27 C
Medan
Monday, July 1, 2024

ALS Terkesan Menghindar

Santunan Rp25 Juta untuk Setiap Korban Tewas di Aek Latong

Duka masih menyelimuti belasan keluarga korban tragedi bus ALS di kawasan Aek Latong, Sipirok, Tapanuli Selatan. Di saat bersamaan, pihak PT Jasaraharja Sumut segera menyerahkan santunan untuk korban tewas tersebut. Sementara, sang supir ALS malah belum diketahui rimbanya.

Menyadari situasi yang tak menyenangkan tersebut, pihak PT ALS berusaha memberikan pernyataan. Humas ALS, Alwi Matondang di ruang kerjanya, Jalan SMRaja, Medan, meminta agar kedua supir bus naas tersebut untuk menyerahkan diri.

“Sampai saat ini saya belum tahu di mana keberadaan kedua supirnya. Supir I, Unggul Syahputra Lubis (28), warga Jalan Sudirman, Kelurahan Lubuk Pakam Pekan dan Supir II, Rahmat Hidayat (29), warga Jalan Karya Gang Masjid, Kelurahan Karang Berombak, Medan,” katanya kepada Sumut Pos, Senin (27/6).

Sayangnya, Matondang tidak memberikan penjelasan lebih. Ketika didesak soal nasib keluarga yang ditinggalkan, dirinya malah terkesan menghindar. Termasuk ketika dicecar pertanyaan soal usia kedua supir yang cenderung masih muda tersebut. “Kan sudah saya bilang nanti saja karena saya mau makan dan salat. Masih ada urusan saya,” ketusnya.

Seorang calon penumpang, Iwei Jambak (34), yang berada di loket (pull) ALS turut menyayangkan tragedi tersebut. Menurut warga Aceh ini, larinya dua supir tersebut sangat tidak bisa diterima. “Seharusnya pihak ALS mencari supir yang berpengalaman dan sedikitnya berusia 30 tahun ke atas karena lebih berhati-hati dalam membawa bus,” katanya.

Hal senada juga diucapkan Iyut (56), warga Pulo Brayan Bengkel. Diterangkan pria yang mengantarkan sanak keluargannya ini, pihak ALS harus lebih ketat lagi dalam memilih supir. “Supirnya itu tidak berpengalaman dan tidak ada otaknya. Sudah tahu jalan terjal, kan lebih baik dia menurunkan sewanya dulu dan ketika di jalur aman baru sewanya dinaikkan kembali,” ungkapnya sambil berlalu pulang dari loket ALS.

Sementara itu, belasan korban penumpang ALS BK 7088 DL yang tewas di Aek Latong dipastikan semuanya mendapat santunan dari PT Jasaraharja Sumut masing-masing sebesar Rp25 juta. Hal ini ditegaskan Kabag Pelayanan Jasaraharja Sumut Haryo di ruang kerjanya, Senin (27/6), kemarin.

Dalam pemberian santunan korban meninggal dunia, kata Haryo, paling lama diberikan dalam sepekan ini. Santunan tersebut akan diberikan kepada ahli waris korban sesuai UU No 34 tahun 1964. “Yang dimaksud ahli waris dalam hal korban meninggal dunia, yaitu, janda atau dudanya yang sah, dalam hal tidak ada janda/dudanya yang sah, kepada anak-anaknya yang sah. Dalam hal tidak ada janda/dudanya dan anak-anaknya yang sah kepada orangtuanya yang sah,” kata Haryo.

Haryo juga menegaskan, pemberian santunan itu semuanya akan diberikan kepada ahli waris tanpa membedakan si korban memiliki tiket atau tidak memiliki tiket bus. “Semua korban kita berikan santunan kepada ahli warisnya. Ini sesuai dengan UU No 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965,” tegasnya. (jon/ila)

Larut Dalam Tangis

Jenazah Hj Dahniar dan Asyifa Azhara tiba di rumah duka di Jalan Bhayangkara No 424 Kelurahan Indra Kasih-Kecamatan Medan Tembung, Senin (27/6) pukul 11.20 WIB. Sanak keluarga dan handai taulan pun langsung larut dalam tangis korban begitu korban kecelakaan bus ALS Aek Latong tersebut.

