31.8 C
Medan
Friday, May 10, 2024

0 Argentina v Kroasia 3: Si Kutu Mati Kutu

Lionel Messi tertunduk lesu usai Argentina dibantai Kroasia.

SUMUTPOS.CO – Lionel Messi, kapten Timnas Argentina, sinarnya meredup dari dua laga fase Grup D Piala Dunia 2018. Pemain berjuluk La Pulga alias Si Kutu itu benar-benar mati kutu dalam dua pertandingan menghadapi Islandia dan kemudian Kroasia.

Messi belum mampu membawa Argentina meraih kemenangan di Piala Dunia 2018. Argentina ditahan imbang 1-1 oleh negara kecil sebagai debutan di Piala Dunia, Islandia pada laga pembuka. Kemudian, pada Jumat (22/6) dini hari WIB, Argentina secara mengejutkan dihajar Kroasia dengan skor telak 0-3.

Status Messi sebagai mesin gol seolah tak berlaku di Rusia. Penyerang Barcelona itu masih mandul. Alih-alih mencetak gol, Messi justru gagal mengeksekusi penalti dalam pertandingan kontra Islandia. Padahal, bersama Barcelona dia tetap mesin gol yang sulit dihentikan. Di La Liga 2017-2018, Messi mampu mengemas 34 gol dari 36 laga.

Hanya saja, di Rusia, ketajaman dan keganasan Messi seolah menguap. Lawan sudah paham cara mematikan La Pulga. Buruknya permainan Messi juga tak lepas perbedaan antara skema main Barcelona dan Argentina. Dia kurang mendapat dukungan dari rekan-rekannya di La Albiceleste, tak seperti bersama Blaugrana.

Semakin miris karena pemain yang dianggap penerus Diego Maradona ini kalah jauh dibandingkan sang rival, yakni Cristiano Ronaldo. Kapten Timnas Portugal itu telah mengemas empat gol di Piala Dunia 2018 sejauh ini. Menurut pelatih Argentina, Jorge Sampaoli, sinar Messi sedang tertutup awan kelabu.

“Saya pikir hal itu memang tengah terjadi karena kenyataan yang ada saat ini di skuad Argentina. Hal itu seperti awan yang menutup kecemerlangan Leo (Messi). Leo menjadi terbatas karena tim ini tidak ideal dengannya sebagaimana mestinya,” ungkap Sampaoli seperti yang dilansir FIFA.com.

Sampaoli seolah menyisyaratkan bahwa Messi tidak mendapatkan servis seperti apa yang dia peroleh di Barcelona. Sialnya, pelatih yang sukses membawa Cile juara Copa America 2015 itu tak bisa berbuat banyak.

“Sebagai pelatih, kami perlu menyadari hal-hal ini dan mencoba untuk berurusan dengan situasi tersebut. Saya salah satu (pelatih) yang perlu menerima itu,” sebut Sampaoli.

“Saya percaya saya sudah melakukan terbaik yang saya bisa. Akan tetapi saya tidak menemukan cara untuk memberi apa yang mereka inginkan,” tutup eks nakhoda Sevilla itu.

Statistik Messi sendiri menurun dibanding pada laga pertama. Saat melawan Kroasia, dia benar-benar mati kutu. Berdasar WhoScored, Messi hanya mampu melepaskan 1 tendangan ke gawang, 2 key pass, 5 kali melakukan dribel, dan hanya melepaskan total 32 umpan.

Bandingkan dengan saat melawan Islandia. Dia mampu melepaskan 11 tembakan meski tak ada gol yang dia ciptakan. Ditambah, dia mampu melepaskan 70 kali umpan dengan akurasi mencapai 85,7 persen.

Artinya, Kroasia sukses mematikan Messi. Mereka tahu bahwa Messi adalah kunci permainan Argentina. Dengan dimatikannya Messi, alur serangan La Albiceleste menjadi tersendat. Patut dimaklumi, Argentina terlalu Messi sentris alias Messidependencia. So, ingin membuat Argentina sulit menang, matikan Messi. Apabila Si Kutu mati kutu, Argentina akan bersedih di akhir laga. (bbs/jpc/don)

Lionel Messi tertunduk lesu usai Argentina dibantai Kroasia.

