25 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14052

AY Nasution Cagubsu, Gatot Jadi Wakil

Prediksi Kiprah Partai Demokrat di Pilgubsu 2013

MEDAN-Secara tersembunyi, Panglima Kostrad Mayjen TNI Azmyn Yusri Nasution masuk dalam posisi teratas untuk diusung menjadi Calon Gubernur Sumatera Utara (Cagubsu) periode 2013-2018 dari Partai Demokrat. Sementara untuk posisi wagub, partai berlambang segitiga biru itu disebut-sebut akan meminang incumbent, Gatot Pujo Nugroho.

Pada posisi yang sama, Ketua DPD Partai Demokrat Sumut, HT Milwan semula digadang-gadang menjadi Cagubsu harus menelan ludah. Pasalnya, DPP Partai Demokrat menganggap mantan Bupati Labuhan Batu tersebut memiliki pandangan lain pada Musyawarah Nasional (Munas) lalu.

Pengamat politik, Drs Nuzirwan Lubis MSP membeberkan, benar nama AY Nasution masuk dalam bursa, bahkan posisinya teratas dibandingkan sejumlah tokoh lainnya di Sumut Hal itu dikarenakan AY Nasution memiliki hubungan langsung dengan pengurus Partai Demokrat di pusat.

Dia menyebutkan, restu AY Nasution untuk maju sebagai Cagubsu dari Partai Demokrat berasal dari sosok penentu Partai Demokrat. Dengan mengantongi tiket itu, AY Nasution, tinggal memantapkan pencitraan ke seluruh masyarakat.

“Restunya sudah lebih 50 persen AY Nasution maju ke Cagubsu, bahkan sekarang sudah ada beberapa tim-nya bekerja di Sumut,” kata dosen USU, Jumat (20/1).

Nuzirwan membeberkan, HT Milwan yang sebelumnya disiapkan untuk maju menjadi Cagubsu, kini hanya sebatas menunggu kebijakan baru di partai berkuasa itu. HT Milwan disebut tak akan dicalonkan pada Pilgubsu, bahkan untuk posisi wakil pun tidak. “Itu karena track record dan hubungannya secara pribadi dengan DPP Partai Demokrat,” sebutnya.

Ketika ditanya mengenai siapa Cawagubsu yang dipaketkan dengan AY Nasution, Nuzirwan menyebutkan, kemungkinan besar tokoh dari suku Jawa. Paket itu seperti pembahasan yang dihitung berdasarkan jumlah masyarakat dari sisi etnis. “Jadi pasangannya tetap dari suku Jawa,” tegas.

Beberapa waktu lalu, paparnya AY Nastion sempat melamar T Erry Nuradi sebagai wakilnya, namun itu kembali dimentahkan karena ada pembicaraan lain yang tidak klop. Sedangkan dengan Gatot Pujo Nugroho ada kemungkinan, tapi masih relatif kecil persentasenya. “Biasanya untuk posisi wakil akan diputuskan langsung oleh ketetapan partai pengusung,” katanya.

Lebih lanjut, dia menyebutkan sekarang ini sudah ada gerakan untuk persiapannya. Selain tim sudah mulai dibentuk dan bergerak, tokoh lainnya juga sudah menebar pesona melalui sejumlah posternya. Lihat saja, Gatot Pujo Nugroho sudah memajang wajahnya melalui spanduk dan baliho mulai Langkat hingga Labuhan Batu Selatan. “Jadi sekarang ini sudah mulai muncul sejumlah tokoh untuk maju, tapi secara kekuatan angkanya masih relatif sama.

Termasuk Gatot yang sudah menjadi Plt Gubsu,” sebutnya
Ketika disinggung nama Rahmat Shah, Nuzirwan menyatakan, justru sangat kecil kemungkinannya. Walaupun dianggap pernah membuktikan membawa SBY menang di Sumut.

