23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Klub LPI Belum Ada yang Bangkrut

Kejelasan Liga Primer Indonesia (LPI) sempat menjadi tanda tanya besar. Sempat digadang akan berhenti di tengah jalan, namun kabar itu segera dipupus.

Menurut CEO Bintang Medan, Dityo Pramono, LPI masih akan jalan termasuk klub-klub di dalamnya. Meski masih kerap minim penonton, Dityo optimis LPI akan mulai mendapat tempat di hati penikmat sepak bola nasional.
“Mudah-mudahan masih akan jalan. Dan memang apapun yang terjadi LPI akan terus berjalan menjadi kompetisi profesional,” sebut Dityo kepada wartawan koran ini beberapa waktu lalu.

Soal modal mengarungi kompetisi, dijelaskan Dityo sampai saat ini belum ada masalah besar. Masing-masing klub LPI masih bernafas. “Jadi belum ada yang bangkrut. Artinya semua peserta masih bisa jalan musim depan,” lanjutnya.

Diketahui, klub-klub LPI memang dimodali oleh konsorsium LPI yang jumlahnya kabarnya  mencapai Rp20 milyar pertahun. Dari jumlah itu diharapkan tim bisa mandiri mengarungi musim berikutnya. Artinya mirip mendirikan usaha. Kalau modal itu habis sedangkan tim tidak bertahan, maka tim tersebut akan dinyatakan pailit dan akan didepak dari kompetisi. Namun bagi yang bisa laba, maka akan terus eksis. “Jadi liganya akan tetap ada dan bergulir, hanya saja mungkin bakal ada tim yang bangkrut. Tapi sejauh ini masih aman-aman saja,” sambung Dityo.
Kalaupun ada tim yang bangkrut di musim pertamanya, kabarnya konsorsium masih akan menanggung anggaran klub. Tak tanggung-tanggung, kelangsungan hidup klub LPI diprediksi bertahan tiga empat tahun ke depan dengan subsidi dari konsorsium tadi.

Sayangnya pergelaran LPI memang masih jauh dari sempurna. Tak lebih dari lima klub yang memiliki penonton setia. Itupun karena sejarah klub yang memang sudah lama ada. Sebut saja Persema, Persebaya, PSM dan Persibo yang memiliki penonton tetap. Selebihnya adalah klub baru yang sama sekali tak punya penonton. Maka itu pergelaran LPI kerap sepi penonton.

Meski masih sarat kontroversi, setidaknya LPI bisa menginspirasi klub-klub di Liga Super dan Divisi Utama yang nyaris seluruhnya masih berharap APBD, agar berusaha menjadi klub profesional. Kalau tidak bisa mandiri, maka kompetisi resmi di bawah PSSI itu lebih baik dikastakan menjadi kompetisi amatir saja.  “Kalau dari sudut pandang profesional, memang liga kita sudah menuju ke sana. Tapi penghuninya memang masih jauh dari kata profesional itu sendiri. Kami sangat berharap tim yang kami cintai, PSMS Medan bisa menuju profesional. Kami harap ada investor yang mau mendanai kelangsungan PSMS musim depan. Pengurus saat ini yang memang tidak berkontribusi diharapkan tidak lagi mengurus tim ini musim depan,” harap Nata Simangunsong Ketua Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan. (ful)

Kejelasan Liga Primer Indonesia (LPI) sempat menjadi tanda tanya besar. Sempat digadang akan berhenti di tengah jalan, namun kabar itu segera dipupus.

Menurut CEO Bintang Medan, Dityo Pramono, LPI masih akan jalan termasuk klub-klub di dalamnya. Meski masih kerap minim penonton, Dityo optimis LPI akan mulai mendapat tempat di hati penikmat sepak bola nasional.
“Mudah-mudahan masih akan jalan. Dan memang apapun yang terjadi LPI akan terus berjalan menjadi kompetisi profesional,” sebut Dityo kepada wartawan koran ini beberapa waktu lalu.

Soal modal mengarungi kompetisi, dijelaskan Dityo sampai saat ini belum ada masalah besar. Masing-masing klub LPI masih bernafas. “Jadi belum ada yang bangkrut. Artinya semua peserta masih bisa jalan musim depan,” lanjutnya.

Diketahui, klub-klub LPI memang dimodali oleh konsorsium LPI yang jumlahnya kabarnya  mencapai Rp20 milyar pertahun. Dari jumlah itu diharapkan tim bisa mandiri mengarungi musim berikutnya. Artinya mirip mendirikan usaha. Kalau modal itu habis sedangkan tim tidak bertahan, maka tim tersebut akan dinyatakan pailit dan akan didepak dari kompetisi. Namun bagi yang bisa laba, maka akan terus eksis. “Jadi liganya akan tetap ada dan bergulir, hanya saja mungkin bakal ada tim yang bangkrut. Tapi sejauh ini masih aman-aman saja,” sambung Dityo.
Kalaupun ada tim yang bangkrut di musim pertamanya, kabarnya konsorsium masih akan menanggung anggaran klub. Tak tanggung-tanggung, kelangsungan hidup klub LPI diprediksi bertahan tiga empat tahun ke depan dengan subsidi dari konsorsium tadi.

Sayangnya pergelaran LPI memang masih jauh dari sempurna. Tak lebih dari lima klub yang memiliki penonton setia. Itupun karena sejarah klub yang memang sudah lama ada. Sebut saja Persema, Persebaya, PSM dan Persibo yang memiliki penonton tetap. Selebihnya adalah klub baru yang sama sekali tak punya penonton. Maka itu pergelaran LPI kerap sepi penonton.

Meski masih sarat kontroversi, setidaknya LPI bisa menginspirasi klub-klub di Liga Super dan Divisi Utama yang nyaris seluruhnya masih berharap APBD, agar berusaha menjadi klub profesional. Kalau tidak bisa mandiri, maka kompetisi resmi di bawah PSSI itu lebih baik dikastakan menjadi kompetisi amatir saja.  “Kalau dari sudut pandang profesional, memang liga kita sudah menuju ke sana. Tapi penghuninya memang masih jauh dari kata profesional itu sendiri. Kami sangat berharap tim yang kami cintai, PSMS Medan bisa menuju profesional. Kami harap ada investor yang mau mendanai kelangsungan PSMS musim depan. Pengurus saat ini yang memang tidak berkontribusi diharapkan tidak lagi mengurus tim ini musim depan,” harap Nata Simangunsong Ketua Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan. (ful)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/