25 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14050

Tagih Utang Rp21 Juta Pegawai Panglong Digebuki Bos

MEDAN- Jui Siung alias Asiong (35) warga Jalan Pertempuran Lingkungan VI, Medan Barat dianiaya oleh bos kerjanya berinisial LJ di Jalan Pancing, Jumat (21/1). Asiong mengalami luka pada tangan, kaki, badan biru dan kepala bengkak akibat dipukul dengan benda tumpul.

Menurut Asiong penganiayaan yang dialaminya terjadi karena ia memiliki utang sebesar Rp21 juta pada LJ.

“Saya memang punya utang Rp21 juta kepada bos saya itu, tapi bukan seperti ini caranya, utang saya tetap saya bayar dan harapan saya agar pelaku diberikan hukuman sesuai dengan perbuatan mereka karena kasus ini sudah saya laporkan ke Polresta Medan,” ratapnya saat di temui wartawan di lantai IV kamar 45 ruang Pavililon RSU dr Pirngadi Medan yang ditemani istrinya, Susi (34), Sabtu (21/1).

Sebelum kejadian, Kamis siangnya Asiong sempat ditelepon LJ untuk datang ke panglong guna membayar utang. Asiong menuruti perintah LJ, namun setibanya di Jalan Pancing ia kembali disuruh LJ untuk ke Hamparan Perak karena LJ menunggu di sana.”Sampai di Hamparan Perak dipukuli, saya gak terima kejadian ini,” kata korban.

Asiong juga mengaku bahwa dirinya sempat disekap dalam mobil. Ia diintrogasi sambil dianiaya. Belum puas dengan itu, Asiong kemudian diboyong pelaku ke Tanjung Morawa ke rumah saudara LJ, yakni LM. “Saat di rumah LM, di sana saya juga dianiaya pelaku lainnya selain LJ, LM ada lagi Aw dan Isk. Saya bahkan diancam mau dibunuh mereka,” sambungnya.

Dirinya lolos setelah empat pelaku menghubungi istri Asiong, Susi.

“Saya dipulangkan setelah saya berhasil mengambil heandpone saya yang sempat mereka simpan dan saya telepon istri saya. Saya pun dipulangkan mereka dan istri saya pun membawa saya ke RSU Pirngadi,” ungkapnya.

Susi memang terlihat mendampingi Asiong selama dalam perawatan Petugas Polresta Medan tampak menjaga pintu masuk kamar perawatan Asiong . “Tanyakan Kasat Reskrim saja untuk lebih pastinya bang. Saya di sini hanya bertugas menjaga saja,” kata petugas yang enggan namanya disebutkan.

Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol M.Y.Marzuki SiK tiba di RS Pirngadi.

Disinggung kedatangannya berkaitan dengan kasus Asiong, Yoris enggan berkomentar panjang. “Tidak ada apa-apa,” katanya. (jon)

Warga Protes Pembangunan RS Unpri

MEDAN-Warga Jalan Belanga Kelurahan Sei Putih Tengah Kecamatan Medan Petisah menggelar aksi protes terhadap pembangunan Universitas Prima Medan milik dr Nyoman. Massa menilai proyek pembangunan rumah sakit kedokteran gigi dan umum yang dikelola Universitas Prima (Unpri) di Jalan Belanga itu telah mencaplok sebagian tanah warga. Seperti memakan badan jalan dengan mendirikan tiang beton pagar demi perluasan halaman kampus.

Menurut warga tempat didirikannya tiang beton pagar itu adalah jalan umum yang menjadi sarana masyarakat Jalan Belanga Medan.

“Sejak tahun 1960, ini gang ini (Jalan Belanga) sudah ada sebelum lagi universitas ini beridri, bahkan sejak berdiri universitas ini parit yang seharusnya ada sekarang sudah tidak ada lagi, akibatnya jalan menjadi banjir apabila hujan, karena sudah ditutup mereka,” ujar warga bermarga Simbolon, pada wartawan Sabtu (21/1).

Simbolon pun menanyakan dari mana asal muasal tanah di jalan Belanga ini sehingga RS Unpri senaknya menyaplok tanah warga. Masyarakat mengancam, bila pembangunan beton pagar dilanjutkan maka mereka akan melakukan aksi di depan kampus.

“Dari mana dia (dr Nyoman) mengklaim tanah itu miliknya, dan bawa-bawa BPN pula. Kami akan ribut, selama ini kami diam saja atas pembangunan proyek yang dilakukan Nyoman, dari mulai pembangunan jembatan penghubung kampus sampai mencoba mencaplok jalan,” tegas warga yang lain bermarga S Simamora.