Tangis makin menjadi saat pintu belakang mobil jenazah dibuka dan jenazah Asyifa Azhara berbalut batik coklat keluar dalam pangkuan keluarga. Langsung menuju rumah di mana keluarga lain sudah menunggu. Langkah itu pun dibarengi pingsannya Dina yang merupakan sepupu Asyifa. Sementara Alseprijal Chandra dan Andriwati, orangtua Asyifa, terlihat terpukul. Bagaimana tidak, selain anak, ibu mereka, HJ Dahniar, pun tak luput jadi korban.
Sementara itu tampak suami Almarhum Hj Dahniar, Sudirman terduduk lemas di kursi untuk pelayat. Hanya menatap jenazah Hj Dahniar yang diturunkan dalam keranda menuju rumah duka. Tubuhnya yang kurus itu seolah tak mampu menahan kesedihan dan kehilangan orang yang menemaninya 32 tahun ini. Juga sang cucu yang meninggalkan kenangan haru.

Setelah berada di rumah duka, kedua jenazah yang telah selesai disalatkan langsung dimakamkan di pemakaman yang terletak di Jalan Karya Bakti Kelurahan Indra Kasih Medan Tembung.

Sementara, di tempat lain, suasana duka juga tergambar di Jalan Madia Senotoso. Jenazah Rohana Nurrallah dan kedua anaknya Kemala sari (10), Husni Amalia (8) tiba di rumah duka sekitar Pukul 11.30 WIB. Ketiganya pun dimakamkan di pemakaman muslim Jalan Krakatau Medan sekitar Pukul 17.30 WIB.
Pada Jumat malam sekitar pukul 23.00 WIB Rohana sempat memberikan kabar kepada anaknya paling besar Nafsir (27) melalui pesan singkat SMS.

“Doakan saja Mama sampai ditujuan sebab melihat kondisi bus yang sering mongok di jalan sehingga mencemaskan para penumpang akan keselamatannya,” begitu tulis Rohana seperti diceritan Nafsi kepada Sumut Pos, Senin (27/6).
Dari pantauan Sumut Pos di rumah duka, keluarga dan kerabat dekat berdatangan untuk mengungkapkan belasungkawa. Namun, dari yang melayat, tidak satu orang pun perwakil dari pihak manajemen ALS. “Tidak ada pihak ALS yang datang ke rumah ini, namun pihak Jasaraharja ada,” kata Dahnuyur, abang Rohana. (jul/mag-7)

Santunan Rp25 Juta untuk Setiap Korban Tewas di Aek Latong

Duka masih menyelimuti belasan keluarga korban tragedi bus ALS di kawasan Aek Latong, Sipirok, Tapanuli Selatan. Di saat bersamaan, pihak PT Jasaraharja Sumut segera menyerahkan santunan untuk korban tewas tersebut. Sementara, sang supir ALS malah belum diketahui rimbanya.

Menyadari situasi yang tak menyenangkan tersebut, pihak PT ALS berusaha memberikan pernyataan. Humas ALS, Alwi Matondang di ruang kerjanya, Jalan SMRaja, Medan, meminta agar kedua supir bus naas tersebut untuk menyerahkan diri.

“Sampai saat ini saya belum tahu di mana keberadaan kedua supirnya. Supir I, Unggul Syahputra Lubis (28), warga Jalan Sudirman, Kelurahan Lubuk Pakam Pekan dan Supir II, Rahmat Hidayat (29), warga Jalan Karya Gang Masjid, Kelurahan Karang Berombak, Medan,” katanya kepada Sumut Pos, Senin (27/6).

Sayangnya, Matondang tidak memberikan penjelasan lebih. Ketika didesak soal nasib keluarga yang ditinggalkan, dirinya malah terkesan menghindar. Termasuk ketika dicecar pertanyaan soal usia kedua supir yang cenderung masih muda tersebut. “Kan sudah saya bilang nanti saja karena saya mau makan dan salat. Masih ada urusan saya,” ketusnya.

Seorang calon penumpang, Iwei Jambak (34), yang berada di loket (pull) ALS turut menyayangkan tragedi tersebut. Menurut warga Aceh ini, larinya dua supir tersebut sangat tidak bisa diterima. “Seharusnya pihak ALS mencari supir yang berpengalaman dan sedikitnya berusia 30 tahun ke atas karena lebih berhati-hati dalam membawa bus,” katanya.

Hal senada juga diucapkan Iyut (56), warga Pulo Brayan Bengkel. Diterangkan pria yang mengantarkan sanak keluargannya ini, pihak ALS harus lebih ketat lagi dalam memilih supir. “Supirnya itu tidak berpengalaman dan tidak ada otaknya. Sudah tahu jalan terjal, kan lebih baik dia menurunkan sewanya dulu dan ketika di jalur aman baru sewanya dinaikkan kembali,” ungkapnya sambil berlalu pulang dari loket ALS.

