JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Lifter andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan mencatat sejarah besar. Dia menjadi manusia Indonesia pertama yang meraih empat medali dalam empat Olimpiade.
Pada Olimpiade Tokyo 2020, Minggu (25/7), Eko meraih perak. Berlaga pada kelas 61 kg di Tokyo International Forum, Eko mencatat angkatan total 302 kg.
Dia kalah dari andalan Tiongkok Li Fabin yang mencatat 313 kg, Angkatan Li itu sekaligus merupakan rekor baru Olimpiade. Medali perunggu diraih atlet Kazakhstan Igor Son (294 kg).
Sebelumnya, Eko meraih perunggu pada Olimpiade Beijing 2008 ( kelas 56 kg) dan London 2012 (62 kg). Lima tahun lalu di Rio 2016, Eko berhasil mendapatkan perak (62 kg).
Pada angkatan snatch, Eko memulainya dengan sangat baik. Peraih emas Asian Games 2018 tersebut mengangkat beban 137 kg dengan lancar. Sementara itu, Li Fabin gagal mengangkat 137 kg pada percobaan pertama.
Namun sayang, pada percobaan kedua, Eko gagal mengangkat beban seberat 141 kg. Di sisi lain, Li berhasil mengangkat 137 kg dan lalu berlanjut dengan keberhasilan angkatan 141 kg pada percobaan ketiga.
Sayang, Eko yang kembali mencoba mengangkat 141 kg di kesempatan ketiga, kembali gagal. Jadi untuk kategori snatch, Eko berada di belakang Li. Padahal, angkatan terbaik Eko dalam ajang besar adalah 143 kg. Hal itu dia catat saat menjadi juara dunia 2018 di Ashgabat, Turkmenistan.
Pada clean and jerk, Eko berhasil mengangkat 165 kg pada angkatan pertama. Tekniknya sangat baik. Dia mengangkat dengan nyaman. Tetapi Li tampil luar biasa dengan juga mencatat angkatan 166 kg.
Pada percobaan kedua, Li juga sukses mengangkat seberat 172 kg. Yang luar biasa, catatan itu adalah rekor baru Olimpiade.
Kesuksesan Li, membuat Eko mau tidak mau untuk mengangkat 177 kg, jauh di atas rekor dunia yakni 174 kg. Dan seperti yang sudah diprediksi, Eko gagal melakukan tugasnya. Pada angkatan ketiga, Eko juga gagal. Inilah yang membuatnya gagal meraih emas mengejar Li.
Dengan keberhasilan Eko ini, Indonesia meraih dua medali di Olimpiade Tokyo 2020. Sebelumnya, Indonesia mendulang perunggu melalui lifter berusia 19 tahun Windy Cantika Aisah pada kelas 49 kg putri.
Saat ini, Eko sudah berusia 32 tahun. Memang akan berat bisa berlaga lagi di Paris 2024. Setelah masa Eko, generasi baru angkat besi Indonesia bisa menjadi tulang punggung di masa depan. Mereka antara lain, Muhammad Faathir (61 kg), Rizki Juniansyah (73 kg), dan Rahmat Erwin Abdullah (73 kg).
Medali Pertama
Sehari sebelumnya, Lifter putri Windy Cantika Aisah menyumbang medali pertama untuk kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020. Turun di kelas 49 kg, dia menyabet perunggu.
Pada pertandingan yang digelar di Tokyo International Forum, Sabtu (24/7), Windi mengumpulkan poin total angkatan 194. Saat angkatan snatch, Windy mencatatkan 84 kg, clean and jerk 110 kg.
Windy kalah dari lifter India Chanu Saikhom Mirabai yang mengumpulkan total angkatan 202. Lifter China, Hou Zhihui, menjadi peraih emas dengan total angkatan seberat 210.
Zhihui mencatatkan tiga rekor olimpiade di kelas 49 kg putri. Dia membukukan seberat 94 kg untuk angatan snatch dan 116 untuk angkatan clean and jerk.
Rengan raihan perunggu ini, Indonesia untuk sementara ada di urutan keempat klasemen medali Olimpiade Tokyo bersama dengan Swiss yang sama-sama meraih 1 perunggu hingga pukul 13.50 WIB. Sementara itu, China ada di urutan pertama dengan raihan dua emas. India dan Rusia sama-sama mengumpulkan satu perak ada di urutan kedua. (jpc/dts)