Sementara itu, Ketua DPP Partai Demokrat, Sutan Bathoegana mengatakan, belum ada keputusan AY Nasution menjadi Cagubsu dari Partai Demokrat. Silahkan menyebut dan isu bersebaran, tapi Partai Demokrat tetap melalui poling dan survey dalam memutuskan siapa yang akan dicalonkan.

“Bisa incumbent, pihak eksternal ataupun kader sendiri. Tapi untuk kader belum ada sampai sekarang ini karena belum mampu,” katanya.
Dia menambahkan, bila AY Nasution dari poling menonjol populeritasnya, maka ditunjuk. Tapi, bisa jadi incumbent yang akan diusung. “Itu tergantung hasil poling,” tegasnya.

Sutan menegaskan, Partai Demokrat tetap menginginkan Gubsu periode 2013-2018 merupakan Gubsu bersih, berani dan merakyat (BBM). “Karena kita sudah punya presiden yang BBM, jadi Gubsu mendatang harus BBM,” sebutnya.

Di antara sejumlah nama yang muncul tersebut, ada beberapa nama yang dianggap berjasa kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), seperti anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Rahmat Shah. Pengusaha yang belakangan jadi politisi, dianggap bisa menggeser AY Nasution.

“Belum, nanti di bulan Maret kami buat survey terlebih dahulu baru dilakukan penerimaan,” kata Sutan. (ril)

PDI P Sumut: Jangan Lantam!

Sejumlah anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjua ngan (PDI P) DPRD Sumut, jengah dengan pernyataan Ketua Fraksi PDI P DPRD Sumut Budiman Nadapdap di media. Letak persoalannya adalah keberadan Budiman Nadapdap, yang memberi pernyataan mengatasnamakan dirinya sebagai Pelakasana Tugas (Plt) Ke tua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI P Sumut.

“Ini nggak beres. Ada apa-apa ini. Jangan lantam-lantam, mengaku jadi Plt. Belum ada yang jadi Plt. Semua ada mekanismenya Jangan karena saya anggota, tidak bisa melaporkan ini ke pusat. Sini kalau ada rekamannya, biar saya laporkan ke pusat. Saya juga punya link ke pusat,” tegas anggota Fraksi PDI P DPRD Sumut Effendi S Napitupulu, ketika berbincang dengan Sumut Pos di ruang anggota Fraksi PDI P lainnya, Brillian Moktar.

Mengenai sosok yang akan diusung PDI P, Effendi menegaskan, belum ada keputusan siapa yang akan diusung. Karena sejauh ini, PDI P masih akan membuat penjaringan.

“Belum ada siapa orangnya. Belum ada keputusan DPD,” ungkapnya.
Mengenai hal itu, politisi senior PDI P Syamsul Hilal juga menilai, jika Budiman Nadapdap menyatakan, dirinya Plt Ketua DPD adalah hal yang keliru.
“Belum, belum. Dia (Budiman Nadapdap, red) masih wakil ketua. Ketua masih Panda Nababan, dan saya Ketua Dewan Pertimbangan Sumut. Keliru itu. Budiman masih wakil ketua,” tegas Syamsul.

Jadi siapa yang nantinya akan diusung PDI P? Mengenai hal itu, Syamsul Hilal juga menegaskan, belum ada sosok yang diusung karena PDI P belum membuka pendaftaran calon untuk Pilgubsu. “Belum dibuka pendaftaran.

Kita punya harga diri, begitu juga dengan partai-partai lain. Tidak begitu saja melirik atau meminang. Calon-calon itu yang datang ke kita, bukan kita yang meminang,” katanya.
Sosok yang seperti apa yang menurutnya layak maju dan didukung?

Berdasarkan pandangannya, sosok yang layak maju menjadi Gubsu adalah sosok yang memiliki concern penuh terhadap masalah-masalah yang dihadapi rakyat Sumatera Utara, misalnya masalah tanah dan petani.
Bagaimana dengan Rahmat Shah yang relatif memiliki perhatian dengan masalah tanah?

