26 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Pendidikan Berkarakter dan Implementasi di Sekolah

Oleh:
Drs Seram Berutu

Peduli terhadap lingkungan, adalah salah satu bentuk tanggung-jawab manusia secara umum. Kepedulian yang dimaksud adalah keadaan memperhatikan, memikirkan, menganalisa dan mengambil suatu sikap atau tindakan dengan  tujuan  yang baik bahkan lebih baik.

Banyak pengalaman kita sebagai warga masyarakat dan makhluk sosial dari keadaan baik maupun buruk lingkungan kita, apakah sebagai warga kota maupun desa masing-masing mempunyai pengaruh yang mewarnai  sikap pribadi seseorang.

Seseorang yang hidup di daerah pantai akan mengalami kehidupan yang cenderung keras dalam tindakan atau bahkan kasar, secara umum terbentuk karena kondisi kerasnya pola lingkungan laut dan sekitarnya. Terlihat pula perbedaan warna kehidupan dan prilaku seseorang yang hidup di tepi danau, maka kecenderungannya  adalah ketentraman dan kenyamanan perilaku hidup yang bersangkutan.

Bila kita mengamati kebiasaan hidup warga di sekitar Bandara atau Stasiun Kereta Api maka akan ada perbedaan dari sekelompok  warga yang tinggal di pedesaan yang dikelilingi oleh persawahan, sungai yang mengalir jernih dan pepohonan bahkan hutan yang rimbun.

Melalui  keadaan lingkungan hidup yang variatif itu, maka muncul perilaku yang berwarna-warni, bahkan diantara kondisi-kondisi berbeda itu dialami oleh seseorang, maka akan  melahirkan manusia dengan perilaku hasil analisis keadaan yang berbeda tersebut.

Maksudnya adalah, pola hidupnya akan terobsesi oleh berbagai bentuk kondisi lingkungan akan membentuknya  berbeda terhadap kedua bentuk keras dan lembut, resah dan tenang, lusuh dan molek. Karena itu akan ada hasil baru yang dibentuk oleh lingkungan berbeda menjadi satu prilaku yang baru pula. Sejalan dengan pengamatan sedemikian, seorang mahasiswa yang berasal dari sebuah desa sejuk dan damai, lalu menuntut ilmu di sebuah kota besar yang hiruk-pikuk, hingar-bingar dan penuh kesibukan, maka mahasiswa tersebut akan mewarnai prilaku dan pola hidupnya yang baru, dapat pula cenderung lebih baik atau menjadi sangat buruk dibandingkan dengan kehidupan sebelumnya, yaitu ketika tinggal di desanya.

Sekolah merupakan sebuah lingkungan yang menampung peserta didik dengan berbagai macam bentuk lingkungan sebelumnya, yang melatar belakangi kondisi  lingkungannya menjadi baru. Bila peserta didik berasal dari pedesaan maka secara otomatis akan dipengaruhi oleh lingkungan sekolahnya yang baru yang lebih semarak dan riuh ketimbang di desanya. Demikian pula seorang peserta didik dari sebuah kota yang sibuk dan riuh maka tercipta pula kondisi baru dalam perilakunya sehari-hari.

Kasus-kasus yang dianalisa seperti di atas, sesungguhnya harus menjadi bahan pertimbangan dan membutuhkan ketekunan bagi warga sekolah untuk mengambil tindakan konsisten terhadap pemeliharaan lingkungan yang normatif di sekolah. Lingkungan secara fisik, yaitu lingkungan di luar peserta didik itu sendiri, yang ditekankan harus tetap bersih, rapi dan terpelihara.

Baik gedung, taman, tanaman dan hiasan serta bentuk-bentuk fisik lainnya. Bersih, rapi dan terpeliharanya lingkungan tersebut seharusnya melibatkan seluruh peserta didik secara pro aktif dan memiliki tanggung jawab yang  konsisten.

