FABIO Capello sepertinya selalu diributkan dalam memilih kapten timnas asuhannya. Ketika menangani Inggris, Capello silih berganti menunjuk kapten Three Lions -sebutan Inggris- meski akhirnya klik dengan John Terry. Tapi, Capello membayar mahal pilihannya karena Terry kerap bermasalah, bahkan memicu pengunduran dirinya pada Februari lalu.
Nah, di Rusia, Capello menghadapi problem serupa. Di awal menangani Rusia, Don Fabio -sapaan akrab Capello- masih mempertahankan Andrey Arshavin sebagai kapten tim. Keputusan itu langsung menuai protes karena Arshavin tengah menjadi public enemy di Rusia.
Penyebabnya, Arshavin terlibat keributan dengan fans yang mempertanyakan kegagalan Rusia di Euro 2012 (kandas di fase grup). Bukannya memberikan jawaban yang melegakan, striker Arsenal tersebut malah berkata : “Itu bukan urusan saya”.
Entah karena memenuhi tuntutan publik atau gara-gara Arshavin absen karena cedera, Capello lantas menunjuk gelandang bertahan Igor Denisov sebagai kapten baru Rusia di kualifikasi Piala Dunia 2014. Keputusan ini kembali mengundang pro kontra. Itu tak lepas reputasi Denisov sebagai tukang onar.
Pemain 28 tahun asal Zenit St. Petersburg itu pernah menolak panggilan tampil di Euro 2008 karena merasa hanya sebagai back up pemain cedera. Sedangkan di level klub, Denisov tidak hanya terlibat keributan dengan pemain dan pelatih lawan. Dua tahun lalu, dia hampir berkelahi dengan pelatih Zenit kala itu, Vladislav Radimov. Belum lagi ulahnya di luar lapangan.
Yang terbaru, tiga pekan lalu (22/9), Denisov dihukum Zenit dengan turun bersama tim junior sampai periode yang tidak ditentukan. Hukuman itu karena protes Denisov terhadap kontrak plus gaji mahal yang diterima dua rekrutan baru Zenit, yakni striker Brasil Hulk dan gelandang Belgia Axel Witsel.
Attitude-nya itulah yang mungkin menjadi alasan Denisov tidak pernah dipertimbangkan sebagai kapten Zenit. Terlepas dia loyal kepada Zenit atau hanya membela klub jawara Piala UEFA 2008 itu sepanjang karirnya (sejak 2002). Anehnya, Capello justru memilihnya sebagai leader di timnas.
Kasusnya di Zenit pun tidak mengubah pendirian Capello kembali memercayai Denisov sebagai kapten Rusia kontra Portugal. “Dia (Denisov) mungkin tidak memiliki caps sebanyak lainnya (33 caps). Tapi, kualitas kepemimpinannya di lapangan tidak ada yang meragukan,” kata Capello kepada Sports Express.
Di sisi lain, kemenangan Rusia atas Portugal lalu menuai pujian dari media-media Rusia. “Russian Catenaccio!”. Demikian judul utama koran olahraga terbesar Rusia, Sport-Express. Sedangkan harian olahraga lainnya, Sovietsky Sport, menyebut kemenangan kemarin sebagai balas dendam kekalahan 1-7 di Lisbon dalam kualifikasi Piala Dunia 2006.
Tim Rusia saat ini juga mulai dibanding-bandingkankan dengan Rusia di kualifikasi Piala Dunia 1994 (juga menang di tiga laga awal). “Hari ini (kemarin, Red), saya melihat tim Rusia yang saya inginkan. Bermain dengan gairah tinggi dan dedikasi tinggi. Semua pemain memberikan 100 persen,” kata Capello kepada AFP.
“Ini juga bukan pertandingan yang mudah bagi kami. Portugal merupakan tim yang sangat kuat, memiliki pemain dengan skill hebat, dan memaksa kami senantiasa harus mempertahankan skor,” sambung mantan pelatih Inggris, AC Milan, Juventus, dan Real Madrid, itu. Alexander Kerzhakov menjadi pahlawan kemenangan Rusia lewat golnya pada menit keenam. Itu merupakan gol ketiga striker Zenit St. Petersburg tersebut dalam tiga kali penampilannya di kualifikasi. (dns/bas/jpnn)
Jadi Kapten Adalah Impian
BAGI seorang pesepakbola, dipilih menjadi kapten timnas tentu jadi kebanggaan besar. Itu pula yang dialami Wayne Rooney. Striker Manchester United itu ditunjuk jadi kapten saat timnas Inggris melawan San Marino akhir pekan lalu.
Debut Rooney sebagai kapten Inggris pun terhitung spektakuler. Dia sukses mencetak dua gol ke gawang San Marino dalam gelaran kualifikasi Piala Dunia 2014. Pada pertandingan yang dihelat di stadion Wembley Jumat (12/10) lalu itu, anak-anak asuh Roy Hodgson itu menang telak 5-0.
Sebelumnya jabatan kapten Inggris dipercayakan untuk Steven Gerrard. Tetapi, karena gelandang Liverpool tersebut tengah menjalani hukuman, sementara wakil kapten, Frank Lampard, juga mesti absen lantaran cedera, Rooney akhirnya terpilih menjadi kapten The Three Lions.
Hal tersebut jelas menjadi kehormatan tersendiri buat Rooney. Terlebih ia melakoni debutnya dengan catatan apik. Dua gol ke gawang San Marino itu menempatkannya menjadi topskorer kelima Inggris sepanjang masa dengan torehan 31 gol.
“Tentu saja, aku pernah bermimpi untuk menjadi kapten Inggris suatu hari nanti,” ujarnya kepada The Mirror.
“Sebagai pemain muda, mimpi Anda adalah bermain untuk Inggris, dan ketika Anda sudah bermain untuk pertama kalinya, tujuan berikutnya adalah menjadi kapten untuk negara Anda. Saya telah melakukannya sekarang,” pungkasnya. (bbs/jpnn)