Sementara pihak RS Unrip mengaku bahwa lahan Jalan Belanga adalah lahannya, berdasarkan sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh BPN Medan. (rud)

Parasit

Cerpen Ester Pandiangan

Kubanting keras tumpukan piring dan gelas di bak cuci piring. Dengan ekor mata, kulirik abangku yang tergolek kekenyangan di depan televisi. Sepiring ikan teri sambal dan semangkuk daun ubi tumbuk hasil masakanku yang rencananya untuk makan siang dan malam, kini habis kandas.

BAHKAN bagian koko—suamiku juga ludes. Ugh, kesal bukan main! Martua memang abangku tapi seharusnya dia sadar diri dong, kan aku sudah bilang lauk yang kumasak ini untuk siang dan malam. Mau tak mau aku membanting kembali peralatan makan tersebut.

Prang! Untung tidak pecah. Mataku masih membuntuti gerakannya. Perlahan dia bangkit dan berjalan ke teras depan.

Apalagi kalau bukan untuk merokok! Martua sudah dua bulan tinggal di rumah kami di Jakarta. Dulunya dia menetap di Medan. Namun karena suatu hal, Martua sempat menjadi penghuni penjara. Setahuku karena masalah penggelapan peralatan kantor di tempat kerjanya.

Terpaksa abang keduaku itu menjadikan dinginnya semen penjara sebagai alas tidurnya.

Sembari mencuci piring aku mengingat kejadian dulu. Betapa peristiwa itu membuat keluarga kami shock. Untung saja bapak dan mamak tak ada lagi. Kalau masih bernafas apa kata mereka menyaksikan salah satu anaknya menyandang status napi? Enam bulan dia menjadi penghuni tetap penjara akhirnya dia keluar menghirup udara bebas. Itu pun setelah membayar uang damai Rp10.000.000. Tadinya jaksa meminta Rp20.000.000. Karena angka tersebut begitu mencekik leher dengan ‘baik hati’ si jaksa memberikan korting. Saat kami mau minta kurang lagi jaksa bilang uang tersebut mau dibagi lagi dengan hakim.

Jadi, Rp10.000.000 sudah harga mati.

Weleh-weleh…setelah korek sana-sini, kami—lima orang bersaudara- berhasil mengumpulkan jumlah uang yang diminta.

Ternyata belenggu penjara bukan menjadi jaminan bagi Martua untuk benar-benar menghirup udara bebas. Pasalnya dia harus berkelat-kelit menghindari kejaran para penagih kartu kredit.

Demi menghindari itu jualah Martua pun melarikan diri ke Batam ke tempat saudara tertua kami tinggal. Hanya beberapa bulan Martua tinggal di Batam, istri abangku Ci Lilis tak tahan dengan gelagat Martua yang dirasa kurang berkenan di hatinya.

Mulai dari malas-malasan, tak ada inisiatif membantu. Duduk, makan dan merokok.

Itu saja kerjanya. Saat mendengar kesahnya sempat terpikirku itu ada-adanya Ci Lilis saja. Karena dia tak mau rumah tangganya diganggu dengan urusan adik ipar.

Beberapa bulan mengecap hidup di Batam, Martua dioper ke Palembang. Tempat saudara ketiga kami. Pun di Palembang, Martua sempat bekerja di perusahaan dimana Rusman, suami Martha saudara kami bekerja. Tak lama berselang. Hanya seumur jagung saja, dengan sedikit dibumbui pertengkaran Rusman meminta Martua untuk angkat kaki dari rumahnya. Katanya Martua tak bisa diatur. Maunya langsung dapat pekerjaan enak dan sejuta alasan lain.

Dengan sebab itulah akhirnya Martua pindah lagi ke Jakarta. Ternyata apa yang dibilangkan para kakak ipar tercinta benar adanya. Di rumahku, Martua juga berkelakuan sama. Dan yang buat kesalnya lagi sudah numpang di rumah orang, Martua suka mengomentari kalau-kalau ada hal kurang sesuai dengan seleranya. Seperti soal sarapan ada saja komentarnya. Memang tidak marah atau ngomel. Tapi ada saja celetukannya yang menohok hati.

Misalnya saja seperti beberapa hari lalu.

Aku hanya menyiapkan nasi putih dan telor mata sapi sebagai sarapan. Dia yang bangun sudah hampir tengah hari membuka tudung saji sembari berkata, “Yang namanya sarapan itu kalau nggak lontong ya nasi gurih,” cetusnya. Aku yang saat itu sedang menggiling cabe rasanya ingin menowel bibirnya pakai ulekan sambal begitu mendengar omongan tersebut.

