29 C
Medan
Friday, January 31, 2025

Perry Warjiyo, Gubernur Baru BI

“Tapi pengendalian inflasi untuk menekan suku bunga kredit itu masih jangka menengah panjang efeknya. Implikasinya dalam jangka pendek bunga kredit masih mahal bahkan trennya naik.

Kemudian soal upaya mendorong intermediasi, dia menilai belum ada gebrakan yang berbeda dari gubernur sebelumnya. Malah untuk mendorong kredit infrastruktur bukannya bank didorong untuk salurkan kredit, tapi kontraktor infrastruktur justru didorong untk perluasan pendanaan melalui obligasi dan penerbitan sekuritas.

“Padahal rasio kecukupan modal bank atau CAR nya kan gemuk 23 persen. Ini bisa menciptakan kondisi DPK (Dana Pihak Ketiga) bank tebal tapi pertumbuhan kreditnya akan loyo. Akhirnya menimbulkan disintermediasi perbankan. Korporasi dituntut untk lebih banyak terbitkan obligasi dan saham dipasar sekunder. Saya kira itu harus jadi perhatian,” jelasnya.

Nama Perry Warjiyo mulai ramai diperbincangkan sejak dia menjadi calon tunggal yang diusulkan Presiden Joko Widodo pada akhir Februari lalu. Saat itu Perry menjabat sebagai deputi gubernur BI.

Perry lahir di Sukoharjo 25 Februari tahun 1959. Ayah tiga anak sekaligus kakek dua cucu itu menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Gawok, Sukoharjo pada 1965-1970. Pendidikannya terus berlanjut di SMP Negeri Gatak, Sukoharjo, kemudian di SMAN 3 Sukoharjo dan Fakultas Ekonomi dan Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Perry kemudian bekerja sebagai staf penyelamatan kredit di BI pada tahun 1984, lalu menempuh pendidikan pasca sarjana di Departement of Economics Iowa State University AS tahun 1986-1989. Perry kemudian kembali bekerja di BI, lalu kuliah lagi di Iowa State University tahun 1989-1991. Perry juga sempat bekerja di International Monetary Fund (IMF) sebagai direktur eksekutif tahun 2007-2009. (rin/ken/jpg/ala)

“Tapi pengendalian inflasi untuk menekan suku bunga kredit itu masih jangka menengah panjang efeknya. Implikasinya dalam jangka pendek bunga kredit masih mahal bahkan trennya naik.

Kemudian soal upaya mendorong intermediasi, dia menilai belum ada gebrakan yang berbeda dari gubernur sebelumnya. Malah untuk mendorong kredit infrastruktur bukannya bank didorong untuk salurkan kredit, tapi kontraktor infrastruktur justru didorong untk perluasan pendanaan melalui obligasi dan penerbitan sekuritas.

“Padahal rasio kecukupan modal bank atau CAR nya kan gemuk 23 persen. Ini bisa menciptakan kondisi DPK (Dana Pihak Ketiga) bank tebal tapi pertumbuhan kreditnya akan loyo. Akhirnya menimbulkan disintermediasi perbankan. Korporasi dituntut untk lebih banyak terbitkan obligasi dan saham dipasar sekunder. Saya kira itu harus jadi perhatian,” jelasnya.

Nama Perry Warjiyo mulai ramai diperbincangkan sejak dia menjadi calon tunggal yang diusulkan Presiden Joko Widodo pada akhir Februari lalu. Saat itu Perry menjabat sebagai deputi gubernur BI.

Perry lahir di Sukoharjo 25 Februari tahun 1959. Ayah tiga anak sekaligus kakek dua cucu itu menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Gawok, Sukoharjo pada 1965-1970. Pendidikannya terus berlanjut di SMP Negeri Gatak, Sukoharjo, kemudian di SMAN 3 Sukoharjo dan Fakultas Ekonomi dan Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Perry kemudian bekerja sebagai staf penyelamatan kredit di BI pada tahun 1984, lalu menempuh pendidikan pasca sarjana di Departement of Economics Iowa State University AS tahun 1986-1989. Perry kemudian kembali bekerja di BI, lalu kuliah lagi di Iowa State University tahun 1989-1991. Perry juga sempat bekerja di International Monetary Fund (IMF) sebagai direktur eksekutif tahun 2007-2009. (rin/ken/jpg/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/