Menghadapi bulan Ramadan kebutuhan sehari-sehari kian bertambah. Apalagi saat lebaran Idul Fitri kian dekat. Kesibukan untuk menghias rumah, beli baju dan memasak kue lebaran menjadi tradisi. Namun bagi pemain PSMS versi PT Liga Indonesia dan PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) yang masih dalam nelangsa persoalan gaji tak tuntas, tahun ini menjadi sangat berat.
DONI HERMAWAN, Medan
Alamsyah Nasution hampir tak bisa berkata-kata saat ditanya seperti apa kondisinya dan keluarga di bulan Ramadan kali ini. “Ya gak tahulah bang. Seperti ini kondisinya. Kalau ditanya berat ya sangat berat sekali. Bahkan lebih berat dari tahun lalu,” ujar gelandang berusia 32 tahun ini saat berbincang di Lapangan Arhanud P Baterai, Titi Kuning kemarin.
Musim lalu, Alam, sapaan akrabnya juga mengalami nasib serupa. Ketika itu ia memperkuat PSMS yang masih berkiprah di Indonesian Super League (ISL) juga mengalami tunggakan gaji.
“Tapi bedanya tahun lalu beberapa hari lagi mau lebaran masih ada sedikit pembayaran dari pengurus. Setidaknya adalah uang untuk puasa dan menghadapi Idul Fitri. Tapi tahun ini parah sekali,” ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari -hari, Alam terpaksa menjual barang pribadinya. Bahkan handphone Blackberry (BB) milik anaknya terpaksa dijual. Ini barang pribadi yang kesekian kali dijual. Sebelumnya mobilnya sudah lebih dulu tak lagi berada di garasi rumah karena dijual.
“Kalau mobil ya sudah lama dijual. Sejak awal pembentukan tim PSMS tahun lalu pun. Ini sekarang terpaksa hape anak saya harus dijual. Gak ngerti juga, selama main di PSMS dua musim ini kok malah menghabiskan duit. Biasanya kan main bola untuk nyari duit. Di tim-tim sebelumnya tidak seperti itu. Ya gunung kalau lama-lama dikeruk habis juga,” keluh Alam sembari tertunduk.
Karena itu lebaran kali ini Ayah dua anak ini merasa miris. Apalagi sejatinya lebaran merupakan hari yang ceria terutama bagi anak-anak. Mendapat baju lebaran atau hadiah jika berhasil menuntaskan puasa penuh. Namun kali ini Alam tak bisa memenuhi keceriaan itu.
“Kalau sekarang ya bagaimana mau mikirin baju lebaran. Ini masih berjuang untuk biaya sehari-sehari. Apalagi saya tidak ada kerjaan sampingan. Ya berharap di bola ini saja. Tapi malah begini. Ini rencananya mau beli hape lagi buat dia karena sudah dijual. Janji saya kalau puasanya penuh. Masih cari sana sinilah,” ujar pemain yang juga sempat merumput bersama PSPS Pekan Baru dan Sriwijaya FC ini.
Kapokkah Alam membela PSMS dengan cerita duka yang enggan beranjak dari dirinya? Sejatinya ia merasa tidak kapok dengan tim. Tapi tidak dengan pengurusnya.
“Kalau ditanya klubnya ya PSMS-nya tidak salah. Dulu kok tidak seperti ini. Tapi pengurusnya ini. Kalau masih seperti ini juga ya kapok,” ujarnya.
Tak jauh berbeda, Aidun Sastra Utami, gelandang belia PSMS tak menyangka karir profesional pertamanya kelam. Ramadan tahun lalu, Aidun masih lebih nyaman berada di Bah Jambi, pemusatan latihan PON Sumut.
“Lebih berat menjalaninya tahun ini bang. Tahun lalu di Bah Jambi masih ada uang bulanan dan lancar. Tapi tahun ini gak nyangka seperti ini. Ya paling saya habiskan waktu di kampung untuk ngangon Lembu untuk habiskan waktu. Mau kemana lagi gak ada uang seperti ini,” ujar pemain asal Bangun Purba, Deliserdang ini.
Tak hanya pemain, pelatih juga dalam nelangsa yang sama. Asisten pelatih Coly Misrun mengaku masih meminjam sana sini demi bisa menyambut lebaran nanti. Itupun masih diganggu keharusan menjalani sidang komdis PSSI di Jakarta 26 Juli nanti.
“Kita semua sudah sibuk cari uang untuk persiapan lebaran. Kenapa karena gaji kami ngak ada. Jadi mau tidak mau kami harus cari uang sendiri untuk keluarga kami. Kalau ini disuruh berangkat lagi ke Jakarta siapa yang mau cari uang untuk keluarga, apalagi zaman sekarang ini serba susah. Kalau begini ceritanya siapa yang tidak sulit meninggalkan keluarga,” beber eks pemain Harimau Tapanuli ini.
Sementara itu wing bek PSMS LPIS, Rommy Agustiawan juga ikut dalam kondisi paceklik. Beberapa tradisi yang biasa rutin digelarnya ketika Ramadan kali ini belum bisa digelarnya. Tak jauh berbeda di PSMS LPIS, gaji tak bisa diharapkan selain pinjaman dan bonus.
“Kalau tahun lalu masih bisa panggil anak yatim ke rumah. Biasanya seperti itu. Ya tentu juga ngasih orang tua uang untuk lebaran. Ya kalau tahun ini belum tahu juga. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini ada titik terang,” harapnya. (bersambung)