29 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Medali dan Foto Kenangan yang Dimusnahkan Api

Foto: Doni Hermawan/Sumut Pos
Wijay berbincang dengan Sumut Pos di sisa bangunannya yang terbakar di Jalan Taruma.

“Yang saya sayangkan foto-foto kenangan saya ketika masih bermain dulu. Foto juara bersama Sriwijaya FC, juga bersama PSMS saat juara Piala Kemerdekaan serta klub lain. Medali-medali juara, baju-baju bola saya juga musnah dilalap api. Padahal itu kenangan yang saya punya dan kumpulkan saat bermain bola.”

==============================================================================

DONI HERMAWAN, Medan

==============================================================================

Begitulah ungkapan lirih Wijay, eks gelandang PSMS. Rumahnya di Jalan Taruma Kampung Kubur menjadi salah satu yang terbakar, Selasa (3/10) pagi lalu. Meskipun tidak rata dengan tanah, bangunan dua lantai itu hampir ludes terbakar. Utamanya, di lantai dua dan loteng rumahnya yang habis tak bersisa. Yang selamat dari amukan si jago merah adalah lantai satu rumahnya.

”Apinya berasal dari atas rumah sebelah. Jadi dia nyambarnya ke atas. Soalnya rumah di sini kan rapat-rapat sekali. Saya lagi latihan bersama PSAD waktu kebarakan itu. Mamak saya sendirian di rumah waktu itu. Dia juga tidak tahu tiba-tiba sudah api saja di atas,” kata Wijay.

Kala disambangi wartawan, Wijay tengah sibuk merapikan puing-puing rumahnya di lantai dua. Dibantu beberapa rekannya, Wijay masih coba tersenyum saat berbincang. ”Barang-barang saya dan keluarga ludes semua termasuk laptop, sepatu bola, sepatu joging tiga set, jaket traing, jersey bola saya, medali-medali dan lainnya sudah ludes. Tinggal yang saya pakai waktu latihan. Mungkin kerugiannya dari kebakaran ini sekitar Rp250 juta,” kata pria kelahiran 29 Desember 1982 itu.

Wijay memang pemain yang cukup rajin mengoleksi foto-fotonya semasa bermain. Terbukti saat wartawan koran ini datang ke rumahnya saat perayaan Devawali, deretan fotonya saat memperkuat klub-klub berbeda dia pajang di ruang tamu rumahnya.

Pemain dengan rambut kuncir ini kini hanya bisa pasrah menerima keadaan. Yang terpenting baginya keluarganya selamat. ”Yang penting gak ada korban jiwa. Namanya sudah musibah mau ngomong apa lagi ya. Ini mungkin akan saya perbaiki lagi pelan-pelan. Ini mau dipasang seng dulu biar ada atap di atas jadi bisa dipakai untuk istirahat seadanya,” kata eks pemain PSMS, Sriwijaya dan Persebaya ini.

Ternyata mengalami musibah kebakaran bukan kali pertama bagi Wijay dan keluarganya. Pada tahun 2001, rumahnya juga pernah terbakar. ”Waktu itu rata dengan tanah karena hampir satu kampung terbakar. Saya masih SMA. Jadi rumah ini sudah dibangun lagi, tapi terbakar lagi. Ini rumah saya sejak masa kecil. Jadi punya banyak kenangan,” katanya.

Wijay bersyukur masih banyak rekan-rekannya yang peduli dengannya. Dukungan baik moril maupun materil diterimanya. ”Banyak juga kawan-kawan yang turut memberikan semangat dan melihat ke sini. Ada Sahari Gultom, Affan lubis dan lain-lain juga ada yang datang dan juga menelpon untuk mensupport saya,” beber pemain yang juga pernah memperkuat Mitra Kukar, Persepar dan Persikad Depok itu.

Pemain yang pernah memperkuat timnas Indonesia di tahun 2008 ini kini masih belum menentukan langkah selanjutnya. Terakhir kali dia bermain saat memperkuat Persika Karawang tahun 2016 lalu. Namun dia juga mulai menjajaki karir sebagai pelatih. Setelah sebelumnya aktif melatih di SSB kini Wijay sudah punya lisensi C AFC.  “Ini masih tunggu-tunggu dulu mau ke mana. Sementara ini saya latihan-latihan dulu. Kalau ada kesempatan main atau melatih mungkin saya ambil,” pungkasnya. (*)

 

 

 

 

 

 

Foto: Doni Hermawan/Sumut Pos
Wijay berbincang dengan Sumut Pos di sisa bangunannya yang terbakar di Jalan Taruma.