Itulah sebabnya, pembiasaan peserta didik bahkan pendidik dan tenaga kependidikan sebagai warga sekolah yang setiap harinya secara rutin perlu terlibat dan berperilaku yang sama untuk terciptanya karakter baru yang terdidik. Lahirnya rasa tanggung jawab akan menimbulkan partisipasi, memerankan partisipasi yang bertanggung jawab itulah yang akan menciptakan kedewasaan yang berkarakter dan akan tertanam bilamana itu secara terus menerus dilaksanakan secara sadar.

Sekolah melaksanakan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah dan ruang-ruang belajar maupun praktik, melaksanakan razia kebersihan pribadi, menanam dan memelihara tanaman hias maupun pelindung, menyediakan kantin yang bersih dan higienis, menyediakan tong sampah dan pembuangan yang baik, drainase yang lancar, MCK yang bersih dan terawat serta setiap siswa akan berpartisipasi dan ikut bertanggung jawab.

Sisi lain bahwa pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri juga akan memberikan perhatian, panduan dan teladan sehingga terjadi singkronisasi dan korelasi antara kepedualian sesama warga sekolah, tidak ada yang tidak memberikan perhatian dan partisipasinya.

Bilamana hal itu dapat dilakukan di suatu sekolah sebagai lingkungan yang rata-rata antara  6 sampai 7 jam selama 6 hari per minggu dihuni oleh warga sekolah, maka menanamkan karakter peduli terhadap lingkungan, bertanggung jawab dan bentuk karakter yang berkenaan akan dapat teraplikasi dan dimiliki peserta didik khususnya dan warga sekolah umumnya.

Sejak dahulu kita memiliki karakter tersebut, namun ada masa sebagai babakan terbaikannya penerapan karakter terdidik demikian itu. Reformasi menghasilkan satu sisi kecenderungan kurang peduli terhadap lingkungan pendidiklan baik sekolah maupun kampus-kampus di Indonesia.

Kesibukan dan perhatian fokus terhadap bidang-bidang tertentu juga  mengabaikan keperdulian terhadap lingkungan. Nenek moyang kita tidak menebas, memotong dan menebang maupun merambah secara membabi buta terhadap lingkungannya, apalagi tidak berguna atau dipergunakan maka cenderung adalah membiarkan lingkungan tersebut tetap sebagaimana adanya. Misalnya, terhadap tumbuhan dan atau pohon yang tidak dipergunakan untuk  makanan atau kebutuhan rumah, maka akan dibiarkan hidup bebas dan tidak merusaknya.

Pemerintah kita saat  ini, memandang perlu untuk dibangun kembali karakter positif demikian di negara kita. Yang paling efektif diperkirakan penanaman karakter baik dan bertanggung jawab itu ialah melalui pendidikan di sekolah-sekolah. Pendidikan berkarakter diintegrasikan melalui setiap mata pelajaran yang ada. Bahkan penanaman karakter itu diterapkan pula pada setiap jenjang pendidikan. Kini penanaman karakter tersebut, bagaikan penanaman miliar-miliar pohon kembali, guna menghijaukan kegersangan dan mengurangi bencana banjir, erosi dan abrasi.

Mental kita pun akan kembali  damai dan tidak gersang,  tidak resah, tidak was-was dan mengalami kenyamanan yang damai.  Inilah sekilas opini dan ulasan terhadap bagaimana pentingnya  penanaman karakter di sekolah dan peran serta kita sebagai pendidik  maupun tenaga kependidikan di  satuan pendidikan masing-masing dimana kita mengabdikan diri sebagai amal bakti kita pula terrhadap  bangsa dan negara. Sebagai peran serta kita menghasilkan peserta didik berhasil guna. Kita diharapkan bahkan dituntut untuk tidak tutup mata dan mengabaikan program pemerintah ini.(*)

Penulis adalah guru SMA Negeri 1 Salak, Kabupaten Pakpak Bharat

Oleh:
Drs Seram Berutu

Peduli terhadap lingkungan, adalah salah satu bentuk tanggung-jawab manusia secara umum. Kepedulian yang dimaksud adalah keadaan memperhatikan, memikirkan, menganalisa dan mengambil suatu sikap atau tindakan dengan  tujuan  yang baik bahkan lebih baik.

