30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Bos Ferrari Luca Di Montezemolo Mengundurkan Diri

MUNDUR:  Bos Ferrari Luca Di Montezemolo setelah hampir 23 tahun berkuasan kemudian  mengumumkan pengunduran dirinya.
MUNDUR:
Bos Ferrari Luca Di Montezemolo setelah hampir 23 tahun berkuasan kemudian mengumumkan pengunduran dirinya.

MANARELO, SUMUTPOS.CO- Ketika klaim bahwa Formula 1 membutuhkan Ferrari terus diperdebatkan, kebenaran yang sudah pasti adalah Ferrari-lah yang membutuhkan kesuksesan di F1. Buruknya performa sepanjang musim 2014 melahirkan desakan kuat untuk merombak struktur kepemimpinan tim Kuda Jingkrak tersebut.

Puncaknya terjadi setelah hasil amburadul menimpa dua pembalapnya di GP Italia 7 September lalu. Buntutnya adalah mundurnya Bos Ferrari Luca di Montezemolo setelah hampir 23 tahun berkuasa.Kabar mundurnya pria 67 tahun tersebut tak bisa disangkal lagi sebagai dampak kegagalan Skuad Manarelo tersebut bersaing dengan Mercedes dan Renault sepanjang musim ini. Posisi Montezemelo diambil alih CEO FIAT Sergio Marchione.

Dari pernyataan resmi Marchione tergambar begitu gundahnya para petinggi Ferrari dengan kondisi terakhir persaingan tim mereka di ajang adu balap jet darat tersebut.”Luca (di Montezemolo) dan aku telah berdiskusi panjang tentang masa depan Ferrari,” ungkapnya.

“Dan ambisi kami bersama untuk melihat Ferrari mencapai potensi maksimalnya di trek telah menimbulkan kesalahpahaman yang semakin kentara akhir pekan lalu,” urai pria kelahiran Chieti, Italia tersebut.

Ferrari memang masih menjadi tim F1 dengan pendapatan terbesar. Tapi ternyata bukan hanya keuntungan financial yang dikejar. Tapi juga prestasi yang sudah lama hilang dari catatan gemilang di masa lalu. Pada GP Italia akhir pekan lalu, Kimi Raikkonen hanya mampu finis di urutan sembilan. Sementara tandemnya, Fernando Alonso bahkan gagal melihat bendera finis. Itu adalah catatan terburuk Ferrari sejak 2005. Marchionne, di hadapan media Italia, langsung buka-bukaan tentang ketidaknyamanannya dengan kondisi tersebut.

“Hal penting bagi Ferrari bukan cuma keuntungan finansial, tapi kemenangan,” tegasnya. “Selama enam tahun terakhir, kami begitu kesulitan (bersaing di F1) meski kami punya pembalap-pembalap terbaik,”katanya.

Menurutnya, Fernando Alonso dan Kimi Raikkonen adalah pembalap-pembalap yang mempunyai semua modal penting untuk menjadi juara. “Lihatlah mereka adalah juara dunia, dua-duanya. Kita sama sekali tidak bisa…,” Marchionne mengela napas. “Aku benar-benar kecewa, kita sudah melihatnya terlalu lama, dan ini tidak bagus,” tandasnya.

Menjadi yang terbaik di F1 adalah satu hal dimana, baik Montezemolo dan Marchionne sama-sama menyepakatinya. Tapi keduanya punya perbedaan pandangan dan pendekatan untuk mencapainya. Sementara Montezemolo lebih suka kembali menggunakan cara kuno seperti melakukan uji coba tak terbatas dan menggelontorkan dana sebesar-besarnya untuk program pengembangan. Dua hal yang pernah dilakukan Ferrari di masa keemasan, Michael Schumacher, Ross Brawn, dan Jean Todt.

Tapi dunia F1 sudah berubah. Beberapa tahun terakhir F1 didominasi tim-tim baru seperti Red Bull dan Mercedes, yang tidak hanya fokus pada kecerdasan teknis tapi juga kesederhanaan tim dengan melakukan apapun untuk meraih kemenangan. Bahkan rival lama Ferrari, McLaren telah secara terbuka mengakui bahwa hal penting saat ini adalah belajar lagi menjadi sebuah “tim balap” dan bukan “perusahaan produsen mesin”.