SUMUTPOS.CO – Lionel Messi, kapten Timnas Argentina, sinarnya meredup dari dua laga fase Grup D Piala Dunia 2018. Pemain berjuluk La Pulga alias Si Kutu itu benar-benar mati kutu dalam dua pertandingan menghadapi Islandia dan kemudian Kroasia.

Messi belum mampu membawa Argentina meraih kemenangan di Piala Dunia 2018. Argentina ditahan imbang 1-1 oleh negara kecil sebagai debutan di Piala Dunia, Islandia pada laga pembuka. Kemudian, pada Jumat (22/6) dini hari WIB, Argentina secara mengejutkan dihajar Kroasia dengan skor telak 0-3.

Status Messi sebagai mesin gol seolah tak berlaku di Rusia. Penyerang Barcelona itu masih mandul. Alih-alih mencetak gol, Messi justru gagal mengeksekusi penalti dalam pertandingan kontra Islandia. Padahal, bersama Barcelona dia tetap mesin gol yang sulit dihentikan. Di La Liga 2017-2018, Messi mampu mengemas 34 gol dari 36 laga.

Hanya saja, di Rusia, ketajaman dan keganasan Messi seolah menguap. Lawan sudah paham cara mematikan La Pulga. Buruknya permainan Messi juga tak lepas perbedaan antara skema main Barcelona dan Argentina. Dia kurang mendapat dukungan dari rekan-rekannya di La Albiceleste, tak seperti bersama Blaugrana.

Semakin miris karena pemain yang dianggap penerus Diego Maradona ini kalah jauh dibandingkan sang rival, yakni Cristiano Ronaldo. Kapten Timnas Portugal itu telah mengemas empat gol di Piala Dunia 2018 sejauh ini. Menurut pelatih Argentina, Jorge Sampaoli, sinar Messi sedang tertutup awan kelabu.

“Saya pikir hal itu memang tengah terjadi karena kenyataan yang ada saat ini di skuad Argentina. Hal itu seperti awan yang menutup kecemerlangan Leo (Messi). Leo menjadi terbatas karena tim ini tidak ideal dengannya sebagaimana mestinya,” ungkap Sampaoli seperti yang dilansir FIFA.com.

Sampaoli seolah menyisyaratkan bahwa Messi tidak mendapatkan servis seperti apa yang dia peroleh di Barcelona. Sialnya, pelatih yang sukses membawa Cile juara Copa America 2015 itu tak bisa berbuat banyak.

“Sebagai pelatih, kami perlu menyadari hal-hal ini dan mencoba untuk berurusan dengan situasi tersebut. Saya salah satu (pelatih) yang perlu menerima itu,” sebut Sampaoli.

“Saya percaya saya sudah melakukan terbaik yang saya bisa. Akan tetapi saya tidak menemukan cara untuk memberi apa yang mereka inginkan,” tutup eks nakhoda Sevilla itu.

Statistik Messi sendiri menurun dibanding pada laga pertama. Saat melawan Kroasia, dia benar-benar mati kutu. Berdasar WhoScored, Messi hanya mampu melepaskan 1 tendangan ke gawang, 2 key pass, 5 kali melakukan dribel, dan hanya melepaskan total 32 umpan.

Bandingkan dengan saat melawan Islandia. Dia mampu melepaskan 11 tembakan meski tak ada gol yang dia ciptakan. Ditambah, dia mampu melepaskan 70 kali umpan dengan akurasi mencapai 85,7 persen.

Artinya, Kroasia sukses mematikan Messi. Mereka tahu bahwa Messi adalah kunci permainan Argentina. Dengan dimatikannya Messi, alur serangan La Albiceleste menjadi tersendat. Patut dimaklumi, Argentina terlalu Messi sentris alias Messidependencia. So, ingin membuat Argentina sulit menang, matikan Messi. Apabila Si Kutu mati kutu, Argentina akan bersedih di akhir laga. (bbs/jpc/don)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/