28 C
Medan
Friday, December 26, 2025
Home Blog Page 13996

Memeras dan tak Disiplin Aipda Hendra Dipecat

SIDIMPUAN- Berulang-ulang lakukan pelanggaran disiplin dan    melakukan tindak pidana pemerasan, oknum Polres Padangsidimpuan Aipda Hendra AMS, diberhentikan secara tidak hormat, Selasa (31/1) di halaman Mapolres Sidimpuan.

Hendra sendiri sudah bertugas sejak Polres Padangsidimpuan dibentuk pada tahun 2002 lalu. Selama bertugas di Satuan Sabara sejak 2010 lalu, bersangkutan kerap melakukan pelanggaran disiplin, sehingga dimutasikan menjadi bintara di Polres Padangsidimpuan.

Kemudian pada tahun 2011, selain dihukum karena sudah enam kali melakukan pelanggaran disiplin, Aipda Hendra juga dihukum penjara selama 3 bulan 7 hari karena melakukan tindak pidana pemerasan.

Kapolres Padangsidimpuan AKBP Andi S Taufik menegaskan, PTDH (Pemberhentian Tidak Dengan Hormat) dilakukan terhadap salah satu personelnya untuk membuktikan ketegasan hukum, bukan hanya untuk sipil saja tetapi juga aparat kepolisian yang melakukan pelanggaran hukum.

Kemudian diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk tidak melayani segala tindak tanduk Hendra yang tetap mengatasnamakan kepolisian Polres Padangsidimpuan. Kemudian diminta kepada masyarakat yang merasa dirugikan untuk melaporkannya ke Polres agar ditangani secara hukum.
“Terhitung sejak tanggal 31 Januari, segala tindak tanduk Hendra sudah tidak lagi di bawah naungan Polri. Jadi jika ada masyarakat yang merasa dirugikan, harap melaporkannya agar kita tindaklanjuti,” tuturnya.

PTDH ini, ujar Kapolres, sesuai dengan Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Nomor : Kep/ 23/2012 tertanggal 10 Januari 2012 dan berdasarkan pasal 12 ayat I huruf (a) PPRI nomor 1 tahun 2003, yaitu anggota polri diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas polri apabila dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan telah dijatuhi hukuman pidana penjara 3 bulan 7 hari.

Terhitung selama tahun 2012 ini, ucap Kapolres, sudah ada tiga personel Polres Padangsidimpuan yang di PTDH karena melakukan pelanggaran disiplin dan melakukan tindak pidana. (phn/smg)

Pulang Tandang, Harus Tandang Lagi

MEDAN- PSMS baru tiba di Medan Senin (30/1) lalu, usai tur panjang di dua laga away. Namun, PSMS sudah harus menggelar tiga laga tandang lagi berturut-turut, yang tentu kondisi itu mendapat reaksi keras dari kubu PSMS.

Betapa tidak, tiga laga berturut-turut bakal digelar di luar kandang, menghadapi PSM Makassar Sabtu (11/2) mendatang, Bontang FC Sabtu (18/2) dan Persiba Bantul Sabtu (25/2) mendatang. Ini merupakan jadwal yang melelahkan.

Spontan, hal tersebut mendapat reaksi dari pelatih PSMS Fabio Lopez. “Bagaimana mungkin PSMS melakoni jadwal pertandingan, lima kali laga tandang. Kita baru pulang dari perjalanan dua kali laga tandang, dan harus melakoni tiga laga lagi berturut-turut,” tuturnya, Selasa (31/1).

Ia mengatakan, jika benar seperti itu, putaran pertama ini menurutnya merupakan masa yang berat bagi tim Ayam Kinantan. “Lima tandang berturut-turut, dan ini bukan musim yang mudah bagi PSMS,” ujar Fabio.

Dua kali kekalahan di dua laga terakhir menjadi ujian berat bagi PSMS. Di tengah atmosfer yang sedang menurun, Vagner Luis dkk bakal kembali melakoni laga tandang yang cukup melelahkan, ke Makassar, Bontang dan terakhir di Bantul.

Harapan laga kandang bakal mengembalikan motivasi pemain lantaran peluang menang lebih besar, harus sirna. Selain itu, praktis selama lebih dari tiga minggu, tim akan berada di luar kota untuk melakoni laga tandang, tanpa pulang ke Medan yang jaraknya tentu sangat jauh dikhawatirkan semakin membuat kondisi tim semakin buruk.

“Kita bisa paham. PT LPIS membuat jadwal seperti ini walau seharusnya, pertandingan bagi klub itu selayaknya bergantian kandang dan tandang. Tapi yang kita takutkan, kondisi ini berpengaruh pada tim,” ungkap pelatih dengan standar lisensi A UEFA itu.