Dalam pernyataan resmi pengunduran dirinya, Montezemolo mengatakan, era F1 sudah banyak berubah dan ini adalah momen tepat untuk meletakkan tanggung jawab yang dipikulnya selama hampir 23 tahun. “Rasa terima kasihku kepada pada penggemar yang selalu mendukung kami dengan antusiasme luar biasa,” tuturnya.

“Ferrari adalah perusahaan paling hebat di dunia. Merupakan satu kehormatan bagiku untuk memimpinnya. Aku telah mencurahkan komitmen dan antusiasmeku selama bertahun-tahun. Selain keluargaku, Ferrari adalah akan selalu menjadi hal terpenting dalam hidupku,” pungkasnya.

Sementara itu, Bos Formula 1, Bernie Ecclestone turut kecewa dengan mundurnya Luca Di Montezemolo sebagai Presiden Ferrari. Bagi Ecclestone, mundurnya Montezemolo merupakan kerugian besar bagi Ferrari. Pasalnya, Montezemolo sudah menunjukkan tangan dinginnya di tim berjuluk Kuda Jingkrak itu. Selain memberikan banyak gelar juara, Montezemolo meningkatkan penjuala Ferrari hingga tiga kali lipat.

“Saya kali pertama bertemu dengan Montezemolo 1973. Ini hal yang mengecewakan. Kami akan merindukannya. Kepergiannya bagi saya sama seperti kematian Enzo Ferrari (pendiri Ferrari),” terang Ecclestone.

Ecclestone memang sering terlibat perselisihan dengan Montezemolo tentang kebijakan di balapan Formula 1. Namun, Ecclestone tetap menilai Montezemolo sebagai sosok dengan sentuhan magis.

Mundurnya Montezemolo sebagai bos Ferrari di F1 bukan lantas membuatnya miskin,namun sebaliknya. Bahkan Ferrari harus memberikan pesangon dalam jumlah cukup besar kepada Montezemolo. Montezemolo akan mendapatkan pesangon sebesar 26.95 juta Euro atau sekitar Rp419 miliar (Euro= Rp 15.678). Namun, nominal itu akan dibagi dalam dua termin.

Montezemolo bakal mendapatkan lump sum sebesar Rp206 miliar .(cak/jpnn/btr)

MUNDUR:  Bos Ferrari Luca Di Montezemolo setelah hampir 23 tahun berkuasan kemudian  mengumumkan pengunduran dirinya.
MUNDUR:
Bos Ferrari Luca Di Montezemolo setelah hampir 23 tahun berkuasan kemudian mengumumkan pengunduran dirinya.

MANARELO, SUMUTPOS.CO- Ketika klaim bahwa Formula 1 membutuhkan Ferrari terus diperdebatkan, kebenaran yang sudah pasti adalah Ferrari-lah yang membutuhkan kesuksesan di F1. Buruknya performa sepanjang musim 2014 melahirkan desakan kuat untuk merombak struktur kepemimpinan tim Kuda Jingkrak tersebut.

Puncaknya terjadi setelah hasil amburadul menimpa dua pembalapnya di GP Italia 7 September lalu. Buntutnya adalah mundurnya Bos Ferrari Luca di Montezemolo setelah hampir 23 tahun berkuasa.Kabar mundurnya pria 67 tahun tersebut tak bisa disangkal lagi sebagai dampak kegagalan Skuad Manarelo tersebut bersaing dengan Mercedes dan Renault sepanjang musim ini. Posisi Montezemelo diambil alih CEO FIAT Sergio Marchione.

Dari pernyataan resmi Marchione tergambar begitu gundahnya para petinggi Ferrari dengan kondisi terakhir persaingan tim mereka di ajang adu balap jet darat tersebut.”Luca (di Montezemolo) dan aku telah berdiskusi panjang tentang masa depan Ferrari,” ungkapnya.

“Dan ambisi kami bersama untuk melihat Ferrari mencapai potensi maksimalnya di trek telah menimbulkan kesalahpahaman yang semakin kentara akhir pekan lalu,” urai pria kelahiran Chieti, Italia tersebut.