Menurutnya, Rahmat Shah sejauh ini masih lebih terkesan formalisme. Tapi, jika memang benar Rahmat Shah concern untuk menyelesaikan masalah tanah di Sumut, maka Rahmat Shah layak untuk menjadi Gubsu.

Gatot? Untuk sosok yang saat ini menjabat Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu, menurutnya, juga tidak layak untuk menjadi Gubsu. “Dari kebutuhan Sumatera Utara, Gatot nggak layak. Dia hanya menyelesaikan masalah tanah, dari sisi adminitrasi. Ini kan persoalan besar,” ungkapnya.

Secara terpisah, Ketua Fraksi PDI P Sumut Budiman Nadapdap yang dikonfirmasi Sumut Pos via telepon menyatakan, pernyataannya mengenai sosok yang “katanya” dilirik PDI P mengatakan, apa yang dikemukakannya adalah sebatas membaca peta kekuatan calon-calon yang ada. “Itu sebatas membaca peta politik calon-calon yang akan maju. Karena memang belum ada keputusan DPD,” jawabnya.

Bagaimana dengan jabatannya, yang juga “katanya” sudah menjadi Plt Ketua DPD PDI P? Terkait hal itu, Budiman tetap menyatakan, dirinya telah menjabat Plt Ketua PDI P. “Saya yang melaksanakan tugas. Kalau Plt di partai ini, tidak seperti pejabat pemerintahan yang pakai surat dan sebagainya,” tambahnya.
Sementara itu, untuk mengajukan satu pasangan calon, maka satu partai mesti memiliki 15 persen suara atau dengan kata lain memiliki 15 kursi di legislatif.

Nah, dengan aturan itu berapakah jumlah uang untuk membeli satu kursi, bila ingin mengajukan satu pasangan calon yang diusung pada Pilgubsu 2013 mendatang, khususnya bagi partai yang harus berkoalisi dengan partai lain.
Menyikapi hal itu, berdasarkan penuturan Ketua Dewan Pertimbangan DPD PDI P Sumut Syamsul Hilal, pada tahun 1998 dan 2003, berdasarkan informasi yang diperoleh untuk satu kursi dihargai Rp500 juta.

Apakah di Pilgubsu 2008 lalu, harga satu kursi dibanderol antara Rp500 juta hingga Rp2 miliar? “Kalau di tahun 2009 lalu, pemilihan secara langsung. Pemilihan melalui dewan tahun 1998 dan 2003, isunya satu kursi setiap DPRD itu dapat Rp500 juta. Kalau tahun 2008 lalu, secara langsung. Ya mungkin-mungkin saja,” jawabnya.(ari)

Mengaku Atheis, PNS Sumatera Barat Ditahan

DHARMASRAYA-Seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Dharmasraya, Alexander Aan (30) resmi ditahan, Jumat (20/1). Sebelumnya, Alexander mengaku sebagai atheis dalam sebuah akun Facebook yang ternyata meresahkan masyarakat.

Kapolres Dharmasraya, Komisaris Besar Polisi Chairul Aziz mengatakan bahwa Alexander ditahan atas tuduhan penistaan agama. Jika terbukti dia bisa menerima hukuman penjara selama lima tahun Sebelumnya, Kamis (19/1), Chairul berpendapat bahwa setelah menginterogasi Alexander, dia tidak melakukan pelanggaran apapun dengan menjadi atheis. “Tapi  dia salah tempat, dia tidak bisa bebas untuk menganut kepercayaan karena Indonesia ini negara ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,” ujar Chairul.

Alexander, yang berdinas di Bappeda kabupaten Dharmasraya, pada Rabu (18/1) didatangi oleh sekelompok masa yang diduga kesal karena pengakuannya sebagai atheis. Dia diketahui mengelola laman Facebook yang dinamai Atheis Minang. Laman itu kini telah dihapus.

“Dia awalnya buka akun Facebook perorangan atas nama Alexan. Lalu membuat grup Atheis Minang. Di grup itu dia adminnya,” ujar Chairul Aziz, Jumat (20/1).

