26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Italia vs Spanyol: Bukan Hanya Tiki-Taka

Pemain Prancis Buffon
Performa Gianluigi Buffon dkk dalam dua laga fase grup pertamanya dinilai sudah memenuhi ekspektasi.

SAINT-DENIS, SUMUTPOS.CO – Gazzetta dello Sport dengan konfiden menuliskan “Italia A Tutto Gas” di dalam judul headline-nya, Minggu (26/6). Sama konfidennya dengan publik Italia begitu melihat performa Gli Azzurri – julukan Italia – dari tiga pertandingan selama fase grup E. Artinya, Italia sudah saatnya untuk tancap gas dalam fase 16 Besar.

Lupakan kekalahan 0-1 atas Republik Irlandia di dalam laga terakhir fase grup, Kamis (23/6) dini hari lalu WIB di Stade Pierre-Mauroy, Villeneuve-d’Ascq. Pasalnya selain hanya memainkan barisan pemain pelapisnya, performa Gianluigi Buffon dkk dalam dua laga fase grup pertamanya dinilai sudah memenuhi ekspektasi.

Dengan formasi 3-5-2 yang diusungnya, Antonio Conte membawa Italia mengalahkan Belgia 3-0 (14/6), dan Swedia 1-0 (17/6). Strategi serangan balik yang kemudian membuat Italia memiliki naluri membunuh. Dan malam nanti WIB konfidensi itulah yang berpotensi merusak mimpi Spanyol menjadi pemilik trofi Henry Delaunay untuk ketiga kalinya secara beruntun.

Final kepagian tersebut akan terjadi di Stade de France, Saint-Denis. Bisakah Spanyol meredam serangan balik Italia itu?

“Ya, saya yakin. Kami pasti mampu melakukannya. Kekalahan kemarin hanya karena kami over konfiden saja (saat dikalahkan Kroasia, Red). Lawan Italia, jangan ada lagi kesalahan itu,” ucap bek kanan Spanyol, Juanfran, dikutip dari Football Espana.

Ya, La Furia Roja – julukan Spanyol – menatap Italia dengan bayang-bayang petaka di Nouveau Stade de Bordeaux, Bordeaux, 22 Juni lalu, ketika ditumbangkan Kroasia dalam laga pemungkasnya di fase grup D. Di sinilah titik persamaannya antara Italia dan Kroasia. Spanyol takluk di tangan Vantreni – julukan Kroasia – yang bermain dengan strategi serangan balik.

Kroasia memanfaatkan dominasinya di sayap kiri untuk menghancurkan pertahanan negara tiga kali juara Euro itu. Nah posisi Juanfran-lah salah satu yang harus berbenah di laga ini. Melihat dari sisi alur serangannya, sisi kiri Italia juga lebih dominan dengan total penguasaan 35 persen. “Yang berbeda, Italia jauh lebih hebat dari Kroasia. Positifnya dari kekalahan yang kemarin, jangan sampai kami gagal lagi,” tutur bek Atletico Madrid itu.

Ada lagi yang membedakan, Kroasia tidak bermain 3-5-2 seperti Italia. Kroasia menang dengan serangan balik dengan formasi 4-2-3-1. Xavi Hernandez dalam analisisnya diFootball Italia menyebut formasi 3-5-2 Italia lebih kompleks. Saat menyerang, dua sayapnya ikut naik membantu serangan. Dan, begitu bertahan maka bakal ada tembok kokoh berisi lima pemain di belakang Italia.

Tiga pemain belakang dari trio BBC (Andtea Barzagli, Leonardo Bonucci, dan Giorgio Chiellini), plus dua sisi sayap yang kemungkinan diisi Alessio Florenzi dan Matteo Darmian. Florenzi dimasukkan untuk mengisi posisi Antonio Candreva yang absen karena cedera hamstring.

”Spanyol bakal kesulitan jika melakukan pressing seperti yang biasa mereka lakukan,” ungkap mantan pemain Barcelona itu.

