33 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

Sejarah Besar, Greysia /Apriyani Raih Emas Olimpiade, Mimpi 20 Tahun Terwujud

SUMUTPOS.CO – Indonesia sukses mempertahankan tradisi emas di Olimpiade. Pada Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia mendapatkan satu emas lewat ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu.

Pada final di Musashino Forest Sports Plaza, Tokyo, Senin (2/8) siang, Greysia/Apriyani secara mengejutkan mengalahkan ganda Tiongkok Chen Qingchen/Jia Yifan dalam dua game langsung 21-19, 21-15.

Medali emas ini penuh makna dan bersejarah. Bagi Indonesia, ini adalah emas pertama di Tokyo 2020. Bagi bulu tangkis Indonesia, ini adalah emas Olimpiade pertama dalam sejarah dari sektor ganda putri. Dengan keberhasilan Greysia/Apriyani, berarti lima sektor bulu tangkis nasional sudah berhasil menyumbangkan emas.

“Peraih medali emas Olimpiade, kedengarannya brilian,” kata Greys sambil tertawa dalam siaran pers PP PBSI.

“Saya kehabisan kata. Kami di sini dan kami mendapat medali emas dan ini rasanya, sesuatu yang tidak bisa diungkapan dengan kata-kata. Ini sangat berarti bagi kami. Saya berterima kasih kepada partner saya Apriyani bahwa dia mau berjuang bersama saya, mau berlari bersama dan saya sangat menghargainya,” lanjut Greys.

Senada dengan Greys, Apriyani juga masih tidak percaya dengan apa yang telah dia raih. “Saya tidak percaya ini yang telah saya raih. Saya benar-benar tidak menyangka akan sampai sejauh ini, karena yang saya pikirkan hanyalah bagaimana melewati semua tantangan yang saya hadapi. Bagaimana saya bisa membalikkan keadaan dan bangkit kembali?” ucap Apri.

“Dan saya benar-benar memaksakan diri untuk datang sejauh ini dan melakukan yang terbaik yang saya bisa. Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Tuhan dan Kak Ge (Greysia). Juga terima kasih berkat doa dari keluarga dan seluruh masyarakat Indonesia kami bisa meraih medali emas. Saya sangat senang dan bahagia,” ucap Apri.

Bagi Greysia, raihan ini adalah jawaban dari mimpinya selama ini. Greysia yang ingin membuat sejarah di sektor ganda putri akhirnya mewujudkan mimpi tersebut di kali ketiga keikutsertaannya di Olimpiade.

“Dua puluh tahun yang lalu ketika saya berusia 13 tahun, saya tahu Indonesia belum membuat sejarah di ganda putri dan saya bersabar. Saya tahu, saya dilahirkan untuk menjadi pemain bulu tangkis dan saya memiliki keyakinan bahwa saya ingin membuat sejarah di bidang ini,” ungkap Greys.

“Tuhan telah memberi saya mimpi dan keyakinan di hati saya, bahwa saya memilih ini. Ketika orang berkata: ‘Anda tidak akan berhasil, Indonesia tidak memiliki sejarah di ganda putri.’ Tentu saja China dan Korea kuat di lapangan. Lalu kita semua tahu apa yang terjadi di London 2012, saya bangkit di Rio 2016 tapi belum juga berhasil mendapat medali,” ucapnya.

Di London 2012, bersama dua pasangan Korea Selatan dan satu pasangan Tiongkok, Greysia yang saat itu berpasangan dengan Meiliana Jauhari didiskualifikasi. Sebab, mereka bermain untuk kalah demi memanipulasi hasil undian di babak perempat final. “Tapi saya tetap sabar dan berkomitmen. Dibutuhkan komitmen untuk meraih mimpi dan emas. Dan di sinilah kami sekarang. Keluarga saya juga untuk tidak menyerah, jangan berhenti,” tutur Greys.

