26.7 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Dipalsukan Sejak SSB, Medan Jaya Kecolongan

LATIHAN: Pelatih Medan Jaya U-15, Saktiawan Sinaga memimpin latihan timnya di Kebun Bunga kemarin.
LATIHAN: Pelatih Medan Jaya U-15, Saktiawan Sinaga saat memimpin latihan timnya di Kebun Bunga.

SUMUTPOS.CO  — Medan Jaya mengakui kecolongan dengan kasus pencurian umur yang melibatkan pemainnya pada Turnamen Sepak Bola Piala Edy Rahmayadi Cup 2016. Pasalnya pemalsuan data dilakukan sejak memperkuat SSB.

HAL itu diakui Abadi Putra, pemain yang terlibat kasus pencurian umur di Medan, Senin (28/11) kemarin. Pemain dengan data asli kelahiran September 1999 ini mengatakan datanya dipalsukan pelatihnya sejak memperkuat SSB Bulu Cina di Turnamen Piala Djohar Arifin dan Piala Menpora 2015.

“Awalnya pelatih saya di SSB dulu, pak Sahlan minta saya cari data untuk diubah kelahiran tahun 2002. Biar saya bisa main di turnamen itu. Lalu saya pakai data adik sepupu saya dengan nama Deni Guna Putra,” kata Abadi.

Lantas Abadi terus menggunakan data tersebut,  termasuk saat mengikuti seleksi di Medan Jaya untuk bermain di Turnamen Edy Rahmayadi Cup.  “Ya saya pakai data itu sebelumnya gak ketahuan. Jadi ikut seleksi di Medan Jaya pakai data itu terus. Waktu penyerahan berkas panitia juga tidak tahu, ” kata pemain tersebut.

Namun sebelum laga babak delapan besar, rekan satu timnya di SSB dulu yang kini memperkuat PSMS U-15 meminta data kepada Ibunya tanpa sepengetahuan dirinya.  “Si Bayu minta data ke Ibu saya di rumah waktu saya lagi latihan. Saya tidak tahu, ” bebernya.

Abadi pun meminta maaf kepada pihak Medan Jaya terutama rekan-rekan setimnya karena dampaknya tim berjuluk Kijang Sumatera itu disanksi diskualifikasi.  “Saya minta maaf kepada kawan-kawan saya pastinya mereka kecewa. Kepada manajemen,  coach Sakti dan lainnya. Ke depannya saya akan memakai data saya sebenarnya untuk bermain bola, ” tambahnya.

Sementara itu pelatih Medan Jaya U-15, Saktiawan Sinaga mengakui pihaknya kecolongan.  “Saya sejak awal sudah tanyakan kepada semua pemain ‘apakah ada yang curi umur?’ Mereka bilang tidak ada. Termasuk saat 8 besar, juga tidak ada. Saya sebagai pelatih pasti percaya dengan pemain saya dong.  Apalagi baru kali ini saya melatih kelompok umur, ” kata Sakti.

Mantan pemain PSMS dan timnas ini mengakui hal ini menjadi pelajaran bagi pihaknya untuk lebih teliti persoalan administrasi. “Ini jadi pelajaran buat saya dan tim.  Apalagi persoalan administrasi karena terus terang persiapan kami mepet jadi tidak terlalu mencek data pemain.  Kami bahkan daftar terakhir.  Saya juga tidak mau menyalahkan anak itu karena tidak mungkin dia melakukannya sendiri tanpa ada yang suruh dulu, ” kata pemain yang pernah memperkuat  Pusamania Borneo dan PSS Sleman itu.

Sementara itu salah seorang orang tua pemain Medan Jaya, Manulang menyesalkan kejadian ini. Apalagi anaknya Owen cukup terpukul dengan kegagalan timnya karena faktor non teknis “Gara-gara kasus ini nama Medan Jaya yang jadinya terikut.  Harusnya curi curi umur ini janganlah dilakukan lagi. Karena kasihan anaknya,  karirnya yang rusak. Untuk level SSB saja menghalalkan segala cara untuk menang. Tinggalkan saja lah metode-metode lama itu, ” pungkas Manulang.