Banyak pengalaman kita sebagai warga masyarakat dan makhluk sosial dari keadaan baik maupun buruk lingkungan kita, apakah sebagai warga kota maupun desa masing-masing mempunyai pengaruh yang mewarnai  sikap pribadi seseorang.

Seseorang yang hidup di daerah pantai akan mengalami kehidupan yang cenderung keras dalam tindakan atau bahkan kasar, secara umum terbentuk karena kondisi kerasnya pola lingkungan laut dan sekitarnya. Terlihat pula perbedaan warna kehidupan dan prilaku seseorang yang hidup di tepi danau, maka kecenderungannya  adalah ketentraman dan kenyamanan perilaku hidup yang bersangkutan.

Bila kita mengamati kebiasaan hidup warga di sekitar Bandara atau Stasiun Kereta Api maka akan ada perbedaan dari sekelompok  warga yang tinggal di pedesaan yang dikelilingi oleh persawahan, sungai yang mengalir jernih dan pepohonan bahkan hutan yang rimbun.

Melalui  keadaan lingkungan hidup yang variatif itu, maka muncul perilaku yang berwarna-warni, bahkan diantara kondisi-kondisi berbeda itu dialami oleh seseorang, maka akan  melahirkan manusia dengan perilaku hasil analisis keadaan yang berbeda tersebut.

Maksudnya adalah, pola hidupnya akan terobsesi oleh berbagai bentuk kondisi lingkungan akan membentuknya  berbeda terhadap kedua bentuk keras dan lembut, resah dan tenang, lusuh dan molek. Karena itu akan ada hasil baru yang dibentuk oleh lingkungan berbeda menjadi satu prilaku yang baru pula. Sejalan dengan pengamatan sedemikian, seorang mahasiswa yang berasal dari sebuah desa sejuk dan damai, lalu menuntut ilmu di sebuah kota besar yang hiruk-pikuk, hingar-bingar dan penuh kesibukan, maka mahasiswa tersebut akan mewarnai prilaku dan pola hidupnya yang baru, dapat pula cenderung lebih baik atau menjadi sangat buruk dibandingkan dengan kehidupan sebelumnya, yaitu ketika tinggal di desanya.

Sekolah merupakan sebuah lingkungan yang menampung peserta didik dengan berbagai macam bentuk lingkungan sebelumnya, yang melatar belakangi kondisi  lingkungannya menjadi baru. Bila peserta didik berasal dari pedesaan maka secara otomatis akan dipengaruhi oleh lingkungan sekolahnya yang baru yang lebih semarak dan riuh ketimbang di desanya. Demikian pula seorang peserta didik dari sebuah kota yang sibuk dan riuh maka tercipta pula kondisi baru dalam perilakunya sehari-hari.

Kasus-kasus yang dianalisa seperti di atas, sesungguhnya harus menjadi bahan pertimbangan dan membutuhkan ketekunan bagi warga sekolah untuk mengambil tindakan konsisten terhadap pemeliharaan lingkungan yang normatif di sekolah. Lingkungan secara fisik, yaitu lingkungan di luar peserta didik itu sendiri, yang ditekankan harus tetap bersih, rapi dan terpelihara.

Baik gedung, taman, tanaman dan hiasan serta bentuk-bentuk fisik lainnya. Bersih, rapi dan terpeliharanya lingkungan tersebut seharusnya melibatkan seluruh peserta didik secara pro aktif dan memiliki tanggung jawab yang  konsisten.