Grup itu menulis identitas sebagai Urang Minang nan indak picayo ka tuhan, malaikat, setan, jin, antu balau, sarugo jo narako, sarato mitos-mitos apapun juga.

Kepada polisi, Alexander hanya mengatakan bahwa dia tidak mempercayai Tuhan karena banyak hal buruk yang terjadi di mana-mana. Menurutnya, bila Tuhan memang benar ada, pengasih, dan penyayang maka hanya hal-hal baik yang terjadi.

Alexander lahir sebagai penganut Islam. Namun ketika dia  memasuki bangku sekolah dasar, dia mulai meninggalkan kepercayaan dan ibadahnya lalu memutuskan untuk menjadi seorang atheis.

Chairul Aziz menambahkan, akan menyelesaikan kasus ini dan menyerahkan berkasnya kepada kejaksaan dalam waktu sekitar dua minggu. “Kira-kira dalam waktu seminggu lebih sedikitlah kami akan serahkan kepada kejaksaan,” katanya.

Meski resmi ditahan, Pemkab Dharmasraya belum mengambil sikap. “Kita saat ini menunggu proses hukum dan menghormati proses hukum, setelah itu baru diproses sesuai aturan yang ada untuk PNS. Jika ia dinyatakan bersalah atau melanggar hukum tersebut, maka Pemkab Dharmasraya akan mengambil sikap,” ungkap Bupati Dharmasraya H Adi Gunawan, ketika membesuk Aleksander Aan di Mapolsek Pulaupunjung, Kamis (19/1).

Adi Gunawan mengatakan, kasus seperti baru pertama kali terjadi di Kabupaten Dharmasraya. Maka masalah ini dijadikan introspeksi diri: kenapa ini bisa terjadi pada CPNS.

“Apakah sistem rekrutmen terhadap CPNS selama ini yang salah atau bagaimana? Secara kasat mata, saya melihat,  psikologis oknum tersebut sudah terganggu,” kata Adi Gunawan.
Sebelumnya, Alexander diamankan Polsek Pulaupunjung. Dia diamankan dari amuk massa yang tidak menyukai keyakinannya sebagai seorang atheis.

Menurut Kapolsek Pulaupunjung AKP Nofrial SE, pengamanan diawali laporan masyarakat bahwa ada kericuhan di dekat kantor Bappeda Dharmasraya. “Saat anggota kami ke lokasi, dia sudah dikerumuni orang-orang. Makanya kami mengamankannya ke Mapolsek,” ujarnya, Kamis (19/1).

Saat ini Alexander, menurut Nofrial, sudah dijadikan tersangka, sesuai dengan laporan Majelis Ulama Indonesia setempat. “Facebook yang dikelolanya itu sudah lama meresahkan warga,” ujarnya.

Alexander diduga melakukan penistaan agama. Dia bisa dituntut Pasal 156 KUHP dengan pidana penjara maksimal 5 tahun.
“Pada handphone Aleksander juga ditemukan hasil komunikasi dengan temannya sesama atheis di Timur Leste dan saat ini HP yang bersangkutan sudah disita,” kata Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Pandham Mulyadi.

Aleksander merupakan putra pertama dari empat bersaudara pasangan Armas dan Nuraina. Armas adalah PNS yang tercatat di Pemkab Solok Selatan dan Nuraina berdagang. Memang, kata Armas, anaknya tersebut semenjak kuliah di Bandung sedikit pendiam dan tidak terbuka. “Namun hal itu tidak menjadi perhatian khusus darinya dan ia beranggapan positif saja,” kata Armas.

Keputusan polisi yang cepat menetapkan Alexander sebagai tersangka disayangkan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. “Kami ingin mengingatkan kepada polisi untuk berhati-hati dalam kasus ini,” kata anggota Komnas HAM, Johny Nelson Simanjuntak. “Dari segi HAM sebenarnya menentang orang yang tidak percaya Tuhan itu tidak dibenarkan juga,” tambahnya.