Hal ini sempat kukeluhkan pada Koko suamiku. Untungnya si Koko dapat lebih sabar. Justru aku saudara kandung, setali sedarah yang makan hati. “Sudahlah itu kan abangmu mungkin dia lagi stress karena baru keluar dari penjara itu,” koko coba mengademkan hatiku yang panas.

“Iya Ko tapi tingkah lakunya itu bikin makan hati,” seruku kesal sembari memilin-milin daster kucel yang belum kuganti sedari pagi. “Aduh, Mama kalau marah tambah manis deh,” rayunya sembari mengelus pipiku.

Rayuan-rayuan manis Koko memang menenangkan hatiku. Tapi, hanya sementara.

Setelah hari berganti, tumpukan kekesalan yang baru, kembali dituangkan oleh Martua.

Pakaian-pakaian kotor yang menggunung dan tak dicuci-cuci, setoran lima ribu yang harus kuberikan kepada Martua untuk uang rokoknya belum lagi rentetan kerepotan- kerepotan lain yang timbul semenjak abangku tinggal di rumah kami. Aduh! Aku memijit-mijit kepala mencoba mengurangi nyut-nyutan yang kurasa. Beginilah rasanya makan hati karena parasit.

*****
Kuhembuskan asap rokok kuat-kuat ke udara. Dua siswi SMP yang lewat di depanku mengipas-ngipas tangannya tanda terganggu karena asapku. Prang-prang! Bukan tak kudengar adu piring dan gelas yang dicampakkan kuat-kuat ke bak cuci piring oleh Maria.

Mencuci piring. Akh! Dulu aku sempat melakoni pekerjaan itu kala di penjara dulu.

Tanpa kuinginkan, sekelebat kenangan yang ingin kukubur dalam-dalam sejenak mengambang meminta untuk dibaca kembali.

Dapur umum tersebut demikian luas. Samar- samar terdengar puluhan pasang sendok dan garpu yang diadu dalam piring.

Tumpukan piring kotor dan gelas-gelas plastik tak ubahnya gunung yang kian lama kian meninggi. Aku menelan ludah kala piring kotor yang datang lebih banyak dari jumlah piring yang kucuci. Entah kenapa semakin cepat aku mencuci semakin cepat juga piring-piring kotor dari para napi masuk ke bak cuciku.

Aku mendesah, mengelap keringat sejenak.

“Cepat-cepat kau kerja!” tegur Bang Ucok, Kepala Dapur Umum menyela jedaku.

“I… iya Bang,” tukasku.

Aku harus cepat-cepat kalau tidak Bang Ucok tak akan mau lagi menerima aku bekerja disini. Tumpukan piring ini lebih baik dari pada harus…. Ingatanku kembali ke hari pertama aku menjadi penghuni tetap rumah tahanan ini: Sembari petugas mengantarku ke sel, teriak yel-yel para tahanan menyambut tahanan baru membahana, menggaungi telingaku. Seorang tahanan berwajah berewok memberikan seringai keji kepadaku.

Tak ubahnya monyet di kebun binatang, dia memegang terali penjara dan menempelkan mukanya di batang jeruji tersebut.

Tak hanya si berewok, beberapa tahanan lain memberikan pandangan selamat datang yang berbeda. Seperti yang dilakukan tahanan bertampang klimis yang hanya dua sel bedanya dari si brewok. Dia memandangku demikian tajam. Tatapannya seakan melucuti pakaian yang kukenakan.

Dari yang duduk, dia bangkit dan berjalan mendekat. Kemudian sepasang tangan berbulu miliknya menggayuti jerujijeruji kamar tahanannya. Sebelum aku memasuki sel yang menjadi tempat tinggalku— selama entah berapa lama—sudut mataku sempat menangkap kedipan mata yang diiringi sapuan lidah di bibirnya. Untukku….

*****
“Ko aku minta uang belanja ya!” “Lho, bukannya semalam udah saya kasih, Ma?” sejenak saya menghentikan aktivitas mengenakan pakaian dan memandangnya.

“Iya,” Mama merapikan sudut seprei lalu menambahkan, “Tapi kurang Ko, udah habis!” sambungnya.

Saya menatapnya heran. Bukannya tiga hari yang lalu saya ngasih Rp100.000 untuk uang belanja seminggu. Ini masih berapa hari. Saya mengecek kalender di dinding siapa tahu saja hitung-hitungan saya salah.

Lah iya betul kok! Tampak lingkaran merah menandai tanggal lima.

“Biasanya juga Rp100.000 untuk seminggu Ma. Ini belum seminggu kok sudah habis,” saya menatapnya lelah campur bingung.

Lelah karena pekerjaan hari ini. Bingung karena dapat uang darimana untuk menambahi uang belanja si Mama.

“Saya baru bayar gaji anak buah untuk minggu ini Ma, tagihan belum datang. Lagian Mama kok cepat sekali uang habis,” tanyaku tanpa maksud curiga.

Alis matanya sontak menyatu, “Habis gimana? Pengeluaran kita ya ke situ-situ aja Ko! Ini karena abang tinggal disini makanya ada pengeluaran tambahan,” tukasnya keras.

Saya mendeliknya, “Ssst..jangan keraskeras nanti abang dengar gimana?” Saya jadi bingung Martua ini abangnya atau abang saya. Kenapa jadi saya yang harus nggak enak hati kalau Martua sampai mendengar perdebatan ini.

Mama menghela nafas, “Tiap hari aku harus kasih abang Rp5.000 untuk uang rokoknya. Belum lagi tambahan yang lain-lain. Bang Martua kuat makan, Ko.

Mau nggak mau, lauk siang dan malam harus ditambahin banyak untuk abang.

Itu kan pengeluaran juga, Ko,” tatapannya mulai mengendur.

Kini giliran saya mengeluh dalam hati.

Aduh, uang darimana? Mau tak mau saya jadi mengingat tingkah-pola Martua yang membuat kesal. Aktivitasnya yang hanya makan tidur. Tak ada semangat untuk mencari kerja. Malas mengerjakan apa pun. Untuk mencuci pakaiannya sendiri dia pun enggan. Mau tak mau saya jadi merutuk dalam hati. Dasar parasit!
*****
Dia melenguh. Nafasnya memburu. Aku melengkungkan tubuh berusaha melawan.

Tapi dia begitu kuat. Aku merasakan rambut tangannya menggelitik punggungku yang polos. Aku menggigit bibir berusaha menahan jeritan kala sesuatu memasuki belakang tubuhku. Rasanya begitu sakit, menjijikkan.

Aku berusaha menghilangkan aroma memuakkan yang melingkupiku. Dia bergerak naik turun seperti komidi putar.

Aku coba membayangkan masa-masa aku mengajak keponakanku bermain komidi putar. Tapi itu justru makin memperburuk perasaan. Aku hanya merusak kenangan indah bersama keponakanku dengan menyamakannya dengan kondisiku sekarang.

Sepertinya dia sudah selesai. Dengan kasar dia membalikkan badanku. Aku menutup mata. Enggan untuk membukanya. Usapan kasar dan basah menyentuh pipiku. Aku memaksa membuka kelopak mata dan memberinya tatapan acuh -seolah tak terjadi apa-apa.

Dan dia memberikan pandangan itu. Kedipan mata dan jilatan di bibir hitamnya. Sebelum beranjak dan mengancingkan celananya, dia menepuk kuat pipiku sembari menyeringai puas.

Aku menangkupkan kedua tanganku ke wajah. Kalau-kalau saja ingatan itu akan berlalu. Samar kudengar percakapan Maria dan adik iparku.

“Habis gimana pengeluaran kita ya ke situ-situ aja Ko. Ini karena abang tinggal disini makanya ada pengeluaran tambahan!” “Ssst..jangan keras-keras nanti abang dengar gimana?” Aku bangun dari tempat tidur. Membuka kaos yang basah karena keringat. Setiap mengingat penggalan kejadian-kejadian di penjara membuat peluhku mengucur tiada henti. Nafsu makanku jadi memuncak.

Rasa-rasanya setiap makanan yang masuk ke mulut membuatku sejenak melupakan apa yang tak mau aku ingat.

Aku membuka pintu kamarku perlahan.

Aku masih mendengar percakapan antara Maria dan suaminya. Namun lebih menyerupai bisikan. Aku melangkah menuju meja dapur. Mencoba melihat kalau-kalau ada makanan sisa yang dapat kujejalkan ke mulut. Perlahan kubuka tudung saji.

Hanya ada sepiring nasi, sepotong ikan dan mangkok dengan beberapa batang bayam mengapung pada kuahnya, sisa makan malam.

Tanpa babibu segera saja kujejalkan makanan setengah dingin itu ke mulut. Entah apa rasanya. Aku tak peduli. Aku hanya berharap, setiap suapannya membuatku lupa pada kedipan mata, jilatan bibir dan seringai puas yang selama ini menjadi hantu dalam batinku. Walau hanya sekejap….(*)

Djokovic, Ana dan Zheng Jie Melaju

MELBOURNE- Petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic melenggang ke babak empat Australian Open tanpa hambatan berarti. Nicolas Mahut, lawan yang dihadapi Djokovic di babak ketiga sama sekali bukan lawan sebanding.

Djokovic tidak memberikan sedikitpun kelonggaran kepada petenis Prancis itu untuk sekedar menghela napas. Meski levelnya jauh di atas Mahut, Djokovic mengeluarkan semua pukulan terbaiknya untuk segera mengakhiri pertandingan. Djokovic seperti tidak peduli sekarang hari ulang tahun Mahut yang ke-30.

Di set pertama, Djokovic menyabet seluruh game sehingga menutup set pembuka itu dengan 6-0. Di dua set selanjutnya, Djokovic hanya melepas satu game, 6-1 6-1. Pertandingan pun berakhir hanya dalam tempo 74 menit.

Di partai selanjutnya, Djokovic bakal ditantang petenis tuan rumah, Lleyton Hewitt atau petenis Kanada Milos Raonic. Mahut memang kurang fit menghadapi turnamen kali ini. Peringkat 81 dunia yang pernah bertarung 11 jam dengan John Isner di Wimbledon pada 2010 ini, kali ini bergelut dengan cedera di kaki kirinya.

Di tempat terpisah petenis Ana Ivanovic juga sukses menggulung perlawanan Vania King di babak ketiga Australian Open. Di babak selanjutnya, Ivanovic sudah ditunggu Petra Kvitova yang baru saja mengandaskan Maria Kirilenko.

Ivanovic tampil menawan sejak set pertama.

Setelah mengantongi game pertama, juara Commonwealth Bank Tournament of Champions dua kali ini kembali mematahkan perlawanan Vania dengan mengantongi break di game kedua.

Tertinggal 0-3, membuat Vania berusaha keras membaca permainan Ivanovic. Usahanya tidak sia-sia. Setelah mengunci Ivanovic di game ke empat, Vania King gantian meraup break di game ke lima kemudian menyamakan skor menjadi 3-3.

Sayangnya, ikhtiar King merebut set pertama, seolah buntu di game selanjutnya. Karena di sisa set pertama, Ivanovic membuatnya tak banyak berkutik. Dengan sebuah forehand, Ivanovic menyegel set pertama 6-3.

Di set selanjutnya, petenis peringkat 65 dunia itu masih belum sulit menembus pertahanan ivanovic yang bermain sabar dan unggul dalam variasi pukulan.

Meski begitu perlawanan sengit tetap dipertahankan.Buktinya,Ivanovic tidak bisa begitu saja mengantongi game demi game. Di saat skor 3-5 Ivanovic bahkan sering melakukan kesalahan sehingga King sempat merapatkan skor 4-5.

Tapi situasi ini segera dibenahi oleh Ivanovic dan menyudahi perlawanan petenis Amerika itu dengan backhand yang tidak bisa dikembalikan sempurna oleh King sehingga set kedua berakhir 6-4 untuk Ivanovic.

Demikian juga dengan Zheng Jie. Dia juga menang atas lawannya Marion Bartoli di babak ketiga Australian Open dua set langsung 6-3 6-3.

Dia mengaku terinspirasi dengan kesuksesan rekan senegaranya Li Na di French Open tahun lalu. Jika Li Na bisa melakukannya, dia juga merasa bisa.Begitu lah keyakinan Zheng Jie.

Bagi Zheng, pencapaian Li Na menjadi pemacu semangat bukan hanya anak-anak di China, tapi juga dirinya, bahwa dia juga bisa menjadi juara di turnamen besar.(bbs/jpnn)

Keluarga Belum Datang, Polisi Sulit Ungkap Identitas Korban

Terkait Penemuan Mayat Wanita Hamil di Perkebunan Tebu

BINJAI-Mayat wanita hamil yang ditemukan membusuk di perkebunan tebu Kampung Lama, Tanjung Anom, Tandem Hilir I, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang, Minggu (15/1) lalu belum juga terungkap. Hingga kini, belum satu pun masyarakat berkunjung untuk memastikan mayat yang diduga korban pembunuhan itu keluarga mereka.

Pihak kepolisian Polres Binjai dan Polsek Tandam, yang sudah membuat dua tim untuk mencari tahu siapa keluarga korban, juga masih kebingunan. Sehingga, mayat wanita itu sampai saat ini masih misterius.

Kapolsek Tandam, AKP Zakaria, saat dikonfirmasi, Jumat (20/1) malam, kepada Sumut Pos mengatakan, kalau pihaknya masih terus berupaya mencari tahu siapa korban, serta keluarganya.

“Sejauh ini proses pencarian identitas korban masih kabur. Sebab, seperti yang saya katakan sejak awal, korban ketika ditemukan dengan kondisi yang sudah tidak dapat dikenali lagi,” ujar AKP Zakaria via selulernya.

Lebih jauh dikatakan AKP Zakaria, untuk mencari tahu siapa korban dan keluarganya, ia sudah menyebarkan nomor HP miliknya kepada Camat Hamparan Perak dan Camat Binjai.

“Meski sudah saya serahkan nomor HP, tapi sampai saat ini saya belum ada mendapat telepon dari kedua camat itu, karena tidak ada warga yang kehilangan anggota keluarga,” ungkapnya.

Meski sulit mencari tahu identitas korban serta keluarganya, namun, AKP Zakaria tidak dapat memastikan, kalau mayat itu warga yang tinggal jauh dari Binjai. “Sebelum ada fakta, kita tidak bisa menduga kalau mayat itu warga luar, yang jelas kita tetap berupaya semaksimal mungkin mencari tahu siapa keluarganya, karena ini menjadi tugas dan tanggungjawab kita,” bilang AKP Zakaria.

AKP Zakaria enggan menanggapi menggunakan tenaga para normal untuk mencari titik terang mayat wanita tak dikenal itu. “Kalau masalah itu, sudah sulit untuk menjelaskannya. Pokoknya, anggota saya terus bekerja serta berusaha mengungkap kasus ini.

Ya sudahlah, kami juga minta bantuan informasi dan do’anya agar kasus ini secepatnya terungkap,” ujar AKP Zakaria mengakhiri.

Informasi yang dihimpun Sumut Pos, Jumat (20/1) malam, dua tim kepolisian yang dibentuk untuk mencari tahu identitas korban, dikabarkan telah mendapat jalan baru. Dimana, mereka mendapat kabar, kalau dua orang wanita yang bekerja di sebuah kafe yang terletak di sekitar Tandam, dikabarkan tidak pulang sejak leberan lalu.

Kini, tim sedang melakukan penyelidikan, guna memastikan, apakah dua orang wanita yang dikabarkan hilang itu, ada kaitannya dengan mayat wanita yang ditemukan di perkebunan tebu tersebut atau tidak. (dan)

Manohara: Oknum Iseng Hancurkan Artis

MARAKNYA peredaran foto syur diyakini Manohara sebagai alat iseng oknum untuk merusak citra dan nama baik sang artis. Ini dialaminya sendiri saat foto dugemnya bareng ibunda di Bali tersebar, tahun lalu.

“Ya nggak hanya waktu foto aku. Tapi juga teman-teman artis. Itu hanya rekayasa orang jahil buat hancurkan nama baik sang artis,” tegasnya.

Mantan istri Pangeran Kelantan Teuku Fachri ini merasa foto-foto syur apa pun itu hak sang artis. Tapi terkadang ada pihak yang berani mengeksploitasi demi kepentingan sepihak.

“Bikin begitu kan juga human rights.

Tapi emang terkadang ada orang iseng, yang nyebar. Maybe, biar dapat fee atau memuaskan keinginannya,” ujarnya.

Dampak foto-foto syur itu bisa menghancurkan mental sang artis. Makanya, Manohara mengajak rekan-rekannya selektif sebelum menerima tawaran pose terbuka.

“Buatnya mudah tapi efeknya terkadang parah. Apalagi dikomentari orang banyak. Bisa hancurkan mental juga.

Aku ingatkan teman-teman, don’t too much difoto kayak gitu. Kecuali siap ke depannya,” ujarnya.• Manohara mengajak masyarakat tidak lantas reaktif saat foto-foto syur artis beredar. Diteliti dulu foto itu asli atau rekayasa. Sebelum bisa dibuktikan, artis jangan dicaci maki.

“That’s real or faked. Just like my case, kalau itu aku jelaskan, ada bagian tubuh mama yang diedit,” terangnya.

Bintang sinetron Supergirl ini pasrah saat beberapa foto dan video miripnya beredar luas.

Dia tak berminat membongkar penyebar fotonya, karena nanti akan hilang sendiri beritanya. “Namanya juga dunia gosip,” cetusnya. (ins/jpnn)

PSMS Lebih Percaya Diri

AREMA vs PSMS

MEDAN- Hasil seri skuad PSMS Medan saat melawan Persiwa Wamena dan Persipura, menjadi motivasi tersendiri bagi anak asuh Raja Isa ini melawan skuad Arema, di Stadion Kanjuruhan, sore ini (22/1).

Menurut pelatih PSMS Raja Isa, usai menahan imbang dua tim besar dari daerah Timur Indonesia sebelumnya, anak-anak tim berjuluk Ayam Kinantan ini terlihat lebih percaya diri untuk memenangi laga ke tujuh mereka.

“Meski kita melakoni partai away, pemain sangat percaya diri bisa mencuri poin di Stadion Kanjuruhan Malang besok (Hari ini, Red),” ungkapnya, Sabtu (21/1).

Menurut pelatih asal Malaysia ini, dengan percaya diri pemain yang semakin meningkat, bukan satu hal mustahil PSMS bisa meraih poin maksimal di luar kandang. “Peluang kita meraih poin dari Arema sangat besar. Namun, walau kita optimis, tetap saja kita tidak boleh anggap remeh terhadap Arema. Mereka merupakan satu tim terbaik di Indonesia,” tuturnya.

Raja Isa mengaku senang bisa bertandang melawan Singo Edan, julukan Arema. “Arema merupakan tim besar di Indonesia. Dan mereka selalu didukung suporter fanatiknya.

Pertandingan melawan tim-tim berpengalaman sangat dibutuhkan PSMS. Meski pemain-pemain kita masih minim pengalaman, kita tetap bertekad bisa mengimbangi permainan Arema. Dan kita akan memberikan kejutan,” tukasnya.

Eks pelatih Persipura ini juga menuturkan, kondisi skuad PSMS sangat bertolak belakang dengan skuad Arema.

“Mereka memiliki banyak alternatif pemain untuk diturunkan dalam menyempurnakan strategi dan taktik. Seperti Seme Patrick, Khusnul Yuli, Firmansyah juga Marcio Souza. Dan pastinya mereka juga ingin memperbaiki peringkat.

Ini yang harus kita waspadai,” ujarnya.

“Kita sudah beberapa kali bertemu dengan tim besar. Kami siap, apa pun formasi atau strategi yang bakal diterapkan Arema. Termasuk juga mengantisipasi tendangan bebas Marcio, karena jika tendangan bebasnya gagal terus, ia akan frustasi,” tutur mantan pelatih Persiram itu.

Sementara itu, Skuad Arema juga memiliki spirit tanding tersendiri kala menjamu tamunya. Dengan spirit itu, tim yang sampai tujuh laga belum pernah menang itu yakin PSMS Medan akan menjadi korban perdananya. Arema juga punya misi segera beranjak dari zona degradasi yang masih melilitnya.

Sampai kini, Arema ISL masih nangkring di peringkat ke 17 klasemen sementara, dengan mengemas poin 2, hasil dari dua seri dan lima kekalahan.

Arema masih tertinggal empat poin dari tim peringkat ke 15, zona aman degradasi Persidafon Dafonsoro yang sudah mengemas 6 poin. Jika mampu meraih poin absolut, Arema ISL bisa mereduksi jarak dengan Persidafon.

Peluang Arema ISL untuk meraih kemenangan cukup terbuka. Dari sisi materi pemain, Arema bisa dibilang tidak kalah dengan PSMS.

Memang, PSMS punya satu nama top yang dalam beberapa tahun belakangan menjadi penjaga gawang utama timnas Indonesia, Markus Haris Maulana. Namun di luar nama Markus, tim berjuluk Ayam Kinantan itu hanya diperkuat materimateri lokal seperti Zulkarnain hingga Novi Hendrawan.

“Bagaimanapun, kita menganggap kekuatan klub-klub ISL cukup merata,” kata Kuncoro, asisten pelatih Arema.(saz/muf/abm/jpnn)

9 Ranting Pramuka Deliserdang Ikuti Gita 2012

BATANG KUIS – Sebanyak 800 peserta mengikuti lomba Kegiatan Terpadu (Gita Padu) Pramuka 2012 yang digelar di Desa Sidodadi Kecamatan Batang Kuis, Jumat-Minggu (20-22/1) Peserta berasal dari anggota pramuka siaga, penggalang, penegak dan pembina.

Mereka mewakili sembilan kecamatan di Kabupaten Deliserdang.

Panitia pelaksana Gita Padu 2012 Edi Suprianto yang menjabat sebagai Kepala Harian Kwartir Ranting Batang Kuis mengatatakan tujuan di gelarnya Gita Padu 2012 untuk mangatahui peserta didik selama berlatih di pangkalannya masing masing.

Kegiatan Gita Padu ini juga akan menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam kode kehormatan gerakan pramuka serta menjadikan anggota pramuka lebih mandiri, peduli, bertanggung jawab terhadap diripribadi, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Selain itu Gita Padu Ini sebagai wahana dalam menjalin persaudaraan sesame anggota gerakan pramuka.

Kata Edi Suprianto yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis, dalam ajang Gita Padu ini banyak jenis cabang yang di perlombakan. Untuk siaga lomba dwi dharma dan dwi satya berupa water games, guki estafet dan puzzel.

Untuk penggalang pangkalan tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada lomba ketangkasan barisberbaris, lomba tata upacara, pionering hafalan UUD 1945, tari kreasi daerah, hasta karya, water games, salat jenazah, dan lomba memasak.

Untuk penegak lomba tata upacara beruapa baris-berbaris, volk vong, bilal jenazah,dan lomba memasak.

Hadir dalam acara pembukaan Gita Padu 2012 Kepala Mabiran Batang Kuis yang juga Camat Batang Kuis T.M.Zaki Aufa S.Sos, Danramil 05 Batang Kuis, Kapten Inf M Sirait, Wakapolsek Batang Kuis AKP Sudarsono, Pengurus Kwarcab Kabupaten Deliserdang, 10 Kepala Desa se Kecamatan Batang Kuis serta Kepala Cabang Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Batang Kuis.

Kepala Mabiran Batang Kuis T M Zaki Aufa S.Sos menyampaikan rasa bangganya karena pramuka Batang Kuis pada tahun 2012 ini meraih juara 1 se-Kabupaten Deli Serdang, Wakil Kecamatan Batang Kuis akan mengikuti lomba tingkat cabang pada raimuna daerah tingakat Sumatra Utara nanti.

“Tahun 2011 Kecamatan Batang Kuis mengirimkan utusannya pada Jambore Nasional di Teluk Gelam Sumatera Selatan dengan mengirim utusannya sebanyak 15 orang peserta dan 4 orang pembina.,” terangnya. (ari)

Sayang Ngetop Karena Gosip Aneh

Nerra ‘Tangga’

AGAR tetap eksis di dunia hiburan bukan perkara mudah. Namun, personel grup Tangga ini merasa jualan sensasi bukan lah jalan aman untuk ngetop khususnya di dunia tarik suara. “Gue nggak banget lah jualan sensasi. Itu kayak jalan pintas. Gue kurang suka sama artis yang gede banget sensasinya dari pada karyanya,” kata Nerra.

Gadis kelahiran Jakarta, 2 Januari 1985 ini yakin jualan sensasi akan mubazir jika karya sang artis tidak diapresiasi. Apalagi bila gosip semula hot perlahan dingin, artis model begitu sulit lagi eksis.

“Sayang dong, lo punya karya bagus, tapi ngetopnya cuma garagara gosipnya yang aneh-aneh. Lo capek-capek berkarya tapi karya lu gak dilihat orang,” katanya.

Baginya tak ada jalan pintas untuk meraih kesuksesan. Semua harus merangkak dari bawah. Apalagi untuk artis yang dunianya begitu “gemerlap”. Filosofi ini dicamkan betul Nerra dan personel lain di Tangga. Mereka selalu update jualan karya.

“Kita terus mengembangkan kemampuan bermusik. Terus berlatih.

Terus berkarya. Orang kan pengen selalu lebih bagus, bisa mendengar dan menikmati musik kita,” terangnya.

Namun semua pilihan berpaling ke pribadi masing-masing. Nerra tak mau menyalahkan si artis yang jualan sensasi lewat foto dan pose syur. Kalau pun sensasi itu membesar, tetap harus diiringi performance yang sepadan dari sang artis. “Aware pada diri sendiri. Kalau kita bidangnya nyanyi, kita harus bisa nyanyi,” ucapnya.

Saat ini banyak bermunculan musisi yang jualan sensasi. Sebut saja boyband dan girlband. Mereka nyatanya cukup digemari. Apa merasa tersaingi? “Kalau memang kita punya bakat dan punya karya lebih bagus, bukan masalah kan,” tuturnya bijak. (bcg/jpnn)

Pegawai Honorer RSU Pirngadi Keluhkan Gaji

MEDAN- Tenaga honorer RSU dr Pirngadi Medan, keluhkan gaji yang masih di bawah standar upah minimum kota (UMK).