonomi INDEF Bhima Yudhistira menuturkan dari sisi kebijakan suku bunga sebenarnya Perry Warjiyo dan Dody Budi Waluyo cukup konservatif. Dia menilai, hal tersebut disebabkan adanya tekanan global semakin membuat ruang pelonggaran moneter menyempit.

“Fed rate yang naik menyulitkan Gubernur BI untuk utak atik kebijakan suku bunga acuan,” jelasnya, kemarin (28/3).

Berdasarkan presentasi yang disampaikan Perry, instrumen untuk mengendalikan inflasi misalnya akan lebih andalkan koordinasi TPID dan perluasan program klaster pangan strategis BI. Dari rencana itu, bisa disimpulkan bunga acuan akan dijadikan secondary instrument. Fokus utama BI sekarang tampaknya diarahkan untuk mengendalikan inflasi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/