Dia menambahkan, lembaganya akan mengkaji kasus ini dan berencana untuk bertemu dengan polisi yang menangani kasus tersebut.
“Kita akan melakukan penyelidikan soal itu agar lebih jelas. Saya akan minta klarifikasi kepada polisi apakah dia memang memprovokasi orang supaya tidak bertuhan ataukah apakah kegiatannya sehingga dia ditangkap,” tegasnya. (bbs)

Dua Kubu Masyarakat Nyaris Bentrok

Rebutan Lahan Eks HGU PTPN 2 Sei Semayang

BINJAI-Arahan dari pihak Polsek Binjai Timur dan Lurah Tunggurono ternyata tak mampu menahan gejolak warga di sekitar lahan eks Hak Guna Usaha (HGU) PTPN 2 Sei Semayang. Dua kubu masyarakat di kelurahan itu tetap bersikeras untuk menguasai lahan di areal yang sama. Akibatnya, bentrok fisik nyaris kembali terjadi, Jumat (20/1), sekitar pukul 12.00 WIB.

Keterangan dihimpun Sumut Pos di lokasi lahan yang diperebutkan, ketegangan berawal saat anggota Parlin, selaku ketua kelompok tani Setiakawan, kembali memasuki lahan eks HGU PTPN 2.  Saat dirinya masuk ke areal lahan yang tak jauh dari rumahnya itu, puluhan masyarakat Tunggurono yang disebut-sebut diketuai oleh Cetut ternyata juga sudah berada di lahan tersebut.

Spontan, puluhan masyarakat yang sedang bercocok tanam di atas lahan eks HGU PTPN 2 langsung berang. Pasalnya, Parlin serta puluhan anggotanya sebelumnya sudah diusir oleh warga.

Beruntung, petugas Polsek Binjai Timur, yang sejak awal sudah mengetahui langkah Parlin langsung melakukan pengamanan. Bahkan, Kapolsek Binjai Timur, AKP Ismui, juga turun ke lokasi. Tak lama setelah itu, Parlin menarik mundur puluhan anggotanya dan berkumpul di sebuah rumah warga tak jauh dari lokasi lahan yang direbutkan itu.

Kapolsek Binjai Timur, AKP Ismui, kepada Sumut Pos menerangkan, bahwa kedua  kubu warga itu sudah sering dipertemukan untuk tidak bentrok saat memasuki lahan. “Untung saja kejadian ini diketahui oleh anggota kita. Kalau tidak, adu fisik pasti terjadi,” ujar AKP Ismui.

Lebih jauh dikatakan AKP Ismui, untuk kasus lahan eks HGU PTPN 2 ini, pihaknya hanya berharap agar kedua kubu masyarakat dapat bersatu. “Kalau ingin menanami, ya tanamilah. Kalau memang mau ambil upahan, ya masing-masing kelompok hendaknya saling berkoordinasi agar tidak ada bentrok fisik yang terjadi. Sehingga, situasi di Binjai tetap kondusif,” harapnya.

Sementara itu, Sekretaris Lurah Tunggurono, Sabar Harahap, yang juga ikut turun bersama Kapolsek Binjai Timur, menerangkan, kalau masyarakatnya sangat sulit untuk diimbau. “Saat ini masyarakat bersikeras untuk tetap menguasai lahan ini tanpa memberikan kelompok atau warga lain di luar Lurah Tunggurono ini,” kata Sabar Harahap.

Sedangkan dari langkat, segenap karyawan PTPN 2 Kebun Batang Serangan Kecamatan Batang Serangan meminta Kapolres Langkat, AKBP H Mardiyono, merekomendasikan pencopotan Kapolsek Padang Tualang AKP Azhari ke Mapoldasu. Pasalnya, pejabat kepolisian itu dinilai berlaku tidak adil dalam penyelesaian kasus.

