Suhu panas mewarnai laga antara tuan rumah Arema ISL kontra PSMS Medan ISL di Stadion Kanjuruhan sore kemarin (22/1). Tidak hanya menyuguhkan banyak pelanggaran, pertandingan juga diwarnai dengan kericuhan antarpemain kedua tim.
Bahkan, keributan menjalar sampai ke luar lapangan. Pemain kedua tim saling caci di ruang ganti. Hujan kartu pun mewarnai laga itu. Tercatat ada satu kartu merah dan enam kartu kuning dikeluarkan wasit Oki Dwi Putra.
Permainan keras yang diperagakan kedua tim sudah terjadi sejak awal babak pertama. Wasit bahkan mengeluarkan empat kartu kuning pada babak pertama. Satu untuk Arema ISL dan tiga untuk PSMS ISL.
Satu pemain Arema ISL yang mendapat kartu adalah kiper Yoewanto Beny. Sementara pemain PSMS yang mendapat kartu adalah Sasa Zecevic, Luis Pena, dan Inkyun Oh.
Meski tidak ada keributan di dalam lapangan, namun keributan kecil terjadi saat kedua pemain dari kedua tim akan masuk ke dalam ruang ganti. Tidak jelas siapa yang memulai, namun beberapa pemain dari kedua tim sempat saling ejek sebelum ditenangkan ofisial kedua tim serta aparat keamanan.
Pada babak kedua, tensi pertandingan semakin memanas. Puncaknya terjadi pada menit 69, saat bek PSMS Novi Handriawan dengan sengaja menendang kaki Marcio Souza, hingga terjatuh. Novi sendiri akhirnya diganjar kartu merah.
Aksi tidak sportif yang diperagakan Novi itu menyulut emosi para pemain Arema ISL. Bahkan, kapten Arema ISL Seme Pierre Patrick mendorong Sasa Zecevic, yang mencoba memaksa Marcio yang terkapar, untuk segera berdiri.
Keributan pun terus meluas. Tidak hanya melibatkan pemain dari kedua tim, tapi juga ofisial. Akibat keributan itu, pertandingan pun sempat terhenti selama sepuluh menit dan baru dilanjutkan pada menit ke-79.
Hingga pertandingan berakhir, pertandingan berjalan relatif lancar tanpa ada keributan. Pada babak itu, selain kartu merah untuk Novi, wasit juga mengeluarkan dua kartu kuning untuk Arema ISL. Anggo Julian dikartu menit 63, sementara Dicky Firasat mendapat kartu menit 89.
Setelah peluit panjang dibunyikan, PSMS tidak segera meninggalkan lapangan untuk masuk ke ruang ganti.
Mereka tertahan sepuluh menit di dalam lapangan, karena khawatir dengan provokasi penonton serta hujan botol air mineral. Barulah, setelah aparat turun tangan, PSMS bisa segera masuk ruang ganti.
Ketika kapten PSMS Markus Horison akan memasuki ruang ganti, dia terlihat bersitegang dengan seorang aparat keamanan. “Kau mau pukul. Pukul aja,” bentak Markus.
Bahkan, ketika akan masuk ke dalam ruang ganti, dia sempat mengumpat ke arah ruang ganti Arema ISL yang memang berhadapan. “Apa itu pemain jelek semua. Mati, mati kalian di Medan,” ujar Markus yang langsung menendang pintu ruang ganti dengan keras.
Manajer PSMS ISL Benny Tamosoa mengaku sangat kecewa dengan kepemimpinan wasit Oki Dwi Putra, sehingga membuat pertandingan diwarnai kericuhan.
“Sepanjang sejarah, pertandingan kami tidak pernah rusuh. Tidak pernah ada aksi lempar. Saya sangat-sangat kecewa dengan wasit,” ujar dia dengan nada emosional.
Panasnya emosi manajer PSMS ISL coba didinginkan oleh pelatih Arema ISL Joko Susilo. “Saya mohon maaf. Saya respek pada PSMS,” ujar Joko sambil menjabat erat Beny dan pelatih PSMS ISL, Raja Isa, pada sesi konferensi pers.
Joko juga menolak disebut bahwa pemainnya sengaja memprovokasi pemain PSMS sehingga berakibat terjadinya keributan. “Saya selalu instruksikan mereka untuk bermain sportif,” tegas Joko. (muf/abm/ruk/jpnn)