Di podium, Greysia /Apriyani dan pasangan Tiongkok Chen Qing Chen/Jia Yi Fan sama-sama menangis. Bedanya, yang satu menangis bahagia karena mendapat medali emas, satu lagi menangis kecewa karena cuma bisa mengalungkan medali perak. Usai mengalungkan medali satu sama lain, tangis keduanya pecah. Mereka berpelukan, saling menghibur dan menguatkan.

Dilansir dari laman BWF, Qing Chen/Yi Fan mengakui bahwa kekalahan mereka disebabkan oleh rasa gugup. “Ini adalah olimpiade perdana kami, dan kami bermain dengan gugup. Kami juga tidak bermain sebagus mereka (Greys/Apri, Red),” ujar Yi Fan.

Di laga final tersebut, Greys memang merupakan pemain yang paling senior. Yi Fan menilai, pengalaman Greys yang sudah jauh lebih matang ikut andil dalam menentukan hasil hari ini.

“Kami harus belajar dari Greysia dan Apriyani. Mereka lebih berpengalaman,” ujar Yi Fan. Olimpiade Paris 2024 jelas menjadi target besar berikutnya bagi Qing Chen/Yi Fan. Sampai saat itu tiba, keduanya bertekad berjuang lebih keras. “Tetaplah percaya kepada kami. Kami tentu ingin bermain di Olimpiade Paris 2024, tapi di satu sisi kami juga tidak tahu apa yang akan terjadi sebelum saat itu tiba,” katanya.

Kado HUT RI

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut gembira atas keberhasilan ganda putri badminton Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang berhasil menyabet medali emas di Olimpiade Tokyo 2020. Jokowi mengucapkan terima kasihnya kepada dua atlet tersebut karena telah bersusah payah mengalahkan lawannya Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.

“Penantian emas itu berakhir sudah siang ini. Ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu menyabet medali emas Olimpiade Tokyo dalam pertandingan yang alot dan mendebarkan, siang ini,” ujar Jokowi lewat akun Istagram miliknya @jokowi, Senin (2/8).

Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah tersebut menambahkan, kemenangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu ini menjadi kado bagi kemerdekaan Indonesia yang ke-76 pada 17 Agustus 2021 nanti.

“Kemenangan ini menjadi kado ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Selamat dan terima kasih, Greysia/Apriyani,” katanya.

Warisi Bakat Ibu

Amiruddin Pora, ayah dari pebulu tangkis ganda putri Apriyani Rahayu, sudah merasa optimistis bahwa anaknya akan memenangkan pertandingan final ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 melawan pasangan Tiongkok, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. “Sebelum main, saya yakin pasangan Greysia /Apriyani akan menang telak. Saya tidak merasa deg-degan ketika pasangan ini turun ke lapangan,” kata Amiruddin Pora ketika dihubungi dari Kendari, Senin (2/8), dikutip dari Antara.

Amiruddin mengatakan, ia menonton pertandingan putrinya itu bersama dengan warga setempat. Begitu Greys/Apri menang, teriakan kegembiraan dan sorak-sorai langsung meledak. “Kayak mau pecah ini rumah,” kata Amiruddin.

Apriyani merupakan anak bungsu dari empat orang bersaudara dan merupakan satu-satunya anak perempuan dari pasangan Amirrudin Pora dan Siti Jauhar (almarhumah) yang merupakan warga Kelurahan Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Apriyani yang kelahiran 29 April 1998 merupakan anak bungsu dan merupakan satu-satunya anak perempuan pasangan Amiruddin-Siti Jauhar.

Pertama kali Apriyani Rahayu bergabung dengan PB Pelita Bakri pada 3 September 2011 ketika mantan juara dunia bulu tangkis Icuk Sugiarto menjadi ketua PBSI DKI Jakarta, dan kemudian akhirnya hijrah ke PB Jaya Raya Jakarta hingga sekarang.

Ketika ditanya, apakah Apriyani sempat pulang ke rumah sebelum tampil pada Olimpiade Tokyo 2020 ini, Amiruddin mengatakan, seminggu sebelum tampil di Olimpiade anaknya sempat pulang untuk ziarah ke makam ibunya. Sang ayah pun berharap agar Apri bisa terus tampil dan memenangkan kejuaraan internasional lainnya setelah olimpiade ini.