Menurut mantan pemandu bakat klub liga Italia Seria A Fiorentina FC dan Atalanta FC tersebut, banyak masalah yang dihadapi PSMS. Selain banyaknya laga tandang, pengunduran jadwal menjadi kerugian lain bagi skuad besutannya.

“Semuanya bermasalah, mulai dari pengunduran jadwal pertandingan membuat kita harus menyesuaikan dengan program latihan,” jelas Fabio.
Sesuai jadwal, tim berjuluk Ayam Kinantan ini juga harus melakoni lebih banyak pertandingan tandang di putaran pertama. Sedangkan di putaran kedua, hanya akan mengikuti empat lawa away menghadapi Semen Padang, Persiraja, Persija dan Persebaya.

Chief Executive Officer PSMS Freddy Hutabarat menyatakan, pihaknya akan berkomunikasi dengan PT LPIS untuk mencari jalan keluar padatnya jadwal PSMS tersebut. (saz)

Muscablub PSSI Asahan Rusuh

Pengprov PSSI Sumut Tetapkan Wahyudi Jadi Ketua

AIRBATU- Musyawarah cabang luar biasa PSSI Kabupaten Asahan, yang digelar di Hotel Wisata Air Batu, Sabtu (28/1) dinilai cacat hukum.  Pasalnya, pengprov PSSI Sumut, dinilai terlalu memaksakan kehendak, karena menetapkan H Wahyudi sebagai Ketua PSSI Asahan, meski yang bersangkutan, hanya mendapat 9 dukungan, dari 35 klub anggota PSSI Asahan.

Persoalan ini, sebenarnya sudah diprediksi sejak awal oleh sejumlah kalangan. Pasalnya, utusan dari pengprov PSSI Sumut, yakni Edy Bento, dan Asrul Sani Batubara, keduanya korwil PSSI Sumut untuk wilayah Asahan, datang terlambat ke lokasi Muscablub tanpa alasan yang jelas.  Tak ayal, keterlambangan kedua pengurus ini, sempat membuat suasana pembukaan muscablub dihujani interupsi dari para peserta.

Bahkan, para peserta muscablub terlihat sudah terbakar emosinya, meskipun akhirnya dapat ditenangkan oleh Nazaruddin, yang merupakan wakil sekretaris pemegang mandat pelaksanaan Muscablub.

“Ada apa dengan pengprov? Dijadwal waktu pelaksanaan pukul 15.00 WIB. Kenapa sampai Maghrib begini belum juga datang?,” gerutu Sofyan, salah seorang peserta.

Saat musyawarah dimulai sekitar pukul 20.00 WIB, terlihat utusan pengprov sudah hadir. Kehadiran mereka pun, sempat menjadi bahan cemoohan para peserta, yang sebelumnya telah lama menunggu.  Meski demikian, pemilihan ketua baru tetap dilaksanakan, dan diawali dengan verifikasi dukungan kepada para calon oleh panitia penyelenggara.

Pantauan METRO ASAHAN (grup Sumut Pos) dalam verifikasi itu, para calon yang akan maju bertarung, antara lain, H Wahyudi mendapat dukungan 9 klub, Saiful Azmi mendapat dukungan 24 klub, dan Nazaruddin didukung 24 klub, meski dukungan tersebut dianulir, karena klub pendukung Nazaruddin, sama dengan klub pendukung Saiful.

Entah bagimana, pihak pengprov, langsung memutuskan, H Wahyudi sebagai ketua terpilih.   Kebijakan yang diambil Edi Bento dan Asrul, sontak menyulut emosi para peserta. Perwakilan 27 yang tidak mendukung H Wahyudi, secara bersama-sama naik ke podium, dan mempertanyakan dasar kebijakan pengprov tersebut.

Namun, Edy Bento beralasan, hal itu dilakukan karena H Wahyudi adalah calon tunggal, setelah dukungan kepada Saiful Azmi, dan Nazaruddin, ternyata berasal dari klub yang sama. Sedangkan saat dipertanyakan apakah hal tersebut tidak dibenarkan, Edi bento, dengan wajah pucat tidak dapat memberi alasan.

Tak hanya sikap pengprov yang disesalkan, sejumlah peserta juga menduga, panitia penyelenggara, telah membuat deal  politik tertentu dengan H Wahyudi sebelum muscablub digelar. Pasalnya, dalam pelaksanaan Muscablub itu, ada belasan klub lainnya, yang merupakan anggota resmi PSSI Asahan tidak diundang seperti PS Ambalutu, PS Stigma, dan lainnya.