Manajer kebun, Rusdi Yunus Harahap, ketika mengomandoi segenap karyawan maupun serikat pekerja kebun (SPBUN) kepada Kapolres Langkat AKBP H Mardiyono didampingi Kabag Ops Kompol Suyudi, Kasat Reskrim AKP Aldi S dan Kasat Intelkam AKP Asril dalam pertemuan di aula Mapolres, Jumat (20/1), keluhkan kinerja Kapolsek karena diduga berpihak kepada kelompok mafia getah.

“Karyawan kami menjadi korban penyerangan, bukan hanya rumah dihancurkan serta hartanya disikat tetapi berimbas juga kepada keluarganya yang merasa cemas ketakutan dihantui penyerangan itu. Anehnya malah menjadi tersangka, padahal berupaya membela diri dari penyerangan ketika itu,” kata Manajer Kebun Batang Serangan, Rusdi Yunus Harahap, di Aula Mapolres Langkat, Jumat (20/1).

Dikisahkan, kronologi penyerangan terhadap Samino (42) warga Dusun Jati Mulyo Desa Sei Banban Kecamatan Batang Serangan dilakukan sekelompok orang diduga mafia getah dipimpin KG. Permintaan kelompok tersebut, agar getah dijual kepada mereka ditolak Samino dan itu menjadi pemicu penyerangan terhadap korban serta keluarga.

“Kami minta tangkap pelaku pengrusakan rumah Samino, kenapa pengaduan pelaku langsung ditanggapi Kapolsek, sementara laporan korban setelah rumahnya diserang dan dihancuri dibiari saja,” ditambahkan dia.

Kasat Reskrim, AKP Aldi Subartono, kepada karyawan ini mengaku permasalahan dihadapi polisi karena tidak adanya saksi bersedia memberikan keterangan. “Memang penanganan kasus ini di Polsek Padang Tualang, bukan disini. Tetapi info kita terima, kendala dihadapi petugas karena kurangnya saksi pihak Samino jadi perkaranya terkendala. Sementara itu, pihak pelapor memiliki saksi yang mendukung dan karena itulah berkas perkaranya Samino lengkap,” jelas Aldi.

Namun demikian, sebut Aldi, direncanakan gelar perkara dilaksanakan Rabu (25/1) mendatang, sekaligus mengundang kesediaan karyawan menghadirinya di Mapolres. Aldi menegaskan, polisi tidak berpihak kepada mafia seperti dugaan sebelumnya. “Kita tidak ada kompromi dengan yang namanya mafia, kalau salah kita sikat. Kita tidak perduli itu, siapapun,” tegas Kasat.

Kapolres Langkat, AKBP H Mardiyono, mengutarakan pihaknya terbuka menerima informasi tentang keterlibatan personel (Polres) memback-up aksi dugaan mafia dimaksud.  “Kalau memang ada anggota Polres membekingi atau terlibat dibarisan mafia itu, langsung beritahukan maka saya akan langsung turun ke sana,” pinta Kapolres. (ndi/mag-4)

Diancam Mati Eks Kapolda

Shinta Bachir

Merasa keselamatan jiwa dan keluarganya terancam, Shinta Bachir bikin pengakuan mengejutkan. Spesialis film horor ini katanya telah diancam bunuh oleh eks Kapolda Metro Jaya. Ancaman yang seperti nya terkait skandal asmara. Tapi sayang, Shinta enggan jelas mengungkap siapa eks Kapolda itu. Cuma diberi clue, dirinya sudah lama intim dengan sang jenderal.

“Yang jelas, saya kenal beliau cukup lama. Sudah dekat sekitar dua tahun,” ujar Shinta. Sudah tiga minggu terakhir Shinta diteror. Bahkan keluarganya pun turut mendapat ancaman yang sama.
“Namanya diancam kan semua juga tidak nyaman. Ini kan bukan hal biasa. Ini serius,” ujarnya.

“Saya bisa membunuh keluarga kamu’ demikian salah satu ancaman yang diterima Shinta baik lewat sms dan telepon. Karena terus mendapat ancaman, perempuan asal Wonosobo itu berkonsultasi dengan pengacara.