Menurut Amiruddin, anaknya itu mewarisi bakat almarhumah ibunya yang telah meninggal pada 2015 lalu. “Karena Mama dia pemain bulu tangkis, tenis meja, dan voli. Jadi itu bakat dari almarhumah Mamanya,” kata Amiruddin.

Amiruddin bercerita, sejak kecil anaknya dididik dan ditanam jiwa berani dan terus bersemangat oleh almarhumah Ibunya, Siti Jauhar. Bahkan ia menyebut, jiwa yang tangguh dan keras yang ada pada anaknya merupakan keberhasilan didikan mendiang istrinya itu. “Kalau sosok dari Apriyani itu keras, keras dia, maunya harus menang. Dari kecil memang dididik. Pertama yang mendidik bukan saya, Mamanya, almarhumah,” ujar dia.

Amiruddin menuturkan, anaknya mulai senang bermain bulu tangkis sejak kecil sebelum masuk ke sekolah dasar. Bahkan saat itu ketika tak ada raket, Amiruddin kemudian merakit raket bekas dengan senar tali pancing demi mendukung bakat anaknya.

Tak sampai di situ, ia juga membuatkan lapangan khusus buat anaknya untuk bermain bulu tangkis bersama teman seusianya. Dukungan itu pun membuahkan hasil bagi anaknya, hingga akhirnya menjadi pebulu tangkis nasional. Dia pun mengaku bangga anaknya kembali menorehkan nama baik Bangsa di kancah internasional, karena telah berhasil menyabet medali emas Olimpiade Tokyo 2020.

Meski demikian, ia berharap anaknya tidak cepat merasa puas dengan prestasi yang diraih saat ini karena masih banyak prestasi ke depannya yang harus di raih, serta serta memiliki sifat yang baik dan ramah kepada semua orang. “Dan kedua jangan sombong. Dua saja itu kuncinya, jangan cepat merasa puas dan jangan sombong,” tandas Amiruddin. (jpc/ant)

SUMUTPOS.CO – Indonesia sukses mempertahankan tradisi emas di Olimpiade. Pada Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia mendapatkan satu emas lewat ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu.

Pada final di Musashino Forest Sports Plaza, Tokyo, Senin (2/8) siang, Greysia/Apriyani secara mengejutkan mengalahkan ganda Tiongkok Chen Qingchen/Jia Yifan dalam dua game langsung 21-19, 21-15.

Medali emas ini penuh makna dan bersejarah. Bagi Indonesia, ini adalah emas pertama di Tokyo 2020. Bagi bulu tangkis Indonesia, ini adalah emas Olimpiade pertama dalam sejarah dari sektor ganda putri. Dengan keberhasilan Greysia/Apriyani, berarti lima sektor bulu tangkis nasional sudah berhasil menyumbangkan emas.

“Peraih medali emas Olimpiade, kedengarannya brilian,” kata Greys sambil tertawa dalam siaran pers PP PBSI.

“Saya kehabisan kata. Kami di sini dan kami mendapat medali emas dan ini rasanya, sesuatu yang tidak bisa diungkapan dengan kata-kata. Ini sangat berarti bagi kami. Saya berterima kasih kepada partner saya Apriyani bahwa dia mau berjuang bersama saya, mau berlari bersama dan saya sangat menghargainya,” lanjut Greys.

Senada dengan Greys, Apriyani juga masih tidak percaya dengan apa yang telah dia raih. “Saya tidak percaya ini yang telah saya raih. Saya benar-benar tidak menyangka akan sampai sejauh ini, karena yang saya pikirkan hanyalah bagaimana melewati semua tantangan yang saya hadapi. Bagaimana saya bisa membalikkan keadaan dan bangkit kembali?” ucap Apri.

“Dan saya benar-benar memaksakan diri untuk datang sejauh ini dan melakukan yang terbaik yang saya bisa. Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Tuhan dan Kak Ge (Greysia). Juga terima kasih berkat doa dari keluarga dan seluruh masyarakat Indonesia kami bisa meraih medali emas. Saya sangat senang dan bahagia,” ucap Apri.

Bagi Greysia, raihan ini adalah jawaban dari mimpinya selama ini. Greysia yang ingin membuat sejarah di sektor ganda putri akhirnya mewujudkan mimpi tersebut di kali ketiga keikutsertaannya di Olimpiade.

“Dua puluh tahun yang lalu ketika saya berusia 13 tahun, saya tahu Indonesia belum membuat sejarah di ganda putri dan saya bersabar. Saya tahu, saya dilahirkan untuk menjadi pemain bulu tangkis dan saya memiliki keyakinan bahwa saya ingin membuat sejarah di bidang ini,” ungkap Greys.

“Tuhan telah memberi saya mimpi dan keyakinan di hati saya, bahwa saya memilih ini. Ketika orang berkata: ‘Anda tidak akan berhasil, Indonesia tidak memiliki sejarah di ganda putri.’ Tentu saja China dan Korea kuat di lapangan. Lalu kita semua tahu apa yang terjadi di London 2012, saya bangkit di Rio 2016 tapi belum juga berhasil mendapat medali,” ucapnya.

Di London 2012, bersama dua pasangan Korea Selatan dan satu pasangan Tiongkok, Greysia yang saat itu berpasangan dengan Meiliana Jauhari didiskualifikasi. Sebab, mereka bermain untuk kalah demi memanipulasi hasil undian di babak perempat final. “Tapi saya tetap sabar dan berkomitmen. Dibutuhkan komitmen untuk meraih mimpi dan emas. Dan di sinilah kami sekarang. Keluarga saya juga untuk tidak menyerah, jangan berhenti,” tutur Greys.

Di podium, Greysia /Apriyani dan pasangan Tiongkok Chen Qing Chen/Jia Yi Fan sama-sama menangis. Bedanya, yang satu menangis bahagia karena mendapat medali emas, satu lagi menangis kecewa karena cuma bisa mengalungkan medali perak. Usai mengalungkan medali satu sama lain, tangis keduanya pecah. Mereka berpelukan, saling menghibur dan menguatkan.

Dilansir dari laman BWF, Qing Chen/Yi Fan mengakui bahwa kekalahan mereka disebabkan oleh rasa gugup. “Ini adalah olimpiade perdana kami, dan kami bermain dengan gugup. Kami juga tidak bermain sebagus mereka (Greys/Apri, Red),” ujar Yi Fan.

Di laga final tersebut, Greys memang merupakan pemain yang paling senior. Yi Fan menilai, pengalaman Greys yang sudah jauh lebih matang ikut andil dalam menentukan hasil hari ini.

“Kami harus belajar dari Greysia dan Apriyani. Mereka lebih berpengalaman,” ujar Yi Fan. Olimpiade Paris 2024 jelas menjadi target besar berikutnya bagi Qing Chen/Yi Fan. Sampai saat itu tiba, keduanya bertekad berjuang lebih keras. “Tetaplah percaya kepada kami. Kami tentu ingin bermain di Olimpiade Paris 2024, tapi di satu sisi kami juga tidak tahu apa yang akan terjadi sebelum saat itu tiba,” katanya.

Kado HUT RI

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut gembira atas keberhasilan ganda putri badminton Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang berhasil menyabet medali emas di Olimpiade Tokyo 2020. Jokowi mengucapkan terima kasihnya kepada dua atlet tersebut karena telah bersusah payah mengalahkan lawannya Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.

“Penantian emas itu berakhir sudah siang ini. Ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu menyabet medali emas Olimpiade Tokyo dalam pertandingan yang alot dan mendebarkan, siang ini,” ujar Jokowi lewat akun Istagram miliknya @jokowi, Senin (2/8).

Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah tersebut menambahkan, kemenangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu ini menjadi kado bagi kemerdekaan Indonesia yang ke-76 pada 17 Agustus 2021 nanti.

