25 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14

Tuntut Status Bencana Nasional, Anggota DPD RI Beberkan Kondisi Darurat dan Dugaan Ilegal Logging di Sumatera

MEDAN, SumutPos.co – Anggota DPD RI dari Sumatera Utara Pdt Penrad Siagian, menyampaikan keprihatinan dan evaluasi mendalam terkait penanganan bencana banjir dan longsor yang melanda tiga provinsi di Pulau Sumatera, yaitu Sumatera Utara (Sumut), Aceh, dan Sumatera Barat (Sumbar). Penrad secara tegas menyoroti belum ditetapkannya status bencana nasional oleh Pemerintah Pusat.

Melihat kondisi di lapangan, Senator asal Sumut ini menegaskan, status bencana harus segera ditetapkan menjadi status bencana nasional. “Bencana ini sudah meluas, korban jiwa sangat banyak. Hampir seribuan korban jiwa dan ribuan lainnya masih hilang. Banyak kepala daerah yang terdampak telah menyatakan secara resmi melalui surat tentang ketidakmampuan daerah menangani bencana ekologis ini,” tegas Penrad dalam keterangannya, Sabtu, 6 Desember 2025.

Ia menegaskan sejumlah kepala daerah, termasuk bupati-bupati terdampak, sudah resmi menyampaikan ketidakmampuan daerah menangani bencana tersebut. Menurut informasi yang diterimanya, Gubernur Aceh dan Sumbar juga sudah menyatakan hal serupa.

Karena itu, ia mengatakan akan terus mendorong Gubernur Sumut segera mengirimkan pernyataan resmi sebagai salah satu syarat penetapan bencana nasional kepada Pemerintah Pusat..Ia memperingatkan bahwa tanpa status bencana nasional, penanganan bencana alam tersebut menjadi sporadis dan tidak terkoordinasi.

“Akhirnya penanganan bencana ini menjadi sporadik dan tidak terkoordinasi karena statusnya tidak dinaikkan. Padahal dampaknya sangat luas,” ujarnya.

Menanggapi kelayakan penyaluran bantuan, dia menyatakan bahwa hingga hampir dua minggu pasca-bencana (sejak 25 November 2025), masih banyak daerah terisolasi yang belum mendapatkan bantuan dan penanganan layak.

Meski mengapresiasi upaya keras BNPB, Basarnas, TNI, Polri, dan Pemda, namun luasnya dampak dan daerah terdampak membuat penanganan belum optimal. “Tetapi luasnya dampak dan beratnya medan membuat banyak wilayah belum tersentuh. Jadi kalau dibilang semua sudah layak, saya pikir belum. Banyak yang belum tertangani,” tuturnya.

Ia juga menggambarkan tantangan logistik yang sangat berat, terutama di Sumut. “Desa-desa di gunung dan bukit dengan medan berat menyulitkan akses darat maupun distribusi via helikopter. Saya khawatir, jika dalam seminggu ini belum teratasi, akan semakin banyak masyarakat yang kelaparan di daerah terisolir,” katanya.

Lebih lanjut, secara institusional, dia menegaskan lembaganya melalui Ketua DPD RI telah mendorong penetapan status bencana menjadi bencana nasional. “Sebanyak 12 senator dari tiga provinsi ini terus mendesak Presiden dan stakeholder terkait. Kami yakin, dengan status bencana nasional, penanganan keadaan darurat hingga rehabilitasi-rekonstruksi akan lebih terstruktur,” jelasnya.

Terhadap banyaknya kayu gelondongan yang memperparah bencana, Penrad dengan tegas membantah pernyataan pemerintah yang menyebutnya sebagai kayu-kayu itu tumbang secara alami. Dia menegaskan bahwa dari hasil pantauannya selama di lokasi bencana, potongan kayu itu bukan berasal dari pohon tumbang alami.

Penrad menambahkan bahwa kayu-kayu tersebut kemungkinan adalah hasil tebangan yang belum sempat diangkut sebelum bencana melanda, sehingga terseret arus dan menghancurkan permukiman.

“Saya melihat betul fisik kayu gelondongan itu potongannya rapi, ada bekas chainsaw atau gergaji mesin. Itu tidak mungkin karena alam. Saya sangat mensinyalir kuat bahwa ini akibat ilegal logging di hulu. Kayu-kayu yang sudah dipotong rapi itu terbawa air dan menghancurkan permukiman. Tidak benar jika dikatakan muncul secara alami,” pungkasnya.

Kepada pemerintah, Penrad kembali menuntut penetapan status bencana nasional. Ia mengatakan kapasitas fiskal daerah tidak akan mampu menangani bencana sebesar ini, baik dalam tahap emergency maupun rekonstruksi.

“Saya melihat betul bagaimana hancur leburnya infrastruktur publik maupun privat masyarakat, belum lagi kerugian seluruh lahan-lahan pertanian disapu bersih oleh banjir bandang dan longsor ini. Kita tetap menuntut itu agar penanganan emergency, koordinasi yang terstruktur dari atas sampai ke bawah, kemudian rekonstruksi dan rehabilitasi itu bisa ditangani lebih baik ke depan sehingga masyarakat mendapatkan haknya sebagai warga negara yang harus dijamin pemerintah ketika menghadapi bencana, ujarnya.

Ia juga mengingatkan perlunya koordinasi yang lebih baik antar kementerian/lembaga serta pemerintah daerah. Menurutnya, sejauh ini kerja-kerja penanganan masih berjalan sendiri-sendiri.

“Karena saya melihat antar-institusi kementerian-lembaga termasuk sampai ke pemerintahan daerah itu masih sangat sporadik melakukan kerja-kerjanya sesuai dengan ruangnya masing-masing sehingga tidak terkoordinasi. Saya berharap Pemerintah Pusat, Pemprov kemudian sampai ke kepala-kepala daerah Pemkab dalam hal ini, itu bisa membangun koordinasi yang lebih terjalin baik,” ungkapnya.

“Terhadap Pemerintah Daerah tentu saya meminta apa yang bisa kita lakukan ke depan karena ini adalah masyarakat kita, tanggung jawab kita, dan pengabdian moral kita sebagai bagian dari bangsa dan negara ini,” sambungnya.

Kepada masyarakat terdampak, Penrad menyampaikan harapan agar tetap kuat dan saling membantu di tengah keterbatasan. Ia menekankan pentingnya semangat gotong royong untuk melewati masa-masa sulit ini.

“Kepada masyarakat terdampak tentu kita berdoa dan berharap masyarakat terdampak secara langsung bisa tetap kuat dan sabar melewati masa-masa ini sehingga kita bisa menanganinya lebih komprehensif,” tuturnya.

“Sekarang kita juga sangat membutuhkan apa yang disebut dengan spirit gotong royong itu. Di tengah-tengah seluruh kekurangan yang terjadi, kita sangat mengharapkan masyarakat bisa saling dukung, tolong, dan saling membantu mengatasi situasi-situasi yang terjadi saat ini,” ucap Penrad menambahkan. (adz)

Fraksi PDIP DPRD Sumut Desak Pemerintah Tetapkan Bencana Sumatera sebagai Bencana Nasional

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumut, Mangapul Purba
Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumut, Mangapul Purba

MEDAN, SumutPos.co – Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumatera Utara (Sumut), Mangapul Purba mendesak Pemerintah Pusat segera menetapkan bencana longsor dan banjir di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh sebagai bencana nasional. Ia menegaskan, kemampuan pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota telah jauh melampaui batas mengingat skala kerusakan yang sangat parah dan terus meluas.

Mangapul menjelaskan, bencana di Sumatera telah merusak fasilitas umum, memutus akses jalan dan jembatan, memadamkan aliran listrik di sejumlah daerah, hingga membuat stok air bersih langka. Sementara itu, banyak rumah sakit mengalami kerusakan dan kekurangan obat-obatan serta fasilitas kesehatan.

“Masih banyak wilayah terisolasi yang belum tersentuh bantuan. Mobilitas tim kemanusiaan terhambat karena akses yang terputus. Situasinya sangat kritis,” tegas Mangapul, dalam siaran persnya, Sabtu (6/12).

Saat ini Mangapul berada di lokasi bencana terparah di Tapanuli Tengah, Sumut. Ia menyebut kondisi lapangan jauh lebih memprihatinkan dibanding laporan yang beredar. Minimnya kesiapan pemerintah daerah dan provinsi memperburuk keadaan.

“Alat berat sangat terbatas untuk membuka akses. Perahu karet minim. Bantuan logistik daerah juga sangat kurang. Tanpa intervensi pemerintah pusat, mustahil penanganan bencana ini berjalan cepat,” ujarnya.

Ia menilai tidak ada alasan bagi Pemerintah Pusat untuk menunda penetapan status bencana nasional, terutama mengingat ancaman lanjutan yang kini membayangi masyarakat.

“Jika pemerintah pusat tidak segera turun tangan, korban akan terus bertambah bukan hanya karena bencana awal, tetapi akibat kelaparan, penyakit, dan depresi. Rakyat di wilayah terdampak kini berada di ambang bencana kemanusiaan berikutnya,” kata Mangapul.

Mangapul juga mengapresiasi kerja keras jajaran pemerintah daerah, BPBD, dan TNI/Polri yang sudah bekerja dengan maksimal meski kondisi di lapangan sangat berat. Namun, ia menekankan bahwa skala bencana ini tidak mungkin ditangani hanya oleh pemerintah daerah.

Tim di daerah sudah bekerja sampai kelelahan. Ini butuh kekuatan penuh dari pemerintah pusat. Karena itu, kami mendesak agar bencana Sumatera segera ditetapkan sebagai Bencana* Nasional,” tutupnya. (adz)

Telkomsel Berhasil Menembus Keterbatasan Akses, Percepat Pemulihan Jaringan di Takengon untuk Dukung Penyaluran Bantuan

Telkomsel terus mempercepat pemulihan jaringan telekomunikasi di wilayah Takengon, Aceh Tengah, yang terdampak bencana banjir dan longsor. Khusus di wilayah Takengon, Telkomsel telah berhasil memulihkan 3 site yang beroperasi penuh dan mengcover wilayah sekitar Kecamatan Lut Tawar. Sementara 19 Site lainnya masih membutuhkan pasokan catuan daya, dimana hal tersebut masih sangat terbatas.
Telkomsel terus mempercepat pemulihan jaringan telekomunikasi di wilayah Takengon, Aceh Tengah, yang terdampak bencana banjir dan longsor. Khusus di wilayah Takengon, Telkomsel telah berhasil memulihkan 3 site yang beroperasi penuh dan mengcover wilayah sekitar Kecamatan Lut Tawar. Sementara 19 Site lainnya masih membutuhkan pasokan catuan daya, dimana hal tersebut masih sangat terbatas.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Telkomsel terus mempercepat pemulihan jaringan telekomunikasi di wilayah Takengon, Aceh Tengah, yang terdampak bencana banjir dan longsor. Upaya ini merupakan bagian dari komitmen Telkomsel untuk memastikan masyarakat kembali terhubung dengan keluarga, informasi, dan layanan penting di tengah situasi darurat.

Khusus di wilayah Takengon, Telkomsel telah berhasil memulihkan 3 site yang beroperasi penuh dan mengcover wilayah sekitar Kecamatan Lut Tawar. Sementara 19 Site lainnya masih membutuhkan pasokan catuan daya, dimana hal tersebut masih sangat terbatas. Pemulihan dilakukan melalui berbagai langkah strategis, termasuk mobilisasi personel teknis menggunakan pesawat perintis untuk penggelaran BTS combat, mobilisasi genset tambahan, serta penyediaan jalur transmisi alternatif melalui satelit  dari Telkomsat.

Selain pemulihan jaringan, Telkomsel juga mendukung penyaluran bantuan logistik seperti makanan, minuman, dan kebutuhan darurat lainnya di wilayah Aceh. Bantuan ini didistribusikan bersama mitra dan aparat tanggap bencana untuk memastikan masyarakat terdampak mendapatkan akses kebutuhan pokok.

Telkomsel turut membuka Posko Layanan Pelanggan Tanggap Bencana di sejumlah titik untuk menyediakan layanan telepon dan SMS gratis, penggantian kartu, perpanjangan masa aktif, serta dukungan layanan IndiHome dan Telkomsel Orbit di Wilayah Aceh.

Vice President Area Network Operations Sumatera Telkomsel Nugroho Adi Wibowo, menyampaikan “Telkomsel terus melakukan berbagai upaya untuk memastikan layanan komunikasi di daerah-daerah khusus terdampak dapat segera pulih. Bersama pemerintah dan seluruh pihak terkait, kami berkomitmen mempercepat pemulihan agar masyarakat Takengon dapat kembali terhubung dan bangkit.”

Telkomsel juga mengajak seluruh pelanggan di wilayah terdampak untuk memanfaatkan Paket Siaga Peduli Sumatera melalui UMB 88820#. Paket ini bebas biaya dan dapat diaktifkan satu kali dengan pilihan 3 GB internet untuk 7 hari, atau 300 menit telepon + 1.000 SMS ke semua operator untuk 7 hari

Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui Call Center Bebas Pulsa 0800-111-9000 atau kanal resmi Telkomsel. (rel)

Dari Evakuasi hingga Logistik, Agincourt Resources Bantu 3.000 Warga Terdampak di Tapsel

BANTUAN: Helikopter Agincourt Resources menurunkan bantuan pangan dan obat-obatan di Muara Batangtoru, Tapanuli Selatan, Rabu (26/11/2025). (Dok: PTAR)
BANTUAN: Helikopter Agincourt Resources menurunkan bantuan pangan dan obat-obatan di Muara Batangtoru, Tapanuli Selatan, Rabu (26/11/2025). (Dok: PTAR)

BATANGTORU, SUMUTPOS.CO – Sejak awal masa tanggap darurat, PT Agincourt Resources (PTAR) bergerak cepat di lapangan dengan fokus pada dua hal paling mendesak: keselamatan warga dan pemulihan akses. Dalam 72 jam pertama, PTAR mengerahkan Tim Tanggap Darurat (ERT) untuk evakuasi, menyalurkan bantuan darurat, serta memastikan operasi posko berjalan lancar, termasuk makanan siap saji, air bersih, dan layanan kesehatan. PTAR juga membantu membuka kembali akses jalan yang tertutup longsor serta menyalurkan logistik ke wilayah yang masih terisolasi dengan koordinasi bersama pemangku kepentingan terkait.

Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources, Katarina Siburian Hardono, mengatakan sejak hari pertama bencana pada 25 November 2025 hingga saat ini, fokus perusahaan adalah memprioritaskan keselamatan warga, memenuhi kebutuhan dasar penyintas, serta menjaga akses ke layanan kesehatan. Dukungan PTAR telah menjangkau lebih dari 3.000 warga, dengan penyaluran makanan dan bantuan kebutuhan dasar yang dilakukan setiap hari di posko pengungsian untuk memastikan para penyintas tetap tercukupi selama masa pengungsian.

“Kami mengerahkan sumber daya untuk mempercepat evakuasi dan memastikan pemenuhan kebutuhan dasar para penyintas terpenuhi, termasuk dukungan layanan kesehatan di tengah situasi pengungsian yang tidak mudah. Fokus kami pada dua hal paling mendesak: keselamatan warga dan pemulihan akses, agar bantuan secepatnya menjangkau masyarakat. Kami akan terus berada di lapangan bersama pemerintah daerah selama masa tanggap darurat dan menyesuaikan dukungan sesuai kebutuhan. Keselamatan dan pemulihan masyarakat di Desa Garoga, Hutagodang, dan Aek Ngadol Sitinjak di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah prioritas,” ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor selama 14 hari terhitung sejak 25 November 2025.

Hingga saat ini, para penyintas tersebar di tujuh posko pengungsian, yakni Desa Batuhula, Desa Sumuran, Sopo Daganak di Desa Napa, Balai Marguna di Kompleks Kantor Camat Batangtoru, Gedung Serbaguna Gereja HKBP di Wek II Pasar Batangtoru, Puskesmas Kecamatan Batangtoru, dan Desa Garoga.
PTAR memusatkan dukungan logistik dari lokasi yang aman di sekitar area operasional yang tidak terdampak langsung bencana, agar distribusi bantuan lebih cepat, aman, dan terkoordinasi.

Di posko-posko tersebut, PTAR turut menyediakan fasilitas penampungan sementara, dapur umum, makanan siap saji, air bersih, serta layanan kesehatan melalui tenaga medis dan obat-obatan. Spirit gotong royong juga mengemuka. Selain karyawan PTAR, ratusan warga setempat turut menjadi relawan. Total 305 sukarelawan tercatat membantu operasional posko, mulai dari memasak, distribusi logistik, hingga membantu pelayanan bagi warga lanjut usia, perempuan, dan anak-anak.

“Kami menata dukungan logistik melalui satu kendali koordinasi agar bantuan tersalurkan tepat sasaran dan berkesinambungan. Ini memperkuat sinergi dengan pemerintah daerah, aparat, dan relawan, sekaligus memastikan pelaksanaannya terukur dan dapat dipertanggungjawabkan,” tambah Katarina.

Tidak hanya dukungan bagi warga di pengungsian, PTAR membantu membuka kembali akses jalan yang terputus akibat material longsor dengan mengerahkan 10 unit ekskavator dan backhoe loader. Dalam kondisi sejumlah wilayah masih terisolasi dan jalur darat belum dapat dilalui, dukungan helikopter PTAR menjadi krusial untuk mengantarkan kebutuhan darurat ke lokasi yang terhalang longsor dan banjir, sehingga bantuan tetap dapat menjangkau warga meski akses darat terbatas.

Pada Selasa (2/12/2025) PTAR turut mendampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, meninjau langsung lokasi terdampak banjir dan longsor di Desa Garoga, Tapanuli Selatan. Dalam kesempatan tersebut, PTAR menegaskan komitmen pada transparansi dan kepatuhan dengan mendukung peninjauan Kementerian ESDM sesuai kewenangannya terkait perizinan dan penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik (good mining practice).

PTAR menyatakan siap memberikan data dan informasi yang diperlukan serta mendukung penuh langkah pemerintah dalam penilaian dan pengawasan kegiatan pertambangan.

“Kami terbuka dan kooperatif terhadap proses verifikasi serta pengawasan pemerintah. Kami siap menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan dan mendukung penuh setiap langkah pengawasan sesuai ketentuan,” kata Katarina.

PTAR menegaskan akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, TNI/Polri, serta instansi terkait lain untuk memastikan penanganan bencana dan tahap pemulihan berjalan terarah. Perusahaan berharap rangkaian dukungan ini dapat meringankan beban warga dan mempercepat pemulihan kehidupan sosial dan ekonomi di wilayah terdampak. (dek)

PalmCo Siapkan Kebun Batangtoru dan Hapesong Jadi Lokasi Pengungsian Berstandar Darurat

HADIR: Direktur Keuangan PalmCo Hilda Savitri saat hadir di posko pengungsian Kebun Batangtoru dan Hapesong.
HADIR: Direktur Keuangan PalmCo Hilda Savitri saat hadir di posko pengungsian Kebun Batangtoru dan Hapesong.

TAPSEL – Ribuan warga yang terdampak bencana longsor di wilayah Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, kini mendapatkan tempat perlindungan yang aman setelah PalmCo menetapkan Afdeling Batangtoru dan Kebun Hapesong sebagai lokasi pengungsian resmi.
Area ini disiapkan sebagai lokasi pengungsian dengan fasilitas yang memenuhi standar pelayanan darurat untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan warga yang mengungsi.

