JAKARTA – Skuad PSMS dan ofisial yang masih punya hak berupa sisa pembayan gaji boleh bernafas lega. PT Liga Indonesia selaku pengelola Indonesian Super League (ISL) telah setuju menanggung beban keuangan PSMS dan lima klub lainnya.
Pengelola ISL dan Divisi Utama tersebut akan mengambil alih kewajiban enam klub yang bermasalah terkait keuangan pada musim lalu.
CEO PT LI Joko Driyono menjelaskan bahwa pada musim lalu ada enam klub yang bermasalah dengan pembayaran kontrak pemain.
Mereka adalah Persidafon Dafonsoro, PSPS Pekanbaru, PSMS Medan, Deltras Sidoarjo, dan PSAP Sigli. Mereka tak mampu melunasi tunggakan pembayarak kontrak terhadap pemain-pemainya sampai beberapa bulan.
“Isu pertama yang dibahas dalam manajer meeting adalah masalah pemain. Terkait banyaknya tunggakan klub ke pemain, bebannya akan ditangai oleh Liga,” tuturnya usai rapat di Jakarta, Jumat (28/9) malam lalu.
Kendati diambil laih pembayarannya oleh Liga, bukan berarti beban pembayaran itu malah menjadi beban PT LI. Menurut Joko, hak-hak pemain tersebut akan disinkronkan dengan hak-hak yang seharusnya diterima oleh klub dari PT LI.
Hak itu antara lain uang subsidi dan kontribusi komersial yang seharusnya didapatkan oleh klub dari PT LI tapi sampai saat ini belum diberikan ke klub-klub.
Dengan begitu, klub tak perlu berpikir soal tunggakan kepada pemain, sebaliknya, PT LI yang akan bergerak sehingga peruntukan hak klub tersebut bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi pemain.
Langkah itu diambil oleh PT LI agar tidak ada langkah ekstrem dari klub yang kemudian tak membayarkan kewajiban terhadap pemain. Dengan kata lain, agar tidak ada yang dikorbankan dalam masalah ini.
“Klub-klub yg bermasalah itu akan segera direview kewajiban apa saja yang sudah dibayarkan dan apa saja yang belum,” lanjut Joko.
Langkah PT LI ini pun menjadi pembeda dari apa yang sebelumnya dilakukan oleh kompetitornya, konsorsium dari PT LPIS . konsorsium klub Indonesia Premier League (IPL) tersebut melakukan langkah terminasi, dengan hanya memberikan jatah gaji sekitar tiga bulan dari sekitar lima sampai enam bulan kontrak tersisa. Alasannya, dana konsorsium sedang minim.
Selain masalah keuangan enam klub, PT LI juga mengeluarkan keputusan terkait kontrak pemain. Jika pada musin sebelum-sebelumnya klub diharuskan membayarkan uang muka (DP) 25 persen untuk pemain yang dikontrak, maka kali ini tidak.
“Mekanisme pemberian 25 persen di depan ditiadakan. Agar klub tidak terbeban di awal,” ujar Lelaki asal Ngawi tersebut.
Dengan ditiadakannya aturan ini, diharapkan klub bisa lebih leluasa mengatur keuangannya di awal persiapan.
Bisa jadi, ini untuk menjembatani klub-klub yang biasanya baru mampu mendapatkan suntikan dana besar di tengah kompetisi berjalan. (aam/jpnn)