Belawan dan Kampung Nelayan Indah Terus Dilanda Rob
Air mengalir sampai jauh, kata Gesang dalam lagunya Bengawan Solo. Ya, lirik itu menggambarkan bagaimana air mengalir dari hulu ke hilir atau dari gunung ke laut. Menariknya, penggambaran Gesang ini malah mulai tak sesuai dengan Kota Medan. Kenapa?
Menurut ilmu alam, air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Sederhananya, ketika mata air berada di gunung, maka dia akan berakhir di laut. Maka, lirik dalam lagu Gesang itu pun sangat tepat. Sayangnya, logika semcam itu semakin kabur. Di Medan, persis dengan Jakarta, air laut yang sejatinya berada di tempat rendah malah masuk ke daratan dan mengarah ke gunung.
Ini terbukti ketika air pasang perdani atau rob selalu datang di kawasan pesisir Belawan dan juga Kampung Nelayan Indah. Ratusan rumah terendam oleh banjir rob tersebut, pada Rabu (15/6). Tak pelak kondisi ini menimbulkan keresahan sebagian besar warga yang berdomisili di sana. Apalagi masalah tersebut hingga kini tidak kunjung teratasi oleh Pemerintah Kota Medan.
Pantauan Sumut Pos, air pasang sudah menerobos masuk ke hingga ke jalan bahkan masuk ke dalam rumah warga sekitar. Kondisi terparah yang terkena air pasang adalah di kawasan Pajak Baru Belawan, Jalan Serma Hanafiah Belawan dan juga Kampung Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan. Sejauh ini belum ada warga yang mengungsi. Warga sekitar yang mau keluar rumah harus membuka sepatu ataupun mengendarai becak agar terhindar dari air pasang. Hal ini kontras dengan anank-anak. Mereka malah memanfaatkan air pasang tersebut sebagai arena bermain.
Ali (37), seorang warga, mengatakan bahwa banjir pasang kali ini tergolong besar. Di kawasan Pajak Baru Belawan ketinggian air mencapai selutut orang dewasa sehingga sangat sulit untuk dilalui kenderaan bermotor. “Sehabis pasang biasanya rendaman air asin meninggalkan sejumlah sampah yang bisa menganggu kesehatan warga disini,” ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa pasang perdani kemarin dalam sehari terjadi dua kali. Pertama pada siang hari dan yang kedua terjadi pada malam hari. “Air laut mulai memasuki pemukiman kami menjelang siang dan setiap harinya berbeda jamnya di mana jaraknya sekitar setengah jam,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa dalam sebulan terakhir ini gelombang air pasang telah terjadi dua kali. Bahkan hampir setiap pekan pemukiman mereka terendam. Padahal sebelumnya pasang Rob ini hanya dirasakan warga dalam setahun dua kali yakni antara Juni dan Oktober. “Sudah empat hari belakangan ini ratusan rumah warga di Kelurahan Belawan Bahari terendam air pasang perdani,”tambahnya.
Hal senada juga dikatakan oleh, Rubiah (34) warga Kampung Nelayan Indah yang terkena dampak dari air pasang rob ini. Dia mengatakan bahwa masyarakat di Medan Utara khususnya di Kampung Nelayan Indah sudah resah dengan banjir air pasang yang selalu datang membanjiri rumah mereka. “Setiap banjir air pasang kami merasa takut karena kami harus mengungukian barang-barang kami ke tempat yang lebih aman,”ujarnya.
Lebih lanjut dia menambahkan bahwa tanggul penahan air pasang pun sudah tidak kuat lagi menahan air pasang yang datang. Apabila air pasang rob besar tanggul tersebut biasanya akan jebol, “Meskipun ada tanggul penahan namun setiap rob besar, air tersebut melewati tanggul tersebut hingga merendam rumah-rumah warga,” tambahnya.
Dirinya kecewa dengan sikap Pemerintah Kota Medan yang belum mengambil sikap atas permasalahan ini. Sebelumnya, memang sudah ada perbaikan tanggul,namun karena pengerjaannya hanya dengan cara manual dengan menimbun dengan tanah tanggul yang jebol tersebut, akhirnya apabila air pasang besar datang tanggul tersebut tetap jebol karena kontruksinya tidak kuat untuk menahan kencangnya air pasang,” tandasnya. (mag-11)
Tanggul Amburadul
Pembangunan tanggul penyanggah air di Kelurahan Kampung Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan hingga saat ini masih amburadul. Tanggul penyanggah air sepanjang 3 kilometer masih ditimbun oleh warga sekitar dengan tanah timbunan.
Tak pelak, hal ini memunculkan wacana tentang ketidakseriusan Pemerintah Kota Medan untuk melakukan perbaikan tanggul tersebut. Salah seorang warga Kelurahan Kampung Nelayan Indah Dedek (39) mengungkapkan kekecewaannya terhadap pengerjaan tanggul penyanggah air yang sampai saat ini belum juga selesai. Apalagi kalau air pasang laut naik, pasti air melewati tanggul yang merendam pemukiman rumah warga.
“Kalau air pasang laut naik pasti tanggul ini jebol. Memang pengerjaan tanggul ini sedang dikerjakan tapi tidak secara keseluruhan. Bila air pasang laut naik saja baru dikerjakan. Itu pun pihak pimpinan proyek menyuruh saya dan warga lainnya untuk menimbun dengan diberi upah Rp50.000/harinya,” ujarnya.
Warga berharap pengerjaan pembangunan tanggul ini dapat dibangun secara permanen sehingga tidak ada bagian bawah tanggul yang bocor serta tidak ada lagi kekhawatiran rumah warga akan kembali terendam banjir air pasang laut.
Sementara itu Lurah Kampung Nelayan Indah Medan Labuhan, Aji Torop mengaku bahwasannya tanggul yang berada di kawasan kampung Nelayan Indah sudah diperbaiki semuanya. Sampai saat ini belum ada tanggul yang jebol. Aji Torup pun mengungkapkan, untuk mempermanenkan tanggul itu bukanlah hal yang gampang.
“Memang tanggul tersebut dikerjakan secara manual dengan menggunakan tanah timbunan saja. Untuk dipermanenkan sulit karena untuk mencari tanah timbunan untuk menimbun benteng sepanjang kurang lebih 3 kilometer bukan pekerjaan gampang,” ujarnya. (mag-11)