Bahkan, aturan dalam statute PSSI, yang menyatakan rapat harus digelar sebelum pelaksanaan Muscablub, sama sekali tidak dijalankan.   “Muscablub apa ini? Kenapa para pengurus tidak pernah diajak rapat?,” tukas Gandi,SE, salah seorang pengurus PSSI Asahan.
Kejadian unik, sekaligus memalukan, terjadi saat H Wahyudi, ketua terpilih didaulat menyampaikan sambutan oleh panitia pelaksana, dan pengurus PSSI Sumut.

Saat H Wahyudi yang hanya mendapat dukungan 9 klub itu maju, 27 klub anggota PSSI Asahan lainnya melakukan aksi Walk Out (WO),  sambil melontarkan hujatan-hujatan kepada pihak pengprov PSSI Sumut.(ing/smg)

Tak Peduli Defisit Gol

MEDAN- Setelah mengoleksi tujuh poin di tujuh laga yang sudah dilakoni skuad PSMS di kompetisi ISL, tim berjuluk Ayam Kinantan ini masih mengalami dua defisit gol. Memasukkan tujuh kali, kebobolan sembilan kali.

Namun, kondisi ini bukan hanya dirasakan tim kebanggaan masyarakat Kota Medan. Tapi, di sebagian besar tim yang berlaga di kompetisi di bawah naungan PT LI ini. Seperti tim yang paling besar defisit golnya yakni Persiram Raja Ampat dengan kebobolan  27 kali dan baru memasukkan sembilan kali. Tak pelak, kini Persiram terdampar ke posisi terdasar klasemen sementara.

Menyusul PSAP Sigli di posisi 17 dengan memasukkan enam kali dan kebobolan 14 kali. Arema Indonesia kebobolan 18 kali dan hanya memasukkan 10 kali yang menempati posisi 16. Persegres Gresik dan Persidafon yang masing-masing memasukkan 13 dan kebobolan 20, Persegres di posisi 14 sedang Persidafon di posisi 13.

Dan PSPS Pekanbaru mengoleksi 14 gol dan kebobolan 15 gol yang bertengger di posisi 11 klasemen sementara.

Mengenai defisit dua gol ini, pelatih PSMS Raja Isa menuturkan, hal tersebut bukanlah menjadi permasalahan bagi tim.
“Semua tim memiliki kwalitasnya masing-masing. Ada yang lini depannya bagus, ada pula yang lini pertahanannya bobrok. Dan semua bisa mempengaruhi jumlah gol yang diraih serta kebobolan yang diterima,” ungkapnya, Selasa (31/1).

Mantan pelatih Persipura Jayapura ini juga mengatakan, saat ini yang diincar skuadnya adalah kemenangan demi kemenangan di partai-partai berikutnya.

“Kita tak peduli harus defisit gol. Yang penting tujuan kita menang di setiap pertandingan berikutnya. Walaupun kita harus menang hanya dengan skor 1-0,” katanya.

“Yang penting bagaimana pemain bisa bermain kompak, fokus dan konsentrasi penuh di sepanjang pertandingan,” tambahnya lagi.
Ia menuturkan, formasi 4-2-3-1 yang diterapkannya sudah mulai terpatri di permainan skuadnya. Dengan transformasi 4-4-2 diamon saat menyerang, Raja Isa merasa formasi tersebut selama ini sudah sangat efektif. (saz)

Mahasiswa Suruh Jaksa Tangkap Dirut Pirngadi

Ramai-ramai Datangi Gedung Kejatisu

MEDAN-Puluhan massa mengatasnamakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar aksi unjuk rasa di gedung Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Jalan AH Nasution Medan, Selasa (31/1).

Dalam orasinya massa meminta Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara melakukan penegakan hukum tanpa tebang pilih terhadap dugaan korupsi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan.

Mereka juga menuding Kejatisu masih lamban dalam mengusut kasus-kasus korupsi yang melibatkan lembaga negara seperti RSUD dr Pirngadi Medan.
Ahmad Riduan Hasibuan, selaku koordinator lapangan, meminta Kejatisu untuk mengusut dugaan korupsi Jamkesmas, Askes dan Jamsostek yang melibatkan oknum di RSUD dr Pirngadi Medan.

Menurutnya, oknum di RSUD dr Pirngadi Medan diduga melakukan korupsi penerimaan dana instalasi farmasi sebesar Rp11.625.046.868 kerugian negara Rp563.317.190, keterlambatan pelaksanaan proyek di RSUD dr Pirngadi Medan dan pembayaran atas pelyanan tindakan cuci darah pasien asuransi kesehatann (Askes) pada Instalasi Hemdialisa sebesar Rp2.285.924.90,” ucapnya.