Itulah sebabnya, pembiasaan peserta didik bahkan pendidik dan tenaga kependidikan sebagai warga sekolah yang setiap harinya secara rutin perlu terlibat dan berperilaku yang sama untuk terciptanya karakter baru yang terdidik. Lahirnya rasa tanggung jawab akan menimbulkan partisipasi, memerankan partisipasi yang bertanggung jawab itulah yang akan menciptakan kedewasaan yang berkarakter dan akan tertanam bilamana itu secara terus menerus dilaksanakan secara sadar.

Sekolah melaksanakan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah dan ruang-ruang belajar maupun praktik, melaksanakan razia kebersihan pribadi, menanam dan memelihara tanaman hias maupun pelindung, menyediakan kantin yang bersih dan higienis, menyediakan tong sampah dan pembuangan yang baik, drainase yang lancar, MCK yang bersih dan terawat serta setiap siswa akan berpartisipasi dan ikut bertanggung jawab.

Sisi lain bahwa pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri juga akan memberikan perhatian, panduan dan teladan sehingga terjadi singkronisasi dan korelasi antara kepedualian sesama warga sekolah, tidak ada yang tidak memberikan perhatian dan partisipasinya.

Bilamana hal itu dapat dilakukan di suatu sekolah sebagai lingkungan yang rata-rata antara  6 sampai 7 jam selama 6 hari per minggu dihuni oleh warga sekolah, maka menanamkan karakter peduli terhadap lingkungan, bertanggung jawab dan bentuk karakter yang berkenaan akan dapat teraplikasi dan dimiliki peserta didik khususnya dan warga sekolah umumnya.

Sejak dahulu kita memiliki karakter tersebut, namun ada masa sebagai babakan terbaikannya penerapan karakter terdidik demikian itu. Reformasi menghasilkan satu sisi kecenderungan kurang peduli terhadap lingkungan pendidiklan baik sekolah maupun kampus-kampus di Indonesia.

Kesibukan dan perhatian fokus terhadap bidang-bidang tertentu juga  mengabaikan keperdulian terhadap lingkungan. Nenek moyang kita tidak menebas, memotong dan menebang maupun merambah secara membabi buta terhadap lingkungannya, apalagi tidak berguna atau dipergunakan maka cenderung adalah membiarkan lingkungan tersebut tetap sebagaimana adanya. Misalnya, terhadap tumbuhan dan atau pohon yang tidak dipergunakan untuk  makanan atau kebutuhan rumah, maka akan dibiarkan hidup bebas dan tidak merusaknya.

Pemerintah kita saat  ini, memandang perlu untuk dibangun kembali karakter positif demikian di negara kita. Yang paling efektif diperkirakan penanaman karakter baik dan bertanggung jawab itu ialah melalui pendidikan di sekolah-sekolah. Pendidikan berkarakter diintegrasikan melalui setiap mata pelajaran yang ada. Bahkan penanaman karakter itu diterapkan pula pada setiap jenjang pendidikan. Kini penanaman karakter tersebut, bagaikan penanaman miliar-miliar pohon kembali, guna menghijaukan kegersangan dan mengurangi bencana banjir, erosi dan abrasi.

Mental kita pun akan kembali  damai dan tidak gersang,  tidak resah, tidak was-was dan mengalami kenyamanan yang damai.  Inilah sekilas opini dan ulasan terhadap bagaimana pentingnya  penanaman karakter di sekolah dan peran serta kita sebagai pendidik  maupun tenaga kependidikan di  satuan pendidikan masing-masing dimana kita mengabdikan diri sebagai amal bakti kita pula terrhadap  bangsa dan negara. Sebagai peran serta kita menghasilkan peserta didik berhasil guna. Kita diharapkan bahkan dituntut untuk tidak tutup mata dan mengabaikan program pemerintah ini.(*)

Penulis adalah guru SMA Negeri 1 Salak, Kabupaten Pakpak Bharat

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru