Biro Investigasi Nasional (NBI) Filipina yang berada di bawah Departemen Kehakiman menyatakan bahwa Mary Jane merupakan korban perekrutan ilegal dan perdagangan manusia. “Mary Jane tidak tahu bahwa ada obat terlarang di dalam bagasi yang dibawanya dan dia adalah korban penipuan serta manipulasi oleh perekrut ilegal,” tulis NBI dalam laporannya.
NBI memaparkan, fakta seputar kondisi perekrutan, transportasi dan tempat tinggal di luar negeri bagi Mary Jane juga menunjukkan bahwa dia adalah korban perdagangan manusia. Hal itu didasari pada kenyataan bahwa Mary Jane dalam kondisi rentan karena butuh pekerjaan untuk menghidupi keluarganya sehinga dieksploitasi oleh perekrut ilegal melalui penipuan dan manipulasi agar mau membawa barang terlarang tanpa sepengetahuannya.
Menurut NBI, Cristina merekrut Mary Jane pada April 2010. Mestinya, Mary Jane bekerja di Malaysia.
Namun, saat Mary Jane pergi ke Malaysia pada bulan yang sama, ternyata ia disuruh ke Indonesia terlebih dulu. Alasannya, tugas itu sebagai syarat sebelum Mary Jane bisa bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga.
Mary Jane lantas dikenalkan pada Ike, seorang pria Afrika yang berdomisili di Malaysia. Saat itu, Ike menyerahkan koper kosong ke Mary Jane untuk digunakan saat tinggal selama dua hari di Indonesia.
“Dia (Mary Jane, red) diberi tiket pesawat dan nomor telepon seluler untuk dihubungi saat di Indonesia. Tak ada nama atau kontak person yang diberikan padanya. Begitu sampai di Indonesia, Mary Jane ditahan oleh kepolisian atas dugaan menyelundupkan narkoba,” tulis NBI.
Namun, proses verifikasi yang dilakukan oleh Badan Pekerja Filipina di Luar Negeri (POEA) menunjukkan bahwa Cristina dan pasangannya tak punya izin untuk merekrut tenaga kerja guna dikirim ke mancanegara. Ini membuat Cristina dan Julius harus bertanggung jawab atas perekrutan ilegal.
NBI juga menjerat Maria dan Julius telah melakukan penipuan terhadap Mary Jane karena mengambil barang-barang milik wanita malang itu. Di antaranya adalah kamera, kendaraan bermotor roda tiga dan telepon selular dengan alasan untuk biaya penempatan.
NBI memaparkan temuannya itu berdasarkan keterangan dari Mary Jane maupun berbagai saksi dari laporan Badan Anti-Narkoba Filipina (PDEA).(ara/jpnn)