Seperti diketahui, bencana longsor yang terjadi pada Kamis malam (27/11/2025) menyebabkan setidaknya 14 rumah terdampak, dengan 10 unit tertimbun dan 4 unit mengalami kerusakan ringan. Material longsor juga menerjang sebagian wilayah Batangtoru, sehingga memerlukan respons segera untuk evakuasi dan penyelamatan warga.

PalmCo melalui manajemen Kebun Hapesong bergerak cepat mengerahkan tim tanggap darurat dan alat berat untuk membuka akses jalan serta membantu proses penanganan di lokasi. Posko darurat awal langsung didirikan di area Kebun Hapesong dan Batangtoru sebagai titik koordinasi evakuasi dan mobilisasi tim gabungan.

PENGUNGSI: Direktur Keuangan PalmCo Hilda Savitr bersama jajaran PalmCo saat meninjau lokasi pengungsian.
PENGUNGSI: Direktur Keuangan PalmCo Hilda Savitr bersama jajaran PalmCo saat meninjau lokasi pengungsian.

Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko K. Santosa, menegaskan bahwa perusahaan bergerak cepat sejak menerima laporan bencana sebagai bentuk komitmen terhadap kemanusiaan dan perlindungan masyarakat sekitar.

“Keselamatan warga adalah prioritas utama kami. PalmCo memastikan seluruh sumber daya dikerahkan sepenuhnya untuk menangani dampak bencana dan memberi tempat perlindungan yang layak bagi masyarakat terdampak,” ujar Jatmiko.

Selain itu, lanjut Jatmiko, bahwa seluruh proses penanganan dilakukan transparan dan sesuai standar operasional perusahaan. “Kami memastikan bahwa setiap langkah yang diambil selaras dengan pedoman teknis dan prinsip kehati-hatian.

Fokus kami adalah keselamatan, kemanusiaan, dan langkah pemulihan berkelanjutan. Penempatan safe haven ini adalah bukti keseriusan PalmCo dalam menghadirkan perlindungan nyata, cepat, dan terukur bagi warga yang terdampak bencana,” pungkas Jatmiko.

Sementara itu, Direktur Keuangan PalmCo Hilda Savitri, menjelaskan bahwa penyediaan fasilitas pengungsian dilengkapi dengan logistik dan kebutuhan dasar agar warga dapat bertahan dengan aman selama masa tanggap darurat.

“Kami memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi, mulai dari hunian sementara, makanan, air bersih, hingga layanan kesehatan. Seluruh mekanisme penanganan disusun agar bantuan dapat tersalurkan secara cepat dan tepat sasaran,” ungkap Hilda Savitri.

PalmCo menetapkan Afdeling V Kebun Batangtoru Marpinggan serta Kebun Hapesong meliputi emplasemen Hapesong Afdeling II, Afdeling III, dan Afdeling V sebagai area pengungsian resmi. Total terdapat 5 posko pengungsian di Kebun Hapesong yang telah beroperasi sejak hari pertama pascabencana.

Selain menyediakan tempat hunian, posko juga diperlengkapi tenda, dapur umum, suplai air bersih, hingga logistik makanan. Bantuan kemanusiaan yang disalurkan pada 4 Desember 2025 mencakup 1,5 ton beras dan kebutuhan pokok lainnya.

Layanan kesehatan dari RS Sri Pamela Batangtoru disiagakan penuh, termasuk pemberian obat-obatan, suplai air bersih, serta pemeriksaan kesehatan khusus bagi ibu, anak, lansia, dan kelompok rentan.

Jalur distribusi bantuan terpusat di Kebun Batangtoru agar proses penyaluran berlangsung lebih terkoordinasi dan efisien. PalmCo juga berkoordinasi erat dengan pemerintah daerah dan aparat setempat untuk menjaga keamanan serta memastikan kenyamanan para pengungsi.

PalmCo menekankan bahwa dukungan bagi masyarakat tidak berhenti pada masa tanggap darurat saja, melainkan akan terus dilanjutkan hingga kondisi Kembali pulih. (ila)