“Yang saya sayangkan foto-foto kenangan saya ketika masih bermain dulu. Foto juara bersama Sriwijaya FC, juga bersama PSMS saat juara Piala Kemerdekaan serta klub lain. Medali-medali juara, baju-baju bola saya juga musnah dilalap api. Padahal itu kenangan yang saya punya dan kumpulkan saat bermain bola.”

==============================================================================

DONI HERMAWAN, Medan

==============================================================================

Begitulah ungkapan lirih Wijay, eks gelandang PSMS. Rumahnya di Jalan Taruma Kampung Kubur menjadi salah satu yang terbakar, Selasa (3/10) pagi lalu. Meskipun tidak rata dengan tanah, bangunan dua lantai itu hampir ludes terbakar. Utamanya, di lantai dua dan loteng rumahnya yang habis tak bersisa. Yang selamat dari amukan si jago merah adalah lantai satu rumahnya.

”Apinya berasal dari atas rumah sebelah. Jadi dia nyambarnya ke atas. Soalnya rumah di sini kan rapat-rapat sekali. Saya lagi latihan bersama PSAD waktu kebarakan itu. Mamak saya sendirian di rumah waktu itu. Dia juga tidak tahu tiba-tiba sudah api saja di atas,” kata Wijay.

Kala disambangi wartawan, Wijay tengah sibuk merapikan puing-puing rumahnya di lantai dua. Dibantu beberapa rekannya, Wijay masih coba tersenyum saat berbincang. ”Barang-barang saya dan keluarga ludes semua termasuk laptop, sepatu bola, sepatu joging tiga set, jaket traing, jersey bola saya, medali-medali dan lainnya sudah ludes. Tinggal yang saya pakai waktu latihan. Mungkin kerugiannya dari kebakaran ini sekitar Rp250 juta,” kata pria kelahiran 29 Desember 1982 itu.

Wijay memang pemain yang cukup rajin mengoleksi foto-fotonya semasa bermain. Terbukti saat wartawan koran ini datang ke rumahnya saat perayaan Devawali, deretan fotonya saat memperkuat klub-klub berbeda dia pajang di ruang tamu rumahnya.

Pemain dengan rambut kuncir ini kini hanya bisa pasrah menerima keadaan. Yang terpenting baginya keluarganya selamat. ”Yang penting gak ada korban jiwa. Namanya sudah musibah mau ngomong apa lagi ya. Ini mungkin akan saya perbaiki lagi pelan-pelan. Ini mau dipasang seng dulu biar ada atap di atas jadi bisa dipakai untuk istirahat seadanya,” kata eks pemain PSMS, Sriwijaya dan Persebaya ini.

Ternyata mengalami musibah kebakaran bukan kali pertama bagi Wijay dan keluarganya. Pada tahun 2001, rumahnya juga pernah terbakar. ”Waktu itu rata dengan tanah karena hampir satu kampung terbakar. Saya masih SMA. Jadi rumah ini sudah dibangun lagi, tapi terbakar lagi. Ini rumah saya sejak masa kecil. Jadi punya banyak kenangan,” katanya.

Wijay bersyukur masih banyak rekan-rekannya yang peduli dengannya. Dukungan baik moril maupun materil diterimanya. ”Banyak juga kawan-kawan yang turut memberikan semangat dan melihat ke sini. Ada Sahari Gultom, Affan lubis dan lain-lain juga ada yang datang dan juga menelpon untuk mensupport saya,” beber pemain yang juga pernah memperkuat Mitra Kukar, Persepar dan Persikad Depok itu.

Pemain yang pernah memperkuat timnas Indonesia di tahun 2008 ini kini masih belum menentukan langkah selanjutnya. Terakhir kali dia bermain saat memperkuat Persika Karawang tahun 2016 lalu. Namun dia juga mulai menjajaki karir sebagai pelatih. Setelah sebelumnya aktif melatih di SSB kini Wijay sudah punya lisensi C AFC.  “Ini masih tunggu-tunggu dulu mau ke mana. Sementara ini saya latihan-latihan dulu. Kalau ada kesempatan main atau melatih mungkin saya ambil,” pungkasnya. (*)

 

 

 

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/