Pemain Prancis Buffon
Performa Gianluigi Buffon dkk dalam dua laga fase grup pertamanya dinilai sudah memenuhi ekspektasi.

SAINT-DENIS, SUMUTPOS.CO – Gazzetta dello Sport dengan konfiden menuliskan “Italia A Tutto Gas” di dalam judul headline-nya, Minggu (26/6). Sama konfidennya dengan publik Italia begitu melihat performa Gli Azzurri – julukan Italia – dari tiga pertandingan selama fase grup E. Artinya, Italia sudah saatnya untuk tancap gas dalam fase 16 Besar.

Lupakan kekalahan 0-1 atas Republik Irlandia di dalam laga terakhir fase grup, Kamis (23/6) dini hari lalu WIB di Stade Pierre-Mauroy, Villeneuve-d’Ascq. Pasalnya selain hanya memainkan barisan pemain pelapisnya, performa Gianluigi Buffon dkk dalam dua laga fase grup pertamanya dinilai sudah memenuhi ekspektasi.

Dengan formasi 3-5-2 yang diusungnya, Antonio Conte membawa Italia mengalahkan Belgia 3-0 (14/6), dan Swedia 1-0 (17/6). Strategi serangan balik yang kemudian membuat Italia memiliki naluri membunuh. Dan malam nanti WIB konfidensi itulah yang berpotensi merusak mimpi Spanyol menjadi pemilik trofi Henry Delaunay untuk ketiga kalinya secara beruntun.

Final kepagian tersebut akan terjadi di Stade de France, Saint-Denis. Bisakah Spanyol meredam serangan balik Italia itu?

“Ya, saya yakin. Kami pasti mampu melakukannya. Kekalahan kemarin hanya karena kami over konfiden saja (saat dikalahkan Kroasia, Red). Lawan Italia, jangan ada lagi kesalahan itu,” ucap bek kanan Spanyol, Juanfran, dikutip dari Football Espana.

Ya, La Furia Roja – julukan Spanyol – menatap Italia dengan bayang-bayang petaka di Nouveau Stade de Bordeaux, Bordeaux, 22 Juni lalu, ketika ditumbangkan Kroasia dalam laga pemungkasnya di fase grup D. Di sinilah titik persamaannya antara Italia dan Kroasia. Spanyol takluk di tangan Vantreni – julukan Kroasia – yang bermain dengan strategi serangan balik.

Kroasia memanfaatkan dominasinya di sayap kiri untuk menghancurkan pertahanan negara tiga kali juara Euro itu. Nah posisi Juanfran-lah salah satu yang harus berbenah di laga ini. Melihat dari sisi alur serangannya, sisi kiri Italia juga lebih dominan dengan total penguasaan 35 persen. “Yang berbeda, Italia jauh lebih hebat dari Kroasia. Positifnya dari kekalahan yang kemarin, jangan sampai kami gagal lagi,” tutur bek Atletico Madrid itu.

Ada lagi yang membedakan, Kroasia tidak bermain 3-5-2 seperti Italia. Kroasia menang dengan serangan balik dengan formasi 4-2-3-1. Xavi Hernandez dalam analisisnya diFootball Italia menyebut formasi 3-5-2 Italia lebih kompleks. Saat menyerang, dua sayapnya ikut naik membantu serangan. Dan, begitu bertahan maka bakal ada tembok kokoh berisi lima pemain di belakang Italia.

Tiga pemain belakang dari trio BBC (Andtea Barzagli, Leonardo Bonucci, dan Giorgio Chiellini), plus dua sisi sayap yang kemungkinan diisi Alessio Florenzi dan Matteo Darmian. Florenzi dimasukkan untuk mengisi posisi Antonio Candreva yang absen karena cedera hamstring.

”Spanyol bakal kesulitan jika melakukan pressing seperti yang biasa mereka lakukan,” ungkap mantan pemain Barcelona itu.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/