Sementara itu, belasan korban penumpang ALS BK 7088 DL yang tewas di Aek Latong dipastikan semuanya mendapat santunan dari PT Jasaraharja Sumut masing-masing sebesar Rp25 juta. Hal ini ditegaskan Kabag Pelayanan Jasaraharja Sumut Haryo di ruang kerjanya, Senin (27/6), kemarin.

Dalam pemberian santunan korban meninggal dunia, kata Haryo, paling lama diberikan dalam sepekan ini. Santunan tersebut akan diberikan kepada ahli waris korban sesuai UU No 34 tahun 1964. “Yang dimaksud ahli waris dalam hal korban meninggal dunia, yaitu, janda atau dudanya yang sah, dalam hal tidak ada janda/dudanya yang sah, kepada anak-anaknya yang sah. Dalam hal tidak ada janda/dudanya dan anak-anaknya yang sah kepada orangtuanya yang sah,” kata Haryo.

Haryo juga menegaskan, pemberian santunan itu semuanya akan diberikan kepada ahli waris tanpa membedakan si korban memiliki tiket atau tidak memiliki tiket bus. “Semua korban kita berikan santunan kepada ahli warisnya. Ini sesuai dengan UU No 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965,” tegasnya. (jon/ila)

Larut Dalam Tangis

Jenazah Hj Dahniar dan Asyifa Azhara tiba di rumah duka di Jalan Bhayangkara No 424 Kelurahan Indra Kasih-Kecamatan Medan Tembung, Senin (27/6) pukul 11.20 WIB. Sanak keluarga dan handai taulan pun langsung larut dalam tangis korban begitu korban kecelakaan bus ALS Aek Latong tersebut.

Tangis makin menjadi saat pintu belakang mobil jenazah dibuka dan jenazah Asyifa Azhara berbalut batik coklat keluar dalam pangkuan keluarga. Langsung menuju rumah di mana keluarga lain sudah menunggu. Langkah itu pun dibarengi pingsannya Dina yang merupakan sepupu Asyifa. Sementara Alseprijal Chandra dan Andriwati, orangtua Asyifa, terlihat terpukul. Bagaimana tidak, selain anak, ibu mereka, HJ Dahniar, pun tak luput jadi korban.
Sementara itu tampak suami Almarhum Hj Dahniar, Sudirman terduduk lemas di kursi untuk pelayat. Hanya menatap jenazah Hj Dahniar yang diturunkan dalam keranda menuju rumah duka. Tubuhnya yang kurus itu seolah tak mampu menahan kesedihan dan kehilangan orang yang menemaninya 32 tahun ini. Juga sang cucu yang meninggalkan kenangan haru.

Setelah berada di rumah duka, kedua jenazah yang telah selesai disalatkan langsung dimakamkan di pemakaman yang terletak di Jalan Karya Bakti Kelurahan Indra Kasih Medan Tembung.

Sementara, di tempat lain, suasana duka juga tergambar di Jalan Madia Senotoso. Jenazah Rohana Nurrallah dan kedua anaknya Kemala sari (10), Husni Amalia (8) tiba di rumah duka sekitar Pukul 11.30 WIB. Ketiganya pun dimakamkan di pemakaman muslim Jalan Krakatau Medan sekitar Pukul 17.30 WIB.
Pada Jumat malam sekitar pukul 23.00 WIB Rohana sempat memberikan kabar kepada anaknya paling besar Nafsir (27) melalui pesan singkat SMS.

“Doakan saja Mama sampai ditujuan sebab melihat kondisi bus yang sering mongok di jalan sehingga mencemaskan para penumpang akan keselamatannya,” begitu tulis Rohana seperti diceritan Nafsi kepada Sumut Pos, Senin (27/6).
Dari pantauan Sumut Pos di rumah duka, keluarga dan kerabat dekat berdatangan untuk mengungkapkan belasungkawa. Namun, dari yang melayat, tidak satu orang pun perwakil dari pihak manajemen ALS. “Tidak ada pihak ALS yang datang ke rumah ini, namun pihak Jasaraharja ada,” kata Dahnuyur, abang Rohana. (jul/mag-7)

Artikel Terkait

Gatot Ligat Permulus Jalan Sumut

Gatot-Sutias Saling Setia

Erry Nuradi Minta PNS Profesional

Terpopuler

Artikel Terbaru

/