Selain itu, katanya, dugaan pembayaran ganda penggunaan jasa pelayanan sebesar Rp557.018.253, dugaan penyimpangan pengaturan lelang sehingga negara merugi sebesar Rp563.317.190 dan dugaan penyelewengan penetapan pemenang tender pekerjaan lanjutan gedung rawat inap klas 3 Rp869.850.700.

Retribusi pendapatan pelayanan kesehatan masyarakat tergetnya Rp122 miliar dan terealisasi Rp72 miliar, indikasi korupsi pendapatan Askes senilai Rp19 miliar. Kasus salah diognosa yang dilakukan oknum dokter spesialis dan masih banyak dugaan dan temuan yang lainnya yang sangat merugikan negara dan masyarakat.

Untuk itu, katanya, PMII Kota Medan meminta Kejatisu untuk segera mengusut realisasi saranan dan prasarana di RSUD dr Pirngadi Medan, meminta usut tuntas kasus korupsi di RSUD dr Pirngadi Medan.

“Tangkap jika terbukti Dirut RSUD dr Pirngadi Medan yang telah banyak membunuh masyarakat dengan pelayanan yang tidak sesuai. Meminta Kejatisu untuk serius dalam memproses kasus dugaan korupsi di RSUD dr Pirngadi Medan,” tegas Hasibuan.

Mahasiswa juga melakukan unjuk rasa ke Pemko Medan dan gedung DPRD Medan. Asisten pemerintah Pemko Medan, Daudta P Sinurat mengatakan, aspirasi mahasiswa selanjutnya akan diteruskan ke pimpinan. Sementara di gedung DPRD Medan tak satupun anggota dewan menerima massa aksi tersebut.

Kasi Penkum Kejatisu Marcos Simaremare mengatakan, kasus tersebut saat ini sedang dilakukan penyelidikan oleh Pidsus.
“Aspirasi akan kita sampaikan pada pimpinan. Kasus ini sendiri sudah dilakukan penyelidikan. Saat tim masih bekerja untuk mengungkap kasus tersebut,” tegas Marcos Simaremare.

Kasubbag Hukum dan Humas RSU Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin SH MKes mengaku tidak mengetahui sama sekali tentang adanya pemeriksaan dugaan korupsi.

Edison menjelaskan, selama ini bila ada rapat yang dilakukan dia tak pernah diajak rapat terkait hasil dugaan korupsi di RSU dr Pirngadi Medan.
“Saya tidak tahu menahu dan saya tidak mau beropini atau berandai-andai. Masalah rapat terkait hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim Kejatisu dan BPKP Sumut pun saya tidak tahu, karena saya pun tidak pernah diajak rapat,” katanya.

Wadir RSU dr Pirngadi Medan, Yasin saat dikonfirmasi selalu menghindar. Sementara Kabag Keuangan, Rustam juga mengaku, tak tahu menahu mengenai hasil pemeriksaan. “Yang dimintai keterangan itu kabag instalasi, kepala HRD dan kabag perawatan. Sudah dulu ya, saya mau salat,” katanya. (jon/rud/adl)

SNMPTN 2012 Unimed, Mendaftar Online Bayar Rp175 Ribu

Unimed Tampung 1.049 Jalur Undangan

MEDAN- Rektor Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Ibnu Hajar menyebutkan untuk SNMPTN 2012, Unimed masih tetap melaksanakan penerimaan mahasiswa dengan dua pola yakni jalur undangan dan jalur ujian tertulis.

Untuk jalur ujian tertulis, Unimed menyiapkan estimasi kuota kepada 1.951 calon mahasiswa atau 65,1 persen, dan untuk jalur undangan dengan kuota 1.049 calon mahasiswa atau sebanyak 34,9 persen dari kuota keseluruhan.

“Untuk saat ini kita tengah mempersiapkan SNMPTN  lewat jalur undangan yang akan dibuka pada Rabu (1/2) hingga Kamis (8/3) mendatang. Sedangkan untuk  pengumuman jalur undangan tersebut nantinya akan dilaksanakan pada 25 Mei mendatang tepatnya pukul 18.00 WIB,”terang Ibnu, Selasa (31/1).

Masih menurut Ibnu, untuk pendaftaran dilakukan oleh kepala sekolah secara online ke laman http://undangan.snmptn.ac.id. dengan indikator objektif yakni nilai dan prestasi serta indikator subjektif yakni prilaku.

