25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Akhiri Winless 16 Tahun

Stephe Keshi, Nigeria
Stephe Keshi, Nigeria

CURITIBA, SUMUTPOS.CO – Nigeria memang berlaga di Piala Dunia 2014 dengan predikat mentereng sebagai jawara Afrika. Meski begitu, Nigeria tidak diuntungkan dengan statistik mereka yang tidak pernah menang dalam dua edisi terakhir Piala Dunia (2002 dan 2010).

Seperti Nigeria, Iran pun winless dalam penampilan terakhir di Piala Dunia atau pada edisi 2006. Iran tercatat hanya sekali menang dalam tiga partisipasinya di Piala Dunia atau dicatat atas AS dalam edisi 1998 di Prancis.

Catatan winless dalam 16 tahun terakhir itu pun menjadi misi yang ingin dipecahkan Iran maupun Nigeria dalam laga di Arena da Baixada dini hari nanti WIB.

Bagi Iran, winless itu memang masih wajar karena partisipasi mereka yang memang minim di putaran final Piala Dunia. Tapi, sebaliknya bagi Nigeria, winless sejatinya aib bagi Nigeria. Sebab, tim berjuluk Elang Super itu lolos empat kali dalam lima edisi terakhir.

Nigeria selama ini juga dikenal sebagai salah satu tim mapan di Benua Afrika. Elang Super bahkan pernah disebut-sebut bakal menjadi tim Afrika pertama yang menjuarai Piala Dunia. Apalagi pada 1996, Nigeria mampu merebut medali emas Olimpiade Atlanta.

Kenyataannya, dari sebuah tim yang potensial, Nigeria berubah menjadi tim tambal sulam di Piala Dunia. Mereka tak lagi jadi favorit. Namun, belakangan mereka mulai kembali ke jalurnya. Terutama setelah Stephen Keshi mengambil alih kursi kepelatihan pada 2011.

Memang, persiapan Nigeria bisa dibilang amburadul. Tak ada satupun kemenangan yang berhasil mereka raih dalam empat laga uji coba. Tiga kali seri dan kalah 1-2 dari AS. Namun, Keshi tak terlalu risau dengan kondisi tersebut.

“Saya tidak terlalu mementingkan kemenangan. Saya memprioritaskan bagaimana para pemain memahami gaya permainan kami. Saya ingin membawa mereka kembali ke ritme yang biasa kita mainkan. Sebab, kami berpisah lama karena beban di klub masing-masing pemain,” kata Keshi seperti dikutip Associated Press.

Upaya Keshi membangun tim lebih mudah dengan peran sejumlah pemain utama klub. Mereka, antara lain, striker Fenerbahce Emmanuel Emenike, kiper Lille Vincent Enyeama sebagai salah satu kiper berpengalaman di Piala Dunia, dan gelandang bertahan Chelsea John Obi Mikel.

Di sisi lain, Iran harus lebih ngotot untuk mengimbangi Nigeria. Sebab, dari segi kualitas pemain dan permainan, Team Melli ” sebutan Iran ” memang masih dibawah. Kalaupun ada nilai plus bagi Iran adalah sosok pelatih berpengalaman Carlos Queiroz. Empat tahun lalu, Queiroz juga menangani Portugal di Piala Dunia 2010.

Mantan asisten Sir Alex Ferguson di Manchester United itu pun menyiapkan formula khusus untuk menghadang Nigeria. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan tenaga mesin gol Reza Ghoochannejhad. Striker yang akrab dipanggil Gucci itu tengah hot seiring mencetak 10 gol dalam 14 caps.

