Hardiantono, Bek PSMS PT LI
Posturnya tinggi kokoh. Karakternya tenang tapi menghanyutkan striker lawan. Di lapangan, melewati hadangannya bukan perkara mudah. Begitulah gambaran bek PSMS versi PT Liga Indonesia, Hardiantono. Eks Kapten PON Sumut ini kini sedang menanti laga profesional pertamanya di kancah sepak bola tanah air.
Doni Hermawan, Medan
Tono, begitu ia akrab disapa, merupakan seorang dari cukup banyak pemain muda di skuad besutan Suimin Diharja. Musim ini, Suimin memang banyak memberdayakan pemain muda lokal. “Bintang baru akan lahir di sini,” begitu yang kerap pelatih kampung ini katakan soal kekuatan skuadnya. Dan Tono satu yang diproyeksikannya bakal bersinar.
Bukannya tanpa alasan. Meski baru beralih status dari pemain amatir, Tono menjadi satu pemain kunci Suimin untuk mengarungi Divisi Utama PT LI. Kemampuannya membaca serangan dan memenangkan duel-duel udara dari delapan rangkaian uji coba pra musim, Tono nyaris selalu diturunkan.
Gambaran kualitas Tono sebelumnya diuji lewat ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012. Memperkuat tim Sumut di bawah asuhan Rudi Saari, Tono adalah poros kekuatan di lini belakang. Tono dipercaya menjadi pemimpin Pasukan Tanah Deli dan Sumut yang membawanya ke laga puncak. Sayang, Tono dkk harus puas dengan medali perak.
Sebelum kejuaraan multi even di Riau itu, nama Tono memang asing terdengar. Putra pasangan Hasiman dan Sumarni ini lahir dari keluarga bukan sepak bola. Namun orang tuanya mendukung Tono kecil memasuki dunia sepak bola dengan mulai mengasah skill di SSB Kharisma. “Ayah saya seorang pemain voli. Tapi dia dukung saya main bola. Begitu juga Ibu. Kelas 5 SD saya masuk SSB Kharisma. Waktu itu juga ada almarhum Ir Kasmuri yang mengenalkan saya dengan sepak bola,” kata anak pertama dari empat bersaudara ini.
Dari situ Tono giat berlatih mengolah si kulit bundar. Sempat memperkuat Medan Jaya Jr dan PSKB Binjai, setamat dari STM Harapan Mekar Medan, ia merantau ke Aceh memperkuat Perkas Subuh Salam yang berlaga di Divisi III. Dua musim di sana, klub itu dibawanya promosi ke Divisi II. Di usia 20 tahun ia beranjak dari Tanah Aceh dan memperkuat Poslab yang berkiprah di Divisi II. Selanjutnya Tono memperkuat Labusel di ajang Porwil. Dari situlah bakatnya terpantau dan terpilih mengikuti Tim Pra PON Sumut.
Namun Tono bukannya langsung menempati posisi inti di tim. Ia lebih dulu menikmati hangatnya bangku cadangan. Sampai suatu ketika saat berlaga di Piala Inalum, Kapten Tim Sumut sebelumnya terkena kartu merah. “Waktu itu hanya cadangan. Setelah kartu merah itu, saya diturunkan dan waktu main kedua ditunjuk jadi kapten. Kaget juga tapi yang namanya kepercayaan harus saya terima,” kata lajang yang hobi nonton kartun ini.
Jangan heran juga jika di kesempatannya bergabung dengan klub profesional, ia menjadi seorang kandidat kapten. Ada momen menarik pada laga uji coba kontra PSDS beberapa waktu lalu. Ketika itu Affan Lubis yang memegang ban kapten di tarik keluar. Aidun Sastra, rekannya semasa memperkuat tim PON Sumut lalu berlari melekatkan ban kapten di lengan Tono. “Yang jelas saya tidak menyangka juga. Apalagi di sini kan banyak yang lebih senior. Tapi kalau memang dipercaya, saya akan jawab,” kata pengidola Steven Gerrard dan Hamka Hamzah ini.
Sabtu (9/2) nanti di Stadion Baharoeddin Siregar, jadi laga pertamanya di kompetisi profesional. Gentarkah Tono? “Hadapi saja. Main seperti biasa saja. Mudah-mudahan bisa bawa PSMS ke ISL tahun depan,” tandasnya. (*)