“Kemenangan ini menjadi kado ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Selamat dan terima kasih, Greysia/Apriyani,” katanya.

Warisi Bakat Ibu

Amiruddin Pora, ayah dari pebulu tangkis ganda putri Apriyani Rahayu, sudah merasa optimistis bahwa anaknya akan memenangkan pertandingan final ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 melawan pasangan Tiongkok, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. “Sebelum main, saya yakin pasangan Greysia /Apriyani akan menang telak. Saya tidak merasa deg-degan ketika pasangan ini turun ke lapangan,” kata Amiruddin Pora ketika dihubungi dari Kendari, Senin (2/8), dikutip dari Antara.

Amiruddin mengatakan, ia menonton pertandingan putrinya itu bersama dengan warga setempat. Begitu Greys/Apri menang, teriakan kegembiraan dan sorak-sorai langsung meledak. “Kayak mau pecah ini rumah,” kata Amiruddin.

Apriyani merupakan anak bungsu dari empat orang bersaudara dan merupakan satu-satunya anak perempuan dari pasangan Amirrudin Pora dan Siti Jauhar (almarhumah) yang merupakan warga Kelurahan Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Apriyani yang kelahiran 29 April 1998 merupakan anak bungsu dan merupakan satu-satunya anak perempuan pasangan Amiruddin-Siti Jauhar.

Pertama kali Apriyani Rahayu bergabung dengan PB Pelita Bakri pada 3 September 2011 ketika mantan juara dunia bulu tangkis Icuk Sugiarto menjadi ketua PBSI DKI Jakarta, dan kemudian akhirnya hijrah ke PB Jaya Raya Jakarta hingga sekarang.

Ketika ditanya, apakah Apriyani sempat pulang ke rumah sebelum tampil pada Olimpiade Tokyo 2020 ini, Amiruddin mengatakan, seminggu sebelum tampil di Olimpiade anaknya sempat pulang untuk ziarah ke makam ibunya. Sang ayah pun berharap agar Apri bisa terus tampil dan memenangkan kejuaraan internasional lainnya setelah olimpiade ini.

Menurut Amiruddin, anaknya itu mewarisi bakat almarhumah ibunya yang telah meninggal pada 2015 lalu. “Karena Mama dia pemain bulu tangkis, tenis meja, dan voli. Jadi itu bakat dari almarhumah Mamanya,” kata Amiruddin.

Amiruddin bercerita, sejak kecil anaknya dididik dan ditanam jiwa berani dan terus bersemangat oleh almarhumah Ibunya, Siti Jauhar. Bahkan ia menyebut, jiwa yang tangguh dan keras yang ada pada anaknya merupakan keberhasilan didikan mendiang istrinya itu. “Kalau sosok dari Apriyani itu keras, keras dia, maunya harus menang. Dari kecil memang dididik. Pertama yang mendidik bukan saya, Mamanya, almarhumah,” ujar dia.

Amiruddin menuturkan, anaknya mulai senang bermain bulu tangkis sejak kecil sebelum masuk ke sekolah dasar. Bahkan saat itu ketika tak ada raket, Amiruddin kemudian merakit raket bekas dengan senar tali pancing demi mendukung bakat anaknya.

Tak sampai di situ, ia juga membuatkan lapangan khusus buat anaknya untuk bermain bulu tangkis bersama teman seusianya. Dukungan itu pun membuahkan hasil bagi anaknya, hingga akhirnya menjadi pebulu tangkis nasional. Dia pun mengaku bangga anaknya kembali menorehkan nama baik Bangsa di kancah internasional, karena telah berhasil menyabet medali emas Olimpiade Tokyo 2020.

Meski demikian, ia berharap anaknya tidak cepat merasa puas dengan prestasi yang diraih saat ini karena masih banyak prestasi ke depannya yang harus di raih, serta serta memiliki sifat yang baik dan ramah kepada semua orang. “Dan kedua jangan sombong. Dua saja itu kuncinya, jangan cepat merasa puas dan jangan sombong,” tandas Amiruddin. (jpc/ant)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/