Tidak adanya screening test terhadap pemain dengan prosedur yang ideal juga harusnya juga menjadi pelajaran bagi panitia penyelenggara turnamen Edy Rahmayadi Cup. (don/dek)

LATIHAN: Pelatih Medan Jaya U-15, Saktiawan Sinaga memimpin latihan timnya di Kebun Bunga kemarin.
LATIHAN: Pelatih Medan Jaya U-15, Saktiawan Sinaga saat memimpin latihan timnya di Kebun Bunga.

SUMUTPOS.CO  — Medan Jaya mengakui kecolongan dengan kasus pencurian umur yang melibatkan pemainnya pada Turnamen Sepak Bola Piala Edy Rahmayadi Cup 2016. Pasalnya pemalsuan data dilakukan sejak memperkuat SSB.

HAL itu diakui Abadi Putra, pemain yang terlibat kasus pencurian umur di Medan, Senin (28/11) kemarin. Pemain dengan data asli kelahiran September 1999 ini mengatakan datanya dipalsukan pelatihnya sejak memperkuat SSB Bulu Cina di Turnamen Piala Djohar Arifin dan Piala Menpora 2015.

“Awalnya pelatih saya di SSB dulu, pak Sahlan minta saya cari data untuk diubah kelahiran tahun 2002. Biar saya bisa main di turnamen itu. Lalu saya pakai data adik sepupu saya dengan nama Deni Guna Putra,” kata Abadi.

Lantas Abadi terus menggunakan data tersebut,  termasuk saat mengikuti seleksi di Medan Jaya untuk bermain di Turnamen Edy Rahmayadi Cup.  “Ya saya pakai data itu sebelumnya gak ketahuan. Jadi ikut seleksi di Medan Jaya pakai data itu terus. Waktu penyerahan berkas panitia juga tidak tahu, ” kata pemain tersebut.

Namun sebelum laga babak delapan besar, rekan satu timnya di SSB dulu yang kini memperkuat PSMS U-15 meminta data kepada Ibunya tanpa sepengetahuan dirinya.  “Si Bayu minta data ke Ibu saya di rumah waktu saya lagi latihan. Saya tidak tahu, ” bebernya.

Abadi pun meminta maaf kepada pihak Medan Jaya terutama rekan-rekan setimnya karena dampaknya tim berjuluk Kijang Sumatera itu disanksi diskualifikasi.  “Saya minta maaf kepada kawan-kawan saya pastinya mereka kecewa. Kepada manajemen,  coach Sakti dan lainnya. Ke depannya saya akan memakai data saya sebenarnya untuk bermain bola, ” tambahnya.

Sementara itu pelatih Medan Jaya U-15, Saktiawan Sinaga mengakui pihaknya kecolongan.  “Saya sejak awal sudah tanyakan kepada semua pemain ‘apakah ada yang curi umur?’ Mereka bilang tidak ada. Termasuk saat 8 besar, juga tidak ada. Saya sebagai pelatih pasti percaya dengan pemain saya dong.  Apalagi baru kali ini saya melatih kelompok umur, ” kata Sakti.

Mantan pemain PSMS dan timnas ini mengakui hal ini menjadi pelajaran bagi pihaknya untuk lebih teliti persoalan administrasi. “Ini jadi pelajaran buat saya dan tim.  Apalagi persoalan administrasi karena terus terang persiapan kami mepet jadi tidak terlalu mencek data pemain.  Kami bahkan daftar terakhir.  Saya juga tidak mau menyalahkan anak itu karena tidak mungkin dia melakukannya sendiri tanpa ada yang suruh dulu, ” kata pemain yang pernah memperkuat  Pusamania Borneo dan PSS Sleman itu.

Sementara itu salah seorang orang tua pemain Medan Jaya, Manulang menyesalkan kejadian ini. Apalagi anaknya Owen cukup terpukul dengan kegagalan timnya karena faktor non teknis “Gara-gara kasus ini nama Medan Jaya yang jadinya terikut.  Harusnya curi curi umur ini janganlah dilakukan lagi. Karena kasihan anaknya,  karirnya yang rusak. Untuk level SSB saja menghalalkan segala cara untuk menang. Tinggalkan saja lah metode-metode lama itu, ” pungkas Manulang.

Tidak adanya screening test terhadap pemain dengan prosedur yang ideal juga harusnya juga menjadi pelajaran bagi panitia penyelenggara turnamen Edy Rahmayadi Cup. (don/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/