SAO PAULO, SUMUTPOS.CO – Argentina sudah mampu melakukan strike tiga kemenangan fase grup di Piala Dunia 2014 ini. Salah satunya mengandaskan salah satu wakil benua Eropa, Bosnia-Herzegovina. Kali ini, La Albiceleste kembali mendapat hadangan dari wakil Eropa lainnya, Swiss.
Bukan hanya menantang Swiss dari sisi teknis, Argentina ternyata kerap bermasalah dengan negara Eropa selepas fase grup. Masih ingat bagaimana Argentina dihancurkan Jerman dengan empat gol tanpa balas di babak perempat final empat tahun lalu. Rekor itu akan kembali diuji di Arena Corinthians, Sao Paulo, malam nanti.
Nah, memori itulah yang diharapkan pelatih Alejandro Sabella terulang kembali di bawah asuhannya. Apalagi, terlepas dari rekor tanpa kehilangan poin kemenangan Argentina di fase grup lalu, produktivitas serangan Lionel Messi dkk juga tergolong cukup minim jika dibandingkan tim lainnya.
Makanya, Sabella pun menginginkan anak asuhnya bermain lebih sempurna demi meraih tiket ke babak perempat final. “Kami mampu mengoleksi sembilan poin, tapi kami selalu menginginkan permainan yang lebih sempurna lagi,” ujar Sabella seperti yang dikutip dari Supersport.
Wajar jika Sabella menginginkan angka sempurna dalam timnya. Melihat dari catatan statistik permainan Argentina selama fase grup lalu, tidak ada catatan istimewa dari Lionel Messi dkk untuk serangannya. Hanya mencetak lima gol dalam tiga pertandingan menyiratkan Argentina butuh tambahan daya gedor.
Total 51 kali tendangan yang dilakukan pemain Argentina hanya 19 di antaranya tepat di sasaran. Dari jumlah itu, hanya 14 tendangan yang dilakukan Messi. Catatan tersebut tentu saja berbanding terbalik dengan peforma lini pertahanannya yang hanya kemasukan tiga gol.
Messi-sentris diprediksi tetap menjadi titk penting dalam pertandingan ini. Kehilangan Sergio Aguero yang terkena cedera tidak akan memberikan dampak besar dari kekuatan serangan tim Tango. Sebagai pengganti, Sabella memasukkan nama Ezequiel Lavezzi untuk menemani Messi dan Gonzalo Higuain.
Harapannya, memasukkan Lavezzi bisa menyeimbangkan permainan tim Argentina. Itu seperti yang diungkapkan bak Pablo Zabaleta. Menurutnya, kekuatan serangan harus bisa diseumbangkan dengan kekuatan pertahanan. Jika itu bisa dilakukan, maka tidak mustahil Argentina bisa melaju lebih jauh di Piala Dunia kali ini.
Diberitakan di FourFourTwo, bek yang memperkuat Manchester City itu menganggap misi itu tidak sulit. Syaratnya, seluruh pemain Argentina mesti meminimalisir kesalahan yang sudah pernah mereka lakukan sebelumnya. Terutama ketika membangun serangan ke pertahanan lawan.
Sedikit saja kesalahan dibuat, maka Argentina harus bersiap kejutan yang disiapkan armada Ottmar Hitzfeld. “Masih banyak ruang permainan kami yang memerlukan peningkatan. Apalagi sekarang sudah masuk dalam fase menentukan, jangan sampai ada kesalahan terjadi di laga nanti,” harapnya.
Maxi Rodriguez diberitakan di Reuters menambahkan, fokus 100 persen harus tetap dijaga setiap pemain Argentina. Lupakan bagaimana superiornya mereka di fase grup lalu. Hasil di fase grup lalu harus dijadikan sebagai pelajaran berharga. Bermain di grup dengan lawan yang tidak begitu sulit, Argentina lolos dengan hanya marjin satu bola per laganya.
“Padahal, jika Anda tahu, banyak orang yang mengatakan bahwa kami akan memenangi setiap pertandingan di fase grup dengan skor besar.Nyatanya? Tidak kan. Yang jelas, di fase kali ini mental kami harus tetap sama, di Piala Dunia konsentrasi mesti 100 persen, jika tidak maka bersiaplah menerima kekalahan,” bebernya
Melihat data pertemuan kedua tim, Argentina memang boleh bertepuk dada. Karena, dari tiga kali pertemuan, dua di antaranya mampu dimenangi Argentina. Terakhir, Argentina melibas Swiss dalam sebuah pertandingan persahabatan dua tahun yang lalu dengan skor 1-3.
Namun, Swiss jelas tidak mau langkahnya di Piala Dunia ini terhenti. Sebaliknya, mereka berambisi melangkah lebih jauh dari babak 16 Besar. La Nati, julukan Swiss, melaju ke babak perempat final pada Piala Dunia 1954 silam! Itu pun ketika mereka bermain di kandangnya sendiri.
Permainan mengandalkan umpan pendek dan pressing ketat di pertahanan akan kembali diusung Hitzfeld. “Kami akan memainkan kembali filosofi permainan Swiss. Karena itu, kami ingin membangun organisasi permainan yang baik dan lebih kompak,berani berduel dan transfromasi cepat dari bertahan ke serangan kami andalkan,” ungkapnya kepada situs resmi federasi sepakbola Swiss, SFA.
Hitzfeld mengakui, kekalahan atas Prancis dengan skor 2-5 lalu sudah cukup menjadi satu pelajaran bagi timnya. Untuk menang atas Argentina pun dianggapnya bukan hanya mimpi. “Sejarah pasti bisa kami ciptakan, dan itu ditentukan masing-masing pemain kami sendiri. Dalam suatu pertandingan, semuanya bisa menjadi nyata,” imbuh pelatih berkebangsaan Jerman itu.
Keberadaan Messi dalam skuad Argentina tidak dianggap pemain Swiss sebagai suatu kewaspadaan tersendiri. Baginya, Messi tetap bisa dimatikan. Penjaga gawang Swiss, Diego Benaglio mengklaim pihaknya sudah menonton banyak video rekaman tentang permainan Messi.
“Kami sudah menyiapkan diri kami untuk bertemu Messi, pun demikian dengan pemain lainnya. Hanya memang Messi kami anggap bisa menjadi pembeda. Pasti sulit unruk mematikan pergerakannya, tapi kami yakin Messi masih bisa kami matikan,” pungkasnya. (ren)