25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Manchester United v Leicester City: Menang = Juara

Winger Leicester City, Riyad Mahrez.
Winger Leicester City, Riyad Mahrez.

SUMUTPOS.CO – Leicester City dan Tottenham Hotspur sudah sepuluh pekan bagai kucing dan anjing di papan klasemen Premier League. Lebih dua bulan terakhir ini, The Foxes –julukan Leicester– seperti kucing yang terus saja dikejar anjing bernama Tottenham. Meskipun Premier League masih terbentang dua pekan lagi, akhir pekan ini bisa jadi akhir balapan kucing dan anjing itu.

Nah, Leicester lah yang sudah berada di ambang pesta. Syaratnya, Wes Morgan dkk harus bisa mempecundangi Manchester United di Old Trafford, Manchester, Minggu (1/5) malam WIB. Tiga poin di Old Trafford sudah menghanguskan apapun upaya The Lilywhites –julukan Spurs– yang dihadang rekor 26 tahun sulit menang di Stamford Bridge, homeground Chelsea.

Imbang atau tumbang di Old Trafford, maka itu akan memotivasi Spurs mematahkan handicap pada Selasa dini hari WIB (3/5), atau 30 jam setelah duel di Manchester. ”Yang harus kami camkan di pikiran kami, musim belum berakhir. Fokus harus kami jaga, karena setiap laga akan menyulitkan,” kata winger Leicester, Riyad Mahrez, kepada Daily Telegraph.

Secara histori, Mahrez menyadari Leicester bukan superior di Old Trafford. Sudah sangat lama Leicester tidak pernah menang atas Setan Merah di Manchester. Sudah 18 tahun silam. Sehingga, ada kekhwatiran muncul sindrom yang menghabisi kans klub milik Vichai Srivaddhanaprabha itu pada tiga laga pemungkasnya.

Gagal di Old Trafford, mengalahkan Everton di King Power Stadium (7/5) akan lebih berat jika gap tujuh poinnya dengan Spurs tereduksi. Entah enam, atau lima poin. Apalagi, pada laga terakhirnya di Premier League nanti (15/5) anak buah Claudio Ranieri itu sudah ditunggu Chelsea di Stamford Bridge, London.

”Seperti yang pernah saya katakan, kami bukan klub besar, bukan pula langganan juara Premier League. Jangan sampai kami gugup. Ini (juara) hanyalah bonus bagi kami, karena tidak ada yang bisa memprediksi musim kami seperti apa. Kalau kami bisa, kami akan mendapatkannya (juara). Tapi jika tidak? Ya, inilah realita hidup,” tutur pemain peraih penghargaan Pemain Terbaik Tahun Ini versi PFA itu.

Sayangnya, walaupun nantinya memenangi duel kontra United, tidak akan ada perayaan pesta juara bersama trofi Premier League di Old Trafford. Leicester tidak akan bisa mengikuti Arsenal saat berpesta juara Premier League 2001-2002 di Theater Of Dream, sebutan Old Trafford. Termasuk laga Leicester nanti, artinya sudah ada lima laga penentu gelar Premier League digelar di Old Trafford.

Tidak bisanya Leicester parade trofi itu sudah sesuai dengan kebijakan Premier League. Pihak penyelenggara kompetisi paling wah di Benua Eropa itu baru akan memberikan trofi kepada klub yang memenangi kompetisi pada laga kandang terakhir. Baru jika tidak ada lagi laga home, maka seremonial itu bisa dilakukan di kandang lawan.

Sehingga, parade trofi baru bisa dilakukan pekan depan di King Power. Akan tetapi, sekali lagi, jika Leicester mengalahkan United.

”Pikiran saya hanya sedikit enteng, ya sedikit enteng. Kalian bilang musim ini sudah tuntas, tapi bagi kami tidak. Kami akan terus bertarung hingga musim berakhir,” tutur Ranieri, dikutip dari Gazzetta dello Sport.

Pelatih berkebangsaan Italia tersebut enggan berjalan di lorong Old Trafford menunduk hanya karena klubnya tidak sebesar United. ”Kalian lihat kan klub-klub besar tidak ada yang konsisten pada musim ini. Jangan remehkan klub kecil, karena mereka bermain dengan hati, dan itu yang bisa menjadi pembunuh klub-klub raksasa seperti United,” lanjutnya.

