31.7 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Jerman Dapat Serangan dari “Luar”

Pemain Timnas Jerman, Erik Durm (kanan) melompat pada sesi latihan Tim Jerman di Campo Bahia, Santo Andre, Brazil, 27 Juni 2014.
Pemain Timnas Jerman, Erik Durm (kanan) melompat pada sesi latihan Tim Jerman di Campo Bahia, Santo Andre, Brazil, 27 Juni 2014.

PORTO SEGUNDO, SUMUTPOS.CO – Jerman termasuk tim yang “wah” dalam memilih lokasi sebagai basecamp tim selama perhelatan Piala Dunia 2014. Jika kontestan lain memilih tinggal di tengah kota, pasukan Die Mannschaft itu justru menunjuk desa nelayan Santos Andre, yang terletak di timur laut negara bagian Bahia.

Konsekuensinya, mereka harus membangun segala perlengkapan yang memadai guna menunjang latihan mereka. Seperti stadion, tempat penginapan, ataupun hal lainnya. Pembangunan itu sudah tentu menganggu ketenangan warga Santos Andre. Karena itu, pihak DFB (PSSI-nya Jerman) pun memberikan semacam program CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai “balas budi” dari Jerman.

Namun, program tersebut ternyata menimbulkan protes dari kalangan warga. Penyebabnya, ada salah satu proyek yang dianggap belum selesai sehingga mereka khawatir timnas Jerman akan menelantarkannya.

Proyek yang dimaksud adalah pembenahan lapangan lokal yang terletak tidak jauh dari pusat latihan kolektor juara dunia tiga kali tersebut. Lapangan itu ternyata sudah hampir dua minggu lamanya tidak dijamah. Salah satu yang paling menonjol, sepertiga lapangan tersebut baru ditutup rumput. Sedangkan dua pertiganya masih berupa hamparan tanah kosong yang berdebu.

Warga yang kesal langsung menggelar demo dengan membentangkan spanduk yang berbunyi “Cado o Campo” atau berarti “Kemana Lapangan Kami.” Bahkan, beberapa orang meyakini bahwa pembangunan tersebut tidak akan pernah selesai. Apalagi jika Jerman akhirnya kandas di fase perdelapan final.

Salah satu yang menyuarakan kekesalannya itu adalah David da Luz Oliveira, salah satu warga lokal. “Penduduk Santos Andre takut jika Jerman meninggalkan tempat ini tanpa memedulikan nasib lapangan,” keluhnya sambil menunjukkan bagian yang belum dibangun sama sekali itu kepada Reuters.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa penyelenggaraan Piala Dunia yang hampir berakhir justru tidak akan berdampak positif pada pembangunan. “Anda dapat melihat bahwa ini (lapangan, Red) belum selesai. Tentunya akan sangat mengecewakan. Lihat ini! Tidak ada satupun yang dapat digunakan,” omelnya kembali.

DFB pun langsung merespon kemarahan para warga kota yang terletak hanya sekitar 15 km dari bandara Porto Seguro itu. Melalui presidennya, Wolfgang Niersbach menegaskan, mereka akan tetap menyelesaikan apa yang sudah dibangun. “Kami akan memeenuhi janji kami untuk membenahi lapangan itu. Saya dengar bahwa pekerjaan tersebut sempat terhenti namun kami tidak tahu kenapa. Sejujurnya, kami akan menyelidiki serta mengawasinya hingga selesai,” tandasnya. (apu)

Pemain Timnas Jerman, Erik Durm (kanan) melompat pada sesi latihan Tim Jerman di Campo Bahia, Santo Andre, Brazil, 27 Juni 2014.
Pemain Timnas Jerman, Erik Durm (kanan) melompat pada sesi latihan Tim Jerman di Campo Bahia, Santo Andre, Brazil, 27 Juni 2014.

PORTO SEGUNDO, SUMUTPOS.CO – Jerman termasuk tim yang “wah” dalam memilih lokasi sebagai basecamp tim selama perhelatan Piala Dunia 2014. Jika kontestan lain memilih tinggal di tengah kota, pasukan Die Mannschaft itu justru menunjuk desa nelayan Santos Andre, yang terletak di timur laut negara bagian Bahia.

Konsekuensinya, mereka harus membangun segala perlengkapan yang memadai guna menunjang latihan mereka. Seperti stadion, tempat penginapan, ataupun hal lainnya. Pembangunan itu sudah tentu menganggu ketenangan warga Santos Andre. Karena itu, pihak DFB (PSSI-nya Jerman) pun memberikan semacam program CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai “balas budi” dari Jerman.

Namun, program tersebut ternyata menimbulkan protes dari kalangan warga. Penyebabnya, ada salah satu proyek yang dianggap belum selesai sehingga mereka khawatir timnas Jerman akan menelantarkannya.

Proyek yang dimaksud adalah pembenahan lapangan lokal yang terletak tidak jauh dari pusat latihan kolektor juara dunia tiga kali tersebut. Lapangan itu ternyata sudah hampir dua minggu lamanya tidak dijamah. Salah satu yang paling menonjol, sepertiga lapangan tersebut baru ditutup rumput. Sedangkan dua pertiganya masih berupa hamparan tanah kosong yang berdebu.

Warga yang kesal langsung menggelar demo dengan membentangkan spanduk yang berbunyi “Cado o Campo” atau berarti “Kemana Lapangan Kami.” Bahkan, beberapa orang meyakini bahwa pembangunan tersebut tidak akan pernah selesai. Apalagi jika Jerman akhirnya kandas di fase perdelapan final.

Salah satu yang menyuarakan kekesalannya itu adalah David da Luz Oliveira, salah satu warga lokal. “Penduduk Santos Andre takut jika Jerman meninggalkan tempat ini tanpa memedulikan nasib lapangan,” keluhnya sambil menunjukkan bagian yang belum dibangun sama sekali itu kepada Reuters.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa penyelenggaraan Piala Dunia yang hampir berakhir justru tidak akan berdampak positif pada pembangunan. “Anda dapat melihat bahwa ini (lapangan, Red) belum selesai. Tentunya akan sangat mengecewakan. Lihat ini! Tidak ada satupun yang dapat digunakan,” omelnya kembali.

DFB pun langsung merespon kemarahan para warga kota yang terletak hanya sekitar 15 km dari bandara Porto Seguro itu. Melalui presidennya, Wolfgang Niersbach menegaskan, mereka akan tetap menyelesaikan apa yang sudah dibangun. “Kami akan memeenuhi janji kami untuk membenahi lapangan itu. Saya dengar bahwa pekerjaan tersebut sempat terhenti namun kami tidak tahu kenapa. Sejujurnya, kami akan menyelidiki serta mengawasinya hingga selesai,” tandasnya. (apu)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/