27 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Sepakbola Butuh Media dan Pemerintah

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PSSI mengapresiasi kiat media massa Indonesia, terutama media-media yang menyediakan space buat mewartakan sepakbola nasional. Sebab, kendati sepakbola nasional masih miskin prestasi, namun media massa tak pernah berhenti memberitakan.

Apresiasi PSSI itu diungkap Sekjend PSSI Joko Driyono dalam workshop sepakbola nasional dan media di Stadion Utama Gelora Bung Karno, kemarin. Menurut pria berkaca mata itu, tanpa media sepakbola di Indonesia tak akan digandrungi seperti sekarang ini.

“Media menjadi bagian penting dalam sepakbola. Masyarakat luas tidak akan mengenal dan menggemari sepakbola. Tapi, sayang dan harus diakui jika sepakbola Indonesia belum dapat memberikan prestasi,” ujar Joko Driyono.

Selama ini, PSSI mengandalkan media untuk mencari solusi agar sepakbola Indonesia bisa membukan prestasi membanggakan di kanca internasional. Melalui berita-berita yang cerdas membangun dijadikan PSSI sebagai refrensi untuk selalu membenahi sepakbola.

“Berita-berita di media massa, ibarat menu makanan yang wajib kita santap. Tidak hanya berita yang manis, berita yang pahit pun tetap kami konsumsi karena kami tahu itu akan jadi nutrisi buat PSSI,” tutur Jokdri-panggilan Joko Driyono.

Mantan wartawan sepakbola, Mafudin Nigara yang juga sebagai pembicara dalam workshop mengungkapkan, jika sepakbola Indonesia belum pernah menorehkan prestasi di kancah internasional. Bukti kongkretnya, timnas Indonesia belum pernah mencicipi atmosfir berlaga di ajang Piala Dunia.

“Memang pernah tahun 1979, Timnas kita masuk putaran final Piala Dunia di Tokyo. Tapi itu timnas junior (U-20). Dan lolosnya Timnas waktu itu karena insiden,” ungkap Nigara.

Nigara juga heran kenapa sepakbola nasional tak kunjung membaik prestasinya. Padahal, kala dia aktif meliput sepakbola, tak henti-hentinya mengkritik PSSI.

“Sebagai wartawan harus kritis. Misalnya, soal rekuitmen pemain timnas, harus ditanyakan kenapa pemain itu yang dipanggil, kenapa tidak pemain ini,” tandasnya.

Sementara itu, Sekretaris Badan Tim Nasional (BTN) Sefdin Syaifudin juga hadir sebagai pembicara menuturkan, PSSI saat ini berusaha sekuat tenaga mendongkrak prestasi sepakbola nasional. Miliaran rupiah telah digelontorkan PSSI untuk membangun timnas yang kuat.

Tapi, lanjut Sefdin, bukan perkara gampang membangun Timnas yang kuat tanpa dukungan pemerintah. Pasalnya, negara-negara yang saat ini timnas sepak bola-nya kuat, tak lepas dari dukungan pemerintahnya.

“Pemerintah Rusia telah menggelontorkan dana triliunan buat timnas sepakbola. Pun demikian dengan pemerintah Turki,” kata Sefdin.

Menurut Sefdin, pemerintah Indonesia belum sepenuhnya mendukung kemajuan sepakbola di negaranya. Perhatian Menpora terhadap sepakbola saat ini belum bisa dibilang itu dukungan pemerintah.

“Tidak bisa Menpora dibilang representasi pemerintah. Yang dibutuhkan sepakbola kita saat ini, perhatian pucuk pimpinan pemerintah,” pungkas Sefdin. (sis/agn)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PSSI mengapresiasi kiat media massa Indonesia, terutama media-media yang menyediakan space buat mewartakan sepakbola nasional. Sebab, kendati sepakbola nasional masih miskin prestasi, namun media massa tak pernah berhenti memberitakan.

Apresiasi PSSI itu diungkap Sekjend PSSI Joko Driyono dalam workshop sepakbola nasional dan media di Stadion Utama Gelora Bung Karno, kemarin. Menurut pria berkaca mata itu, tanpa media sepakbola di Indonesia tak akan digandrungi seperti sekarang ini.

“Media menjadi bagian penting dalam sepakbola. Masyarakat luas tidak akan mengenal dan menggemari sepakbola. Tapi, sayang dan harus diakui jika sepakbola Indonesia belum dapat memberikan prestasi,” ujar Joko Driyono.

Selama ini, PSSI mengandalkan media untuk mencari solusi agar sepakbola Indonesia bisa membukan prestasi membanggakan di kanca internasional. Melalui berita-berita yang cerdas membangun dijadikan PSSI sebagai refrensi untuk selalu membenahi sepakbola.

“Berita-berita di media massa, ibarat menu makanan yang wajib kita santap. Tidak hanya berita yang manis, berita yang pahit pun tetap kami konsumsi karena kami tahu itu akan jadi nutrisi buat PSSI,” tutur Jokdri-panggilan Joko Driyono.

Mantan wartawan sepakbola, Mafudin Nigara yang juga sebagai pembicara dalam workshop mengungkapkan, jika sepakbola Indonesia belum pernah menorehkan prestasi di kancah internasional. Bukti kongkretnya, timnas Indonesia belum pernah mencicipi atmosfir berlaga di ajang Piala Dunia.

“Memang pernah tahun 1979, Timnas kita masuk putaran final Piala Dunia di Tokyo. Tapi itu timnas junior (U-20). Dan lolosnya Timnas waktu itu karena insiden,” ungkap Nigara.

Nigara juga heran kenapa sepakbola nasional tak kunjung membaik prestasinya. Padahal, kala dia aktif meliput sepakbola, tak henti-hentinya mengkritik PSSI.

“Sebagai wartawan harus kritis. Misalnya, soal rekuitmen pemain timnas, harus ditanyakan kenapa pemain itu yang dipanggil, kenapa tidak pemain ini,” tandasnya.

Sementara itu, Sekretaris Badan Tim Nasional (BTN) Sefdin Syaifudin juga hadir sebagai pembicara menuturkan, PSSI saat ini berusaha sekuat tenaga mendongkrak prestasi sepakbola nasional. Miliaran rupiah telah digelontorkan PSSI untuk membangun timnas yang kuat.

Tapi, lanjut Sefdin, bukan perkara gampang membangun Timnas yang kuat tanpa dukungan pemerintah. Pasalnya, negara-negara yang saat ini timnas sepak bola-nya kuat, tak lepas dari dukungan pemerintahnya.

“Pemerintah Rusia telah menggelontorkan dana triliunan buat timnas sepakbola. Pun demikian dengan pemerintah Turki,” kata Sefdin.

Menurut Sefdin, pemerintah Indonesia belum sepenuhnya mendukung kemajuan sepakbola di negaranya. Perhatian Menpora terhadap sepakbola saat ini belum bisa dibilang itu dukungan pemerintah.

“Tidak bisa Menpora dibilang representasi pemerintah. Yang dibutuhkan sepakbola kita saat ini, perhatian pucuk pimpinan pemerintah,” pungkas Sefdin. (sis/agn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/