Winger Leicester City, Riyad Mahrez.
Winger Leicester City, Riyad Mahrez.

SUMUTPOS.CO – Leicester City dan Tottenham Hotspur sudah sepuluh pekan bagai kucing dan anjing di papan klasemen Premier League. Lebih dua bulan terakhir ini, The Foxes –julukan Leicester– seperti kucing yang terus saja dikejar anjing bernama Tottenham. Meskipun Premier League masih terbentang dua pekan lagi, akhir pekan ini bisa jadi akhir balapan kucing dan anjing itu.

Nah, Leicester lah yang sudah berada di ambang pesta. Syaratnya, Wes Morgan dkk harus bisa mempecundangi Manchester United di Old Trafford, Manchester, Minggu (1/5) malam WIB. Tiga poin di Old Trafford sudah menghanguskan apapun upaya The Lilywhites –julukan Spurs– yang dihadang rekor 26 tahun sulit menang di Stamford Bridge, homeground Chelsea.

Imbang atau tumbang di Old Trafford, maka itu akan memotivasi Spurs mematahkan handicap pada Selasa dini hari WIB (3/5), atau 30 jam setelah duel di Manchester. ”Yang harus kami camkan di pikiran kami, musim belum berakhir. Fokus harus kami jaga, karena setiap laga akan menyulitkan,” kata winger Leicester, Riyad Mahrez, kepada Daily Telegraph.

Secara histori, Mahrez menyadari Leicester bukan superior di Old Trafford. Sudah sangat lama Leicester tidak pernah menang atas Setan Merah di Manchester. Sudah 18 tahun silam. Sehingga, ada kekhwatiran muncul sindrom yang menghabisi kans klub milik Vichai Srivaddhanaprabha itu pada tiga laga pemungkasnya.

Gagal di Old Trafford, mengalahkan Everton di King Power Stadium (7/5) akan lebih berat jika gap tujuh poinnya dengan Spurs tereduksi. Entah enam, atau lima poin. Apalagi, pada laga terakhirnya di Premier League nanti (15/5) anak buah Claudio Ranieri itu sudah ditunggu Chelsea di Stamford Bridge, London.

”Seperti yang pernah saya katakan, kami bukan klub besar, bukan pula langganan juara Premier League. Jangan sampai kami gugup. Ini (juara) hanyalah bonus bagi kami, karena tidak ada yang bisa memprediksi musim kami seperti apa. Kalau kami bisa, kami akan mendapatkannya (juara). Tapi jika tidak? Ya, inilah realita hidup,” tutur pemain peraih penghargaan Pemain Terbaik Tahun Ini versi PFA itu.

Sayangnya, walaupun nantinya memenangi duel kontra United, tidak akan ada perayaan pesta juara bersama trofi Premier League di Old Trafford. Leicester tidak akan bisa mengikuti Arsenal saat berpesta juara Premier League 2001-2002 di Theater Of Dream, sebutan Old Trafford. Termasuk laga Leicester nanti, artinya sudah ada lima laga penentu gelar Premier League digelar di Old Trafford.

Tidak bisanya Leicester parade trofi itu sudah sesuai dengan kebijakan Premier League. Pihak penyelenggara kompetisi paling wah di Benua Eropa itu baru akan memberikan trofi kepada klub yang memenangi kompetisi pada laga kandang terakhir. Baru jika tidak ada lagi laga home, maka seremonial itu bisa dilakukan di kandang lawan.

Sehingga, parade trofi baru bisa dilakukan pekan depan di King Power. Akan tetapi, sekali lagi, jika Leicester mengalahkan United.

”Pikiran saya hanya sedikit enteng, ya sedikit enteng. Kalian bilang musim ini sudah tuntas, tapi bagi kami tidak. Kami akan terus bertarung hingga musim berakhir,” tutur Ranieri, dikutip dari Gazzetta dello Sport.

Pelatih berkebangsaan Italia tersebut enggan berjalan di lorong Old Trafford menunduk hanya karena klubnya tidak sebesar United. ”Kalian lihat kan klub-klub besar tidak ada yang konsisten pada musim ini. Jangan remehkan klub kecil, karena mereka bermain dengan hati, dan itu yang bisa menjadi pembunuh klub-klub raksasa seperti United,” lanjutnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/