Ferrari memang masih menjadi tim F1 dengan pendapatan terbesar. Tapi ternyata bukan hanya keuntungan financial yang dikejar. Tapi juga prestasi yang sudah lama hilang dari catatan gemilang di masa lalu. Pada GP Italia akhir pekan lalu, Kimi Raikkonen hanya mampu finis di urutan sembilan. Sementara tandemnya, Fernando Alonso bahkan gagal melihat bendera finis. Itu adalah catatan terburuk Ferrari sejak 2005. Marchionne, di hadapan media Italia, langsung buka-bukaan tentang ketidaknyamanannya dengan kondisi tersebut.

“Hal penting bagi Ferrari bukan cuma keuntungan finansial, tapi kemenangan,” tegasnya. “Selama enam tahun terakhir, kami begitu kesulitan (bersaing di F1) meski kami punya pembalap-pembalap terbaik,”katanya.

Menurutnya, Fernando Alonso dan Kimi Raikkonen adalah pembalap-pembalap yang mempunyai semua modal penting untuk menjadi juara. “Lihatlah mereka adalah juara dunia, dua-duanya. Kita sama sekali tidak bisa…,” Marchionne mengela napas. “Aku benar-benar kecewa, kita sudah melihatnya terlalu lama, dan ini tidak bagus,” tandasnya.

Menjadi yang terbaik di F1 adalah satu hal dimana, baik Montezemolo dan Marchionne sama-sama menyepakatinya. Tapi keduanya punya perbedaan pandangan dan pendekatan untuk mencapainya. Sementara Montezemolo lebih suka kembali menggunakan cara kuno seperti melakukan uji coba tak terbatas dan menggelontorkan dana sebesar-besarnya untuk program pengembangan. Dua hal yang pernah dilakukan Ferrari di masa keemasan, Michael Schumacher, Ross Brawn, dan Jean Todt.

Tapi dunia F1 sudah berubah. Beberapa tahun terakhir F1 didominasi tim-tim baru seperti Red Bull dan Mercedes, yang tidak hanya fokus pada kecerdasan teknis tapi juga kesederhanaan tim dengan melakukan apapun untuk meraih kemenangan. Bahkan rival lama Ferrari, McLaren telah secara terbuka mengakui bahwa hal penting saat ini adalah belajar lagi menjadi sebuah “tim balap” dan bukan “perusahaan produsen mesin”.

Dalam pernyataan resmi pengunduran dirinya, Montezemolo mengatakan, era F1 sudah banyak berubah dan ini adalah momen tepat untuk meletakkan tanggung jawab yang dipikulnya selama hampir 23 tahun. “Rasa terima kasihku kepada pada penggemar yang selalu mendukung kami dengan antusiasme luar biasa,” tuturnya.

“Ferrari adalah perusahaan paling hebat di dunia. Merupakan satu kehormatan bagiku untuk memimpinnya. Aku telah mencurahkan komitmen dan antusiasmeku selama bertahun-tahun. Selain keluargaku, Ferrari adalah akan selalu menjadi hal terpenting dalam hidupku,” pungkasnya.

Sementara itu, Bos Formula 1, Bernie Ecclestone turut kecewa dengan mundurnya Luca Di Montezemolo sebagai Presiden Ferrari. Bagi Ecclestone, mundurnya Montezemolo merupakan kerugian besar bagi Ferrari. Pasalnya, Montezemolo sudah menunjukkan tangan dinginnya di tim berjuluk Kuda Jingkrak itu. Selain memberikan banyak gelar juara, Montezemolo meningkatkan penjuala Ferrari hingga tiga kali lipat.

“Saya kali pertama bertemu dengan Montezemolo 1973. Ini hal yang mengecewakan. Kami akan merindukannya. Kepergiannya bagi saya sama seperti kematian Enzo Ferrari (pendiri Ferrari),” terang Ecclestone.

Ecclestone memang sering terlibat perselisihan dengan Montezemolo tentang kebijakan di balapan Formula 1. Namun, Ecclestone tetap menilai Montezemolo sebagai sosok dengan sentuhan magis.

Mundurnya Montezemolo sebagai bos Ferrari di F1 bukan lantas membuatnya miskin,namun sebaliknya. Bahkan Ferrari harus memberikan pesangon dalam jumlah cukup besar kepada Montezemolo. Montezemolo akan mendapatkan pesangon sebesar 26.95 juta Euro atau sekitar Rp419 miliar (Euro= Rp 15.678). Namun, nominal itu akan dibagi dalam dua termin.

Montezemolo bakal mendapatkan lump sum sebesar Rp206 miliar .(cak/jpnn/btr)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/