28.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Lama Diduduki Polandia, Serasa Bukan Eropa Timur

Merasakan Hangatnya Kota Lviv, Kota Paling ‘Eropa’ di Ukraina

Dari semua kota besar di Ukraina, Lviv merupakan kota favorit para suporter Euro 2012. Selain memang kota wisata, warga Lviv terkenal sangat terbuka dan hangat. Denyut kota juga lebih cair. Tidak terlalu ‘tegang’ seperti kota lain di Ukraina atau
bahkan Eropa Timur.

Keramahan warga Lviv sudah terasa sejak tiba di stasiun kereta. Hampir setiap orang yang ditemui selalu senang membantu orang asing yang kebingungan. Tarif taksi dan angkutan publik sangat murah. Warga juga lebih terbiasa menggunakan tram, bus listrik, dan kereta. Itu membuat kota bebas macet.

Lviv sejatinya merupakan kota dengan identitas budaya yang sangat unik. Secara geografis, dia sejatinya masuk dalam wilayah Ukraina. Namun, kebiasaan masyarakatnya sudah seperti masyarakat Eropa kebanyakan. Mereka sangat terbuka dan berbisnis dengan cara yang sangat profesional. Sangat jarang ditemui pedagang Lviv yang menipu turis dengan menaikkan harga gila-gilaan. Mereka sadar jika memperlakukan turis dengan buruk, wisatawan akan kapok.

Kondisi itu sangat berbeda dengan Kiev, misalnya. Ibu kota Ukraina itu menunjukkan kekhasan Eropa Timur. Masyarakatnya cenderung kaku dan keras. Kadang-kadang juga terjadi modus-modus penipuan bahkan di pusat kota. “Kota Lviv adalah kota budaya. Anda tidak akan merasakan suasana yang sama di kota lain di Ukraina,” kata Ustya Borovych, salah seorang sukarelawan, kepada Jawa Pos (Grup Sumut Pos).

Karena itulah, banyak orang menyebut Lviv seperti bukan Ukraina. Apalagi bagi masyarakat Polandia. Mereka menganggap Lviv berkembang sebagai kota budaya karena kontribusi mereka. Selama lebih dari seratus tahun, Lviv merupakan bagian dari wilayah Polandia. Sampai sekarang warga Polandia masih menyebut Lviv dengan Lwow, nama pemberian Polandia buat kota cantik itu.

Di Lviv terdapat satu kawasan kota tua alias Stare Misto (hampir sama dengan penyebutan kota tua dalam bahasa Polandia, Stare Miasto). Banyak even-even budaya digelar di kota tempat klub Carpathian FC itu.

Warga Kota Lviv terbiasa dengan wisatawan. Mereka sangat welcome terhadap orang-orang asing. Mereka juga sudah biasa dengan turis-turis yang begadang hingga larut malam dan mabuk-mabukan. Meskipun begitu, Lviv bukan kota 24 jam. Sebagian besar kafe dan pertokoan sudah tutup pada pukul 22.00 waktu setempat. Kafe yang paling larut malam sekalipun cuma buka hingga pukul 02.00 dini hari.

Semua kegiatan tourisme dipusatkan di Stare Misto. Terutama di gedung tua berusia ratusan tahun Ploscha Rynok. Untuk berkeliling kota tua, pemerintah setempat menyediakan tram dan “kereta kelinci”. Tram juga menjadi penghubung kota tua dengan destinasi lainnya seperti museum dan Lychakivske Cemetery yang konon terdapat kuburan tentara Nazi. (aga/jpnn)

Merasakan Hangatnya Kota Lviv, Kota Paling ‘Eropa’ di Ukraina

Dari semua kota besar di Ukraina, Lviv merupakan kota favorit para suporter Euro 2012. Selain memang kota wisata, warga Lviv terkenal sangat terbuka dan hangat. Denyut kota juga lebih cair. Tidak terlalu ‘tegang’ seperti kota lain di Ukraina atau
bahkan Eropa Timur.

Keramahan warga Lviv sudah terasa sejak tiba di stasiun kereta. Hampir setiap orang yang ditemui selalu senang membantu orang asing yang kebingungan. Tarif taksi dan angkutan publik sangat murah. Warga juga lebih terbiasa menggunakan tram, bus listrik, dan kereta. Itu membuat kota bebas macet.

Lviv sejatinya merupakan kota dengan identitas budaya yang sangat unik. Secara geografis, dia sejatinya masuk dalam wilayah Ukraina. Namun, kebiasaan masyarakatnya sudah seperti masyarakat Eropa kebanyakan. Mereka sangat terbuka dan berbisnis dengan cara yang sangat profesional. Sangat jarang ditemui pedagang Lviv yang menipu turis dengan menaikkan harga gila-gilaan. Mereka sadar jika memperlakukan turis dengan buruk, wisatawan akan kapok.

Kondisi itu sangat berbeda dengan Kiev, misalnya. Ibu kota Ukraina itu menunjukkan kekhasan Eropa Timur. Masyarakatnya cenderung kaku dan keras. Kadang-kadang juga terjadi modus-modus penipuan bahkan di pusat kota. “Kota Lviv adalah kota budaya. Anda tidak akan merasakan suasana yang sama di kota lain di Ukraina,” kata Ustya Borovych, salah seorang sukarelawan, kepada Jawa Pos (Grup Sumut Pos).

Karena itulah, banyak orang menyebut Lviv seperti bukan Ukraina. Apalagi bagi masyarakat Polandia. Mereka menganggap Lviv berkembang sebagai kota budaya karena kontribusi mereka. Selama lebih dari seratus tahun, Lviv merupakan bagian dari wilayah Polandia. Sampai sekarang warga Polandia masih menyebut Lviv dengan Lwow, nama pemberian Polandia buat kota cantik itu.

Di Lviv terdapat satu kawasan kota tua alias Stare Misto (hampir sama dengan penyebutan kota tua dalam bahasa Polandia, Stare Miasto). Banyak even-even budaya digelar di kota tempat klub Carpathian FC itu.

Warga Kota Lviv terbiasa dengan wisatawan. Mereka sangat welcome terhadap orang-orang asing. Mereka juga sudah biasa dengan turis-turis yang begadang hingga larut malam dan mabuk-mabukan. Meskipun begitu, Lviv bukan kota 24 jam. Sebagian besar kafe dan pertokoan sudah tutup pada pukul 22.00 waktu setempat. Kafe yang paling larut malam sekalipun cuma buka hingga pukul 02.00 dini hari.

Semua kegiatan tourisme dipusatkan di Stare Misto. Terutama di gedung tua berusia ratusan tahun Ploscha Rynok. Untuk berkeliling kota tua, pemerintah setempat menyediakan tram dan “kereta kelinci”. Tram juga menjadi penghubung kota tua dengan destinasi lainnya seperti museum dan Lychakivske Cemetery yang konon terdapat kuburan tentara Nazi. (aga/jpnn)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

Terpopuler

Artikel Terbaru

/