AMSTERDAM-Sven Goran Eriksson berpendapat, laga final Liga Europa yang bakal dihelat di Amsterdam Arena, Kamis (16/5) dini hari WIB, Chelsea lebih diunggulkan karena memiliki banyak pemain bintang. Tapi menurutnya juga, Benfica tak bisa dianggap remeh dengan kualitas pemain yang memiliki teknik individu cukup baik.
Eriksson bisa jadi cukup paham kondisi Benfiquistas, karena ia pernah melatih di sana pada periode 1982-1984 dan 1989-1992. “Tentu saja, Chelsea adalah favorit dengan skuad berimbang yang mereka punya dan juga dengan pemain mahalnya. Tapi dalam pandangan saya, pemain Benfica punya teknik yang lebih baik. Teknik pemain Benfica sangat baik. Mereka mengendalikan bola dengan baik dan memainkan pertunjukan yang bagus,” tuturnya seperti diberitakan Reuters.
Benfica, yang telah menjuarai Liga Champions pada 1961 dan 1962 silam, punya pemain-pemain dengan skill individu sangat baik, yang dianggap akan jadi satu senjata untuk mengandaskan Chelsea.
Di lini tengah mereka memiliki Nicolas Gaitan dan Nemanja Matic. Gaitan bisa dipasang sebagai playmaker atau winger dan menjadi satu pilar Benfica setelah diboyong dari Boca Juniors pada 2010 lalu. Pun begitu dengan Matic yang datang sebagai bagian dari kesepakatan dengan Chelsea untuk penjualan David Luiz di 2011.
Untuk urusan menjebol gawang lawan, Benfica punya pencetak gol tajam, Oscar Cardozo, Lima, dan Rodrigo. Ketiganya total melesakkan 71 dari 118 gol Benfica di seluruh kompetisi musim ini. “Final kompetisi Eropa selalu unik. Sesaat setelah mereka memulai pertandingan, kekalahan atas Porto akhir pekan lalu, akan hilang dari ingatan mereka,” jelas Eriksson merujuk pada kekalahan 1-2 Benfica di Liga Portugal akhir pekan lalu.
Dengan dua trofi Liga (Piala) Champions yang dimiliki, Benfica juga merupakan satu klub sukses Eropa. Setelah lama tak berprestasi, final Liga Europa menghadapi Chelsea akan bisa membangkitkan lagi kejayaan The Eagles.
Benfica menjuarai Liga (Piala) Champions saat kompetisi tersebut masih berusia sangat muda. Mereka dua kali beruntun memenanginya yakni di musim 1960/1961 dan 1961/1962. Sukses Benfica saat itu menyudahi dominasi Real Madrid yang selalu jadi kampiun di lima edisi awal kompetisi.
Setelah periode tersebut, Benfica berulang kali lolos ke final kompetisi-kompetisi Eropa, termasuk di musim 1962/1963. Saat itu mereka punya peluang mencatatkan hat-trick juara Piala Champions, namun kemudian kalah dari AC Milan dengan skor 1-2.
Beberapa final lain yang sempat ditembus Benfica adalah Piala Champions 1964/1965 (kalah 0-1 atas Inter Milan), Piala Champions 1967/1968 (kalah 1-4 dari Manchester United), Piala UEFA 1983 (kalah dari Anderlecht), Piala Champions 1987/1988 (kalah dari PSV Eindhoven), dan yang terakhir di Piala Champions 1989/1990 (kembali kalah dari Milan).
Setelah enam kali beruntun kalah di final kompetisi Eropa, Benfica di musim ini punya kesempatan untuk memupus catatan buruk tersebut. Pelatih Jorge Jesus pun menegaskan ambisinya untuk menjadikan Benfica sebagai klub elit Eropa lagi. “Saya tahu Benfica punya momen-momen hebat dalam sejarah olahraga yang terjadi di 1960-an. Saya lahir di tahun 1954, tapi saya tahu sejarah klub ini karena saya membacanya dan itu digambarkan melalui foto-foto di pusat latihan,” ujar Jorge Jesus di situs resmi UEFA.
“Memenangi Liga Europa akan menjadi momen yang sangat penting buat sejarah klub dan juga untuk pemain serta staf. Masuk ke final adalah capaian hebat tapi meraih kemenangan akan menjadi lebih luar biasa lagi,” tandas pelatih 58 tahun itu. (bbs/jpnn)