26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

PSMS Khawatir Kena Sanksi Usiran

Foto: Doni Hermawan/Sumut Pos
Pihak kepolisian saat menangani kerusuhan usai laga.

SUMUTPOS.CO – Kericuhan suporter PSMS usai laga kontra PSM Makassar di Stadion Teladan Medan, Senin (23/7) malam menyisakan kekhawatiran manajemen. Pasalnya Ayam Kinantan bakal terancam sanksi dari PSSI.

Manajemen kemarin menggelar rapat evaluasi di Sekretariat Kebun Bunga. Tak dipungkiri ada beberapa kerugian yang ditimbulkan akibat kericuhan tersebut.

“Kericuhan itu menjadi pembelajaran bagi kami untuk laga melawan Bali United supaya pertandingan berjalan aman dan lancar. Dalam pertandingan kemarin 2×45 menit tidak ada kendala dengan tim, tapi usai laga ada gesekan dari salah satu kelompok suporter, terutama PSMS fans Club,” kata Sekretaris PSMS, Julius Raja.

Beberapa item rusak pasca peristiwa itu. Terutama aboard atau papan iklan dan pintu-pintu besi yang dijebol. Ini menjadi tanggung jawab manajemen. “Aboard rusak ada sekitar 29 buah. Terus pintu-pintu juga. Masih ada waktu dua sampai tiga hari memperbaikinya sebelum lawan Bali United. Sampai tadi malam kami sudah dimintai keterangan dari Polsek,” katanya.

Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi. “Kami sudah sampaikan kronologis. Hasilnya hukuman dari mereka memang belum kita ketahui. Sudah berikan terperinci, karena secara keseluruhan pengamanan cukup baik. Tim tamu, tuan rumah dan wasit juga pulang dengan selamat. Kami lakukan pendekatan, jangan sampai ada partai usiran atau main tanpa penonton,” bebernya.

Pria yang akrab disapa King itu menyadari jika kericuhan itu memuncak dikarenakan ingin ada revolusi di manajemen PSMS. “Mereka minta perbaikan manajemen. Minta King mundur. Sekali lagi saya katakan mari bersikap dewasa. Saya siap mundur. Tapi harus melalui pak Kodrat (Pembina) atau pak Edy Rahmayadi (Penasehat). Kalau mereka minta saya mundur bukan dari kelompok suporter. Kami kan sudah buat perbaikan tapi kok masih dirongrong,” bebernya.

Sementara itu etua PFC, Zulfan Harahap menjelaskan alasan pihaknya menyalakan flare. “Ini bentuk kekecewaan kami kepada pengurus PSMS yang bobrok. Yang semena-mena dan arogan,” ujarnya

ejatinya, kata Zulfan, flare adalah aksi lanjutan, karena imbauan sebelumnya tidak direspon. “Dengan petisi enggak ditanggpi, dengan spanduk juga enggak ditanggapi, dengan nyayian (di stadion) pun enggak ditanggapi. Maka dengan flare lah kami lakukan untuk menuntut mereka mundur,” tegasnya. (don)

Foto: Doni Hermawan/Sumut Pos
Pihak kepolisian saat menangani kerusuhan usai laga.

SUMUTPOS.CO – Kericuhan suporter PSMS usai laga kontra PSM Makassar di Stadion Teladan Medan, Senin (23/7) malam menyisakan kekhawatiran manajemen. Pasalnya Ayam Kinantan bakal terancam sanksi dari PSSI.

Manajemen kemarin menggelar rapat evaluasi di Sekretariat Kebun Bunga. Tak dipungkiri ada beberapa kerugian yang ditimbulkan akibat kericuhan tersebut.

“Kericuhan itu menjadi pembelajaran bagi kami untuk laga melawan Bali United supaya pertandingan berjalan aman dan lancar. Dalam pertandingan kemarin 2×45 menit tidak ada kendala dengan tim, tapi usai laga ada gesekan dari salah satu kelompok suporter, terutama PSMS fans Club,” kata Sekretaris PSMS, Julius Raja.

Beberapa item rusak pasca peristiwa itu. Terutama aboard atau papan iklan dan pintu-pintu besi yang dijebol. Ini menjadi tanggung jawab manajemen. “Aboard rusak ada sekitar 29 buah. Terus pintu-pintu juga. Masih ada waktu dua sampai tiga hari memperbaikinya sebelum lawan Bali United. Sampai tadi malam kami sudah dimintai keterangan dari Polsek,” katanya.

Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi. “Kami sudah sampaikan kronologis. Hasilnya hukuman dari mereka memang belum kita ketahui. Sudah berikan terperinci, karena secara keseluruhan pengamanan cukup baik. Tim tamu, tuan rumah dan wasit juga pulang dengan selamat. Kami lakukan pendekatan, jangan sampai ada partai usiran atau main tanpa penonton,” bebernya.

Pria yang akrab disapa King itu menyadari jika kericuhan itu memuncak dikarenakan ingin ada revolusi di manajemen PSMS. “Mereka minta perbaikan manajemen. Minta King mundur. Sekali lagi saya katakan mari bersikap dewasa. Saya siap mundur. Tapi harus melalui pak Kodrat (Pembina) atau pak Edy Rahmayadi (Penasehat). Kalau mereka minta saya mundur bukan dari kelompok suporter. Kami kan sudah buat perbaikan tapi kok masih dirongrong,” bebernya.

Sementara itu etua PFC, Zulfan Harahap menjelaskan alasan pihaknya menyalakan flare. “Ini bentuk kekecewaan kami kepada pengurus PSMS yang bobrok. Yang semena-mena dan arogan,” ujarnya

ejatinya, kata Zulfan, flare adalah aksi lanjutan, karena imbauan sebelumnya tidak direspon. “Dengan petisi enggak ditanggpi, dengan spanduk juga enggak ditanggapi, dengan nyayian (di stadion) pun enggak ditanggapi. Maka dengan flare lah kami lakukan untuk menuntut mereka mundur,” tegasnya. (don)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/