“Saya ke kantor Pak Rifai karena merasa saya dan keluarga terancam kenyamanan dan keselamatan. Saya butuh perlindungan,” ungkap Shinta.
Rifai belum bisa mengambil kesimpulan pasti mengenai kasus ini. Dia menduga motif ancaman lantaran si eks Kapolda merasa di kecewakan oleh Shinta.
“Kecewa ya mungkin pastinya. Mungkin kita belum membuka dahulu motivasinya pengancam ini. Masalah ada apa sebenarnya itu bukan domain kita,” beber Rifai.

Pastinya, Rifai segera menindaklanjuti ancaman mati ini. Dia siap membawa kasus ini ke jalur hukum. “Ini kan tindak pidana. Kejahatan IT (teknologi informasi) juga. Makanya kami akan mempelajari karena menakut-nakuti orang itu kan jelas pidana. Disayangkan mantan penegak hukum di Indonesia mengancam. Sangat aneh,” pungkasnya. (bcg/jpnn)

Ulos, Identitas dalam Sebuah Kain

Dihadiri oleh sosialita Kota Medan, fashion show yang mengangkat ulos sebagai kain tradisional Batak kembali digelar. Pagelaran yang dilaksanakan di salah satu ikon Kota Medan, Rumah Tjong A Fie yang terletak di Jalan Ahmad Yani Medan ini, juga turut dihadiri oleh Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Meutia Hatta.

Selain peragaan busana, dalam pameran yang diadakan oleh Torang Sitorus ini juga menampilkan berbagai jenis ulos yang merupakan koleksinya. “Bajunya untuk menunjukkan bahwa ulos dapat digunakan dalam berbagai kesempatan, sedangkan pameran ulos ini untuk menunjukkan banyaknya jenis ulos dengan berbagai corak yang melambangkan sebuah makna tertentu,” ujar Torang.
Pangelaran yang dilakukan pada Jumat (20/1) kemarin ini menimbulkan decak kagum dari Meutia Hatta, bagaimana tidak, anak muda berani ber gerak untuk mengembalikan kebudayaanya.

“Saya sangat antusias dengan apa yang dilakukan Torang, jiwa muda tetapi tidak western, bahkan bisa dibilang sangat mencintai kebudayaannya,” ujar Meutia.

Menurut Meutia, untuk menjadi seorang Torang, bukan hanya dibutuhkan uang dan waktu. Tetapi juga semangat agar tidak gampang menyerah. “Semangat Torang sebagai anak muda patut diacungi jempol, kalau dia konsisten kita pastikan ulos tidak akan hilang dimakan zaman,” ujar Meutia.

Pelebaran sayap yang dilakukan Torang bukan hanya di Indonesia, bahkan Eropa seperti Perancis sudah melihat secara langsung koleksi ulos Torang. “Kemarin kita buat pameran di Paris, untuk memperkenalkan kepada dunia, dunia mode tentunya tentang ulos,” tambah Torang.

Torang, sebagai kolektor menyatakan bahwa Ulos cocok digunakan oleh siapa saja dan kapan saja, karena pada dasarnya, suku Batak menggunakan ulos untuk dikenakan dalam sehari-hari. “Saya hanya ingin meyakinkan masyarakat, ulos dapat digunakan oleh siapa saja dan kapan saja karena ulos merupakan pakaian sehari-hari pada masa dulu,” tambah Torang.

Sebanyak 20 pakaian yang dipamerkan, semuanya sangat serasi bila disanding dengan ulos. Bukan hanya itu, kesan elegan terpancar dari kain ini. Karena pada dasarnya, warna ulos menggunakan warna gelap, maka sangat cocok untuk dipadu padankan dengan berbagai warna. “Sangat cocok dipadu dengan berbagai warna, karena pada dasarnya, warna gelap sudah mendominasi,” tambah Torang.

