MANCHESTER City memang disokong finansial melimpah sejak diakusisi pengusaha Uni Emirat Arab Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan tiga tahun lalu. Tapi, sejak era Sheikh Mansour pula, keuangan City selalu defisit di setiap musim. City bahkan berpeluang mencatat rekor tekor untuk musim lalu.
City belum merilis laporan keuangan musim 2010-2011. Namun, klub berjuluk The Citizens itu diprediksi bakal menangguk kerugian lebih besar dibandingkan musim sebelumnya (2009-2010) yang defisit 121 juta pounds (sekitar Rp1,7 triliun).
Keuangan City kontras dengan rival sekota mereka, Manchester United, yang di meraup rekor laba di musim lalu. Keuntungan United mencapai 331,3 juta pounds (Rp 4,67 triliun) untuk income dan 110,9 juta pound (Rp1,56 triliun) untuk biaya operasional.
Dengan keuntungan itu, utang United praktis berkurang separo pada tahun ini. Dari lebih 600 juta pounds (sekitar Rp8, 45 triliun) tiga tahun lalu menjadi di kisaran 300 juta pounds (sekitar Rp 4,2 triliun). United memang improve dalam menggali dana, salah satunya dengan mengomersialkan kostum latihan.
Hanya, terlepas tekor, City tetap tidak mengerem pengeluaran mereka. Itu setelah City berencana merehab kandang mereka, Stadion Etihad. “Klub besar Eropa sudah semestinya memiliki stadion yang besar pula,” kata Khaldoon Al Mubarak kepada Manchester Evening News.
Ya, City berencana memperluas kapasitas Etihad. Stadion yang diresmikan pada 25 Juli 2002 itu sebenarnya sudah berkapasitas besar, yakni sekitar 47 ribu penonton. Namun, City ingin menyaingi Old Trafford yang notabene kandang rival sekota mereka, Manchester United, yang bisa memuat penonton lebih dari 75 ribu.
“Rehab stadion memang ada dalam agenda klub, tapi prioritas tahun ini adalah pembangunan proyek kampus olahraga yang didalamnya terdapat akademi klub kami,” kata Brian Marwood, direktur operasional sepak bola City, kepada The Guardian. (dns/jpnn)