Untuk ketentuan persyaratan, lanjut Ibnu, seluruh sekolah yang terakreditasi. Dimana untuk sekolah yang memiliki akreditasi A akan mendapatkan kuota mengirimkan 50 persen jumlah siswanya dengan ketentuan nilai semester III, IV dan V.

“Untuk sekolah yang memiliki akreditas B mendapatkan kesempatan 30 persen mengirimkan jumlah siswa terbaiknya, dan akreditas C mendapatkan kesempatan 15 persen siswa terbaik dan tetap dengan konsisten di semester III, IV dan V,” ucapnya.

Untuk biaya pendaftaran SNMPTN jalur undangan tahun 2012, bilang Ibnu setiap siswa akan dikenakan biaya sebesar Rp175 ribu.
Masih menurut Ibnu untuk mekanisme seleksi, proses seleksi dilakukan dua tahap, yakni siswa pelamar akan diseleksi di PTN pilihan pertama berdasarkan urutan pertama pilihan program studi pada PTN pilihan pertama. Tahap kedua, lanjutnya, apabila siswa pelamar tidak terpilih pada PTN pilihan pertama, maka akan diikutkan pada seleksi tahap kedua di PTN kedua, berdasarkan urutan pilihan program studi pada PTN pilihan kedua.
“Semua keputusan hasil seleksi SNMPTN jalur undangan nantinya berdasarkan keputusan pusat, dan kita tidak perlu meragukannnya lagi, karena perangkat kerja Unimed juga masuk dalam kepanitian SNMPTN pusat,”sebutnya.

Pembantu Rektor I Unimed, Prof Khairil Ansari menjelaskan, selain jalur undangan bagi siswa berprestasi tinggi, Unimed juga melaksanakan jalur bidik misi, atau beasiswa pendidikan bagi siswa miskin yang memiliki prestasi dan akan dibiayai pemerintah hingga menyelesaikan kuliah.
Menurut Khairil, Unimed memberikan kuota kepada 503 calon mahasiswa yang termasuk dari jumlah kuota SNMPTN jalur undangan sebanyak 1.049 calon mahasiswa.

Dari kuota 1.049 jalur undangan ini nantinya, 503 diantaranya akan mendapatkan kesempatan mengikuti jalur bidik misi, dengan ketentuan yang ditetapkan yakni masuk dalam katagori miskin dan memiliki prestasi. “Untuk pendaftaran tetap dilakukan oleh kepala sekolah, dan diharapkan dengan data yang konkret. Karena setelah dinyatakan lulus, Unimed terlebih dahulu akan mengirimkan tim verifikasi, jika ditemukan adanya kejanggalan dan data yang dipalsukan maka secara otomatis dianggap gagal,”terangnya. (uma)

Unpri Langgar Kesepakatan, Staf TRTB Ditolak Ukur Tanah

Warga Blokir Jalan Belanga

MEDAN-Warga yang tinggal di Jalan Belanga, Kelurahan Sei Putih Tengah, Medan Petisah semakin emosi. Pasalnya, Yayasan Universitas Prima Indonesia (Unpri) membangun kembali pagar seng di atas badan jalan, Selasa (31/1) dini hari. Buntutnya, warga memblokir jalan masuk serta membakar ban di Jalan Belanga.

“Tadi malam saat kami di posko bersama lurah dan camat tidak ada pembangunan pagar. Namun, setelah kami tinggalkan posko sekitar dini hari tadi, pihak Unpri kembali membangun pagar seng di atas badan jalan. Ini sudah benar-benar tak mengindahkan kesepakatan bersama, oleh karena itulahn kami kembali melakukan aksi unjuk rasa,” kata Sucipto, warga Jalan Belanga di lokasi.

Pantauan wartawan sejumlah warga terlihat membakar ban di dua titik, di depan Jalan masuk ke Jalan Belanga serta di tengah Jalan Belanga. Kepulan asap terus membubung, juga terjadi ribut mulut antara warga dan mahasiswa yang dikerahkan pihak Unpri. Sejumlah mahasiswa terlihat terus menghadang warga di depan pagar seng Unpri yang baru dibangun. Bentrokan hampir saja terjadi, namun warga terus berupaya untuk  tak tersulut emosi.

“Sabar-sabar, jangan anarkis. Karena memang mereka sengaja untuk memancing emosi kita, kalau kita emosi dan melakukan yang anarkis maka kita yang akan diadukan ke Polsek. Jangan ada di antara kita yang tersulut emosi dan terprovokasi,” ucap seorang warga dari tengah kerumunan.
Emosi warga kembali reda. Namun, pihak yayasan terus memprovokasi mahasiswa, sehingga mahasiswa terus berteriak-teriak menyuruh aparat kepolisian untuk mematikan api dari ban yang dibakar warga. Dengan sigap aparat kepolisian dari Polsekta Medan Baru, meminta kepada pihak Yayasan Unpri untuk menyuruh mahasiswa diam.