Nah, bagi yang berminat untuk memiliki baju dan ulos dari Torang Sitorus, maka dapat dengan harga mulai dari Rp3 juta hingga Rp10 juta. “Dalam pangelaran ini, harga baju yang kita tawarkan mulai dari Rp3 juta hingga Rp10 juta,” ungkap Torang. (ram)

Seperti Dangdut, Banyak yang Suka, tapi Malu-Malu

Upaya Membawa Es Cendol Jadi Minuman Nasional

Minuman cendol sudah sangat merakyat. Lewat terobosan kreatif, manajemen Es Cendol Elizabeth berambisi menjadikan minuman tersebut makin populer hingga tingkat nasional.

AGUNG PUTU-THOMAS K, Jakarta

Stan Es Cendol Elizabeth di pergelaran Wirausaha Muda Mandiri (WMM) yang diadakan Bank Mandiri di Jakarta Convention Center (JCC) kemarin (20/1) terlihat ramai. Beberapa orang mengantre di stan dengan dominasi warna hijau tersebut. Mereka penasaran dengan es yang warna hijau cendolnya dibuat dari ramuan daun suji dan pandan tersebut.

Sama dengan sebagian besar wirausaha di JCC, Es Cendol Elizabeth juga menggunakan model waralaba. Tetapi, mereka tidak mau mematok harga terlalu tinggi. Hanya Rp6,5 juta. Itu sudah termasuk booth dan peralatan membikin minuman segar tersebut.

“Kami tidak mau memasang harga tinggi. Yang penting bisa masal biar es cendol semakin populer. Kalau terlalu mahal, nanti orang tidak segera buka usaha. Harganya segitu karena kami tidak mematok royalty fee,” kata Abdul Gani, salah seorang direktur di Es Cendol Elizabeth.

Es Cendol Elizabeth saat ini sedang berupaya membawa minuman tradisional tersebut agar populer di kalangan anak muda Mereka ingin es cendol populer seperti minuman berenergi yang banyak digemari. Caranya, memperbaiki packaging dan persepsi masyarakat tentang es cendol.

“Es cendol ini banyak yang suka, tapi malu-malu. Seperti orang suka dangdut. Mereka sungkan kalau ketahuan suka, padahal diam-diam dengerin dangdut. Nah, kita berusaha agar orang minum es cendol dengan bangga,” kata Abdul Gani lantas terkekeh.

Saat ini Es Cendol Elizabeth memiliki 60 gerai. Mereka menargetkan bisa menguasai penyebaran es cendol ke seluruh Jawa. Perusahaan keluarga yang berasal dari Bogor, Jawa Barat, itu juga mulai membuat produk-produknya lebih variatif. Di antaranya dengan mencampurkan wortel, buah-buahan, dan beberapa sayuran ke cendol. Dengan inovasi tersebut, cendol yang diminum bisa sangat baik karena mengandung vitamin dan sarat serat.

Dengan strategi diferensiasi pasar, kata Abdul Gani, mereka berupaya menghapus citra es cendol sebagai minuman jalanan. Mereka juga akan masuk ke hotel-hotel berbintang lima dan beberapa restoran. Tujuannya, cendol bisa sejajar dengan minuman-minuman berkarbonasi yang sudah lebih dulu populer di Indonesia.

Abdul Gani juga berupaya agar es cendol menjadi minuman andalan nasional. Sebab, saat ini sudah terlalu banyak minuman impor. Padahal, kebanyakan minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan. “Minuman tersebut juga belum tentu membuat mereka bugar dan berenergi,” katanya.

Minuman berkarbonasi mengandung banyak gula. Tetapi, gula yang terkandung tidak baik untuk kesehatan. Akibatnya, mereka yang gemar minuman soda tersebut gampang obesitas. Nah, di es cendol, gula yang digunakan adalah gula khusus. Yakni gula Jawa yang  dibuat dari mengumpulkan tetes-tetes pohon aren. “Kami juga sedang berusaha agar es cendol tidak pakai es. Tapi disajikan hangat seperti wedang,” katanya. (*)

Sepasang