“Kami bisa jadi adalah tim yang kurang dikenal dibanding 31 tim lainnya. Itu bisa menjadi senjata bagi kami karena lawan buta kekuatan. Setelah lawan merasakan bagaimana permainan kami, baru mereka akan memberi respek karena tahu level kami yang sesungguhnya,” sumbar Queiroz kepada A Bola. (aga/dns)

Stephe Keshi, Nigeria
Stephe Keshi, Nigeria

CURITIBA, SUMUTPOS.CO – Nigeria memang berlaga di Piala Dunia 2014 dengan predikat mentereng sebagai jawara Afrika. Meski begitu, Nigeria tidak diuntungkan dengan statistik mereka yang tidak pernah menang dalam dua edisi terakhir Piala Dunia (2002 dan 2010).

Seperti Nigeria, Iran pun winless dalam penampilan terakhir di Piala Dunia atau pada edisi 2006. Iran tercatat hanya sekali menang dalam tiga partisipasinya di Piala Dunia atau dicatat atas AS dalam edisi 1998 di Prancis.

Catatan winless dalam 16 tahun terakhir itu pun menjadi misi yang ingin dipecahkan Iran maupun Nigeria dalam laga di Arena da Baixada dini hari nanti WIB.

Bagi Iran, winless itu memang masih wajar karena partisipasi mereka yang memang minim di putaran final Piala Dunia. Tapi, sebaliknya bagi Nigeria, winless sejatinya aib bagi Nigeria. Sebab, tim berjuluk Elang Super itu lolos empat kali dalam lima edisi terakhir.

Nigeria selama ini juga dikenal sebagai salah satu tim mapan di Benua Afrika. Elang Super bahkan pernah disebut-sebut bakal menjadi tim Afrika pertama yang menjuarai Piala Dunia. Apalagi pada 1996, Nigeria mampu merebut medali emas Olimpiade Atlanta.

Kenyataannya, dari sebuah tim yang potensial, Nigeria berubah menjadi tim tambal sulam di Piala Dunia. Mereka tak lagi jadi favorit. Namun, belakangan mereka mulai kembali ke jalurnya. Terutama setelah Stephen Keshi mengambil alih kursi kepelatihan pada 2011.

Memang, persiapan Nigeria bisa dibilang amburadul. Tak ada satupun kemenangan yang berhasil mereka raih dalam empat laga uji coba. Tiga kali seri dan kalah 1-2 dari AS. Namun, Keshi tak terlalu risau dengan kondisi tersebut.

“Saya tidak terlalu mementingkan kemenangan. Saya memprioritaskan bagaimana para pemain memahami gaya permainan kami. Saya ingin membawa mereka kembali ke ritme yang biasa kita mainkan. Sebab, kami berpisah lama karena beban di klub masing-masing pemain,” kata Keshi seperti dikutip Associated Press.

Upaya Keshi membangun tim lebih mudah dengan peran sejumlah pemain utama klub. Mereka, antara lain, striker Fenerbahce Emmanuel Emenike, kiper Lille Vincent Enyeama sebagai salah satu kiper berpengalaman di Piala Dunia, dan gelandang bertahan Chelsea John Obi Mikel.

Di sisi lain, Iran harus lebih ngotot untuk mengimbangi Nigeria. Sebab, dari segi kualitas pemain dan permainan, Team Melli ” sebutan Iran ” memang masih dibawah. Kalaupun ada nilai plus bagi Iran adalah sosok pelatih berpengalaman Carlos Queiroz. Empat tahun lalu, Queiroz juga menangani Portugal di Piala Dunia 2010.

Mantan asisten Sir Alex Ferguson di Manchester United itu pun menyiapkan formula khusus untuk menghadang Nigeria. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan tenaga mesin gol Reza Ghoochannejhad. Striker yang akrab dipanggil Gucci itu tengah hot seiring mencetak 10 gol dalam 14 caps.

“Kami bisa jadi adalah tim yang kurang dikenal dibanding 31 tim lainnya. Itu bisa menjadi senjata bagi kami karena lawan buta kekuatan. Setelah lawan merasakan bagaimana permainan kami, baru mereka akan memberi respek karena tahu level kami yang sesungguhnya,” sumbar Queiroz kepada A Bola. (aga/dns)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/