“Kalian diam kan dulu mahasiswa itu. Jangan ikut-ikutan mereka, ini membuat warga emosi saja. Bisa tidak didiamkan mahasiswa itu,” cetus Kanit Patroli Polsekta Medan Baru, J Lumbanraja.

Mendengar perkataan dari pihak kepolisian, pihak Unpri langusng meminta mahasiswanya diam dan hanya berdiri di depan pagar seng yang baru dibangun. Setelah itu, pihak kepolisian mematikan api dari ban yang dibakar warga.

Sementara, pihak dinas TRTB Medan sudah datang ke lokasi untuk melakukan pengukuran badan jalan. Namun, ditolak oleh pihak yayasan Unpri karena dinas TRTB Medan hanya mengukur badan jalan dan bukan mengukur tanah yang dimiliki pihak Unpri.

“Iya tadi memang mereka (Dinas TRTB) mau mengukur, tapi yang diukurnya bukan tanah Unpri sesuai dengan surat tanah yang kami miliki, tapi justru yang diukurnya adalah badan jalan. Kami Unpri tidak ada urusan dengan jalan, tapi ukurlah tanah kami sudah sesuai dengan roilen atau tidak, makanya mereka Dinas TRTB Medan itu sudah membalikkan fakta,” ujar Ketua Yayasan Unpri, I Nyoman.

Dikatakannya, pemerintah tidak tegas, seolah-seolah telah melakukan pembiaran. Sehingga mengakibatkan masyarakat terombang-ambing. “Pemerintah harus mengatakan sebenarnya, kalau memang ini tanah Unpri, maka jangan kami dilarang untuk mendirikan pembatas, tapi kalau itu tanah masyarakat tunjukkan mana buktinya supaya bisa dikembalikan ke masyarakat. Unpri, punya alas hak sertifikat hak milik, kalau ada pertikaian dua belah pihak, pemeritah harusnya datang dan ukur luas tanah unpri jangan ukur jalan, soalnya jalan yang diukur ini tak ada kaitannya degan tanah yang kami miliki,” katanya.

I Nyoman meminta pemerintah untuk bertindak cepat. “Harus segera dijelaskan ini sekarang tanah milik kami atau milik masyarakat. Kalau dikirim Dinas TRTB ke sini, ukurlah lahan kami sesuai dengan hak yang kami miliki, jangan mengambang,” ungkapnya.

Kapolsekta Medan Baru, AKP Doni Alexander mengatakan, pihaknya bersama Muspika Medan Petisah akan berupaya untuk melakukan uji kelayakan terhdap bangunan RS Unpri baik dari surat IMB, surat peruntukkan dan lainnya. “Kita juga masih menunggu aksi dari Dinas TRTB Medan yang akan melaakukan pembongkaran untuk pagar ini Kamis mendatang,” kata Doni.

Dijelaskannya, sambil menunggu Dinas TRTB Medan melakukan pembongkaran, Kamis mendatang, maka pihaknya terus akan melakukan posko bersama pihak Muspika Camat Medan Petisah. “Kita terus akan melakukan posko bersama pihak Muspika. Kita memang tidak terlalu show of force karena ini masih wilayah Muspika, kita juga akan tetap menjamin keamanan dan kenyamanan warga bersama pihak kecamatan dengan melakukan posko hingga Kamis mendatang,” tegas Doni.(adl/rud)

Suku Hokkian Sembahyang Tebu

Hari Kesembilan Rayakan Imlek

Suku mayoritas etnis Tionghoa di Medan, Hokkian, pada hari kesembilan setelah perayaan Imlek kembali merayakan Tahun Baru umat Budha itu. Perayaan ini dilakukan dengan ritual Sembahyang Tebu. Bagaimana aktivitasnya?

Pada dasarnya, tahun baru Imlek dirayakan pada 23 Januari 2012 lalu. Namun, perayaan Imlek ini menurut tradisinya akan berlangsung hingga 15 hari, yang berarti baru berakhir pada 6 Februari mendatang. Awal tahun baru Imlek ini juga disebut Che It, sedangkan pada hari terakhir perayaan disebut Cap Go Meh. Nah, di tengah-tengah perayaan di awal dan akhir ada pula ritual yang dinamakan Sembahyang Tebu. Ritual ini dilaksanakan pada hari kesembilan setelah hari pertama perayaan Imlek. Itu berarti jatuh pada 31 Januari dan uniknya seperti perrayaan tahun baru, Sembahyang Tebu ini juga dilakukan pada tepat pergantian hari, yakni pukul 00.00 WIB.

Awal terjadinya Sembahyang Tebu ini hingga menjadi tradisi di suku Hokien, bermula pada satu kisah di Cina yang melibatkan suku Hokkien berperang dengan suku lainnya. Pada pertempuran itu, akhirnya Suku Hokkien kalah dan melarikan diri ke dalam hutan. Di tengah persembunyian, mereka melihat bulan, yang berarti sudah tiba waktu Imlek. Meski masih dalam kondisi bersembunyi dari perang, mereka tetap ingin merayakan Imlek. Karena itu, mereka mencari buah-buahan sebagai syarat melakukan sembahyang kepada leluhur.

Namun, di tengah hutan itu, mereka tak menemukan buah-buahan yang pantas. Sekian lama mencari, akhirnya mereka menemukan tebu dan tebu ini yang dijadikan syarat untuk sembahyang terhadap leluhur. Dari kisah itu, akhirnya tradisi Sembahyang Tebu terus jadi satu ritual atau tradisi yang dipelihara dan dilakukan hingga saat ini.

“Kisah itu bukan dongeng, dan memang terjadi di masa lalu. Dan itu juga menjadi perayaan Imlek pertama bagi Suku Hokkien,” ungkap seorang warga etnis Tionghoa suku Hokkien Hartono Teja, Selasa (31/1) tengah malam.

Menurutnya, sembahyang yang dilakukan di tengah-tengah perayaan tahun baru Imlek ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur. “Tentunya dengan menimbulkan harapan ke arah yang lebih baik, serta kemakmuran dalam perjalanan hidup hingga akhir hayat,” tutur Teja.

Keluarga besar Teja yang tinggal di Jalan Irian No 83 F/G Tanjung Morawa ini mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk melakukan Sembahyang Tebu pada pukul 23.45 WIB. Mulai dari menyusun panganan dan buah-buahan yang diletakkan di atas meja di depan rumah, hingga mengumpul dan menumpukkan kertas-kertas yang diyakini sebagai uang untuk dibakar. Serta menghidupkan lilin serta dupa baik yang kecil juga besar.

Untuk membakar kertas-kertas uang yang diyakini sebagai bekal nanti di alam baka tersebut, baru bisa dilakukan setelah lilin sudah terbakar setengahnya. “Ini sudah menjadi tradisi, lilin harus sudah terbakar setengah baru kita bisa membakar uangnya,” ujar Teja. Teja juga menuturkan, jumlah uang yang dibakar tersebut boleh bertambah tiap tahunnya. “Jika kita punya rezeki lebih, boleh menambahnya. Untuk tahun ini kami sekeluarga membakar 700 lembar uang,” katanya.

Dalam ritual tersebut, sebenarnya ada kegiatan membakar tebu di atas bakaran uang tadi. “Tapi tahun ini kita tak memakai tebu, karena susah didapat. Dan buah lain juga bisa menggantikan tebu,” jelas Teja. Ada pula panganan wajib yang mesti disediakan pada malam Sembahyang Tebu ini, yakni kue keranjang atau kue mangkok. “Ini panganan wajib, karena ini perayaan tahun baru,” kata Teja lagi.

Tepat pukul 00.00 WIB, keluarga besar Teja satu-persatu melakukan ritual sembahyang layaknya sembahyang yang dilakukan etnis China. Dengan membakar dupa dan melakukan sembahyang. Bergantian antar yang sudah berkeluarga dan masih lajang dan gadis. Setelah ritual sembahyang, tinggal menunggu lilin terbakar setengahnya. Baru membakar uang. Dan setelah ritual ini ada harapan dari masing-masing keluarga suku Hokien ini agar bisa lebih makmur menjalani tahun-tahun berikutnya. (*)

Patroli Berangus Geng Motor

Aksi geng motor di Kota Medan kembali marak? Apa tanggapan polisi? Berikut wawancara wartawan Sumut Pos, Bagus Syah    putra dengan Kanit Reskrim Polsek Percut Seituan, AKP Faidir Chaniago.

Bagaimana aksi geng motor di wilayah Polsek Percut Seituan?

Aktifitas geng motor di wilayah hukum Polsek Percut Seituan masih terlihat.

Apa yang dilakukan Polsek Percut Seituan?

Setiap pekannya dilakukan razia tiga kali. Setiap dilakukan razia kami berhasil mengamankan sejumlah kendraan bermotor yang tidak memiliki surat-surat dan kami memberikan tindakan agar memberikan efek jera kepada kelompok geng motor. Yang pasti Polsek Percut Seituan serius memberantas keberadaan geng motor di wilayah hukumnya.

Selain itu apa lagi?

Polsek Percut Seituan lebih mengedepankan perangkat desa maupun kecamatan untuk mengkoordinir di masing-masing lingkungan. Hal itu untuk melihat aktifitas geng motor di sejumlah tempat. Setiap ada laporan dari perangkat desa maupun kecamatan kita langsung terjunkan personel untuk melakukan tindakan baik itu razia atau pembubaran gerombolan geng motor.

Wilayah mana saja yang rawan di Polsek Percut Seituan? Ada sejumlah lokasi rawan aksi geng motor seperti Jalan Kampung Kolam, Kawasan Tol H Anif, Jalan Mandala dan Jalan Padang, keseluruhan kawasan tersebut menjadi pusat perhatian dan setiap pekannya dilakukan patroli.

Apa imbauan Anda?

Polsek Percut Seituan mengimbau kepada warga agar selalu proaktif dengan memberikan informasi kepada polisi keberadaan geng motor dan aktifitas geng motor, sehingga bisa teratasi dengan cepat. (*)

Dapat Uang Palsu

MEDAN-Hendra, warga Gelugur Kota Medan, sekira pukul 09.00 WIB secara tidak sengaja mendapatkan uang palsu (upal) pecahan Rp50 ribu, usai mengisi pulsa di sebuah counter di pinggir jalan di seputaran Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan, Selasa (31/1).

Hendra kepada Sumut Pos mengaku, awalnya tidak mengetahui uang yang diterimanya dari kembalian mengisi pulsa di counter Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan tersebut adalah uang palsu.

Itu baru diketahuinya, setelah dirinya hendak membelanjakan lagi uang kembalian yang diterimanya.

“Saya habis ngisi pulsa Rp10 ribu, dan uang saya Rp100 ribu. Harga pulsanya Rp11 ribu. Jadi kembaliannya Rp89 ribu. Kembaliannya itu salah satunya pecahan Rp50 ribu. Jadi, setelah saya terima itu langsung saya masukkan ke kantong celana. Rupanya, waktu saya mau sarapan lontong di Jalan Ngumban Surbakti, waktu saya mau bayar ternyata di tepi uang itu sobek atau mau terbelah dua di bagian tepinya. Langsung saya bandingkan dengan uang Rp50 ribu lainnya, ternyata benar berbeda. Baru tahu kalau uang yang saya terima itu tadi palsu,” akunya.

Kenapa itu tidak dikembalikan ke pemilik counter HP tempatnya mengisi pulsa? Hendra mengaku, jika dikembalikan ke counter HP tersebut, Hendra khawatir jika nantinya malah dirinya yang dituduh membawa uang palsu tersebut.

“Ngapain dikembalikan. Nanti malah salah sangka pula yang punya counter,” ungkapnya.

Terkait perederan upal yang masih marak di Medan, Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut, Kombes Pol Raden Heru Prakoso yang dikonfirmasi Sumut Pos menyatakan, jika peredaran upal dalam jumlah besar akan lebih mudah untuk terpantau ketimbang peredaran yang hanya selembar-selembar.

Perbedaan upal dengan uang asli pecahan Rp50 ribu tersebut terlihat dari ukurannya, dimana ukuran upal lebih kecil jika dibandingkan dengan uang kertas asli pecahan yang sama. Kemudian antara kertas di satu sisi dengan sisi lainnya, tidak menyatu secara utuh. Tak hanya itu, saat diraba, kertas upal terasa lembut. Sedangkan aslinya terasa lebih kasar.

Namun, ketika ditegaskan, peredaran upal yang selembar-selembar itu, juga menandakan peredaran upal tetap ada dan tidak terpantau pihak kepolisian, Heru menjawab, sebaiknya masyarakat yang mengetahui atau mendapati upal tersebut segera melaporkan ke kepolisian.

“Kalau yang selembar-selembar ini, kadang tidak terdata oleh polisi. Dan masyarakat juga cenderung tidak mengetahuinya. Sebaiknya segera dilaporkan ke polisi. Kalau dalam jumlah banyak, barulah bisa diketahui atau terpantau. Karena biasanya itu ada sindikatnya,” jawabnya.

Lucunya, Heru juga sempat mengalami hal yang sama, dimana dirinya sempat mendapatkan uang palsu. Anehnya lagi, selaku personel kepolisian, Heru hanya membiarkan saja persoalan tersebut.

“Saya juga pernah dapat uang palsu itu beberapa waktu lalu. Tapi orangnya sudah pergi, jadi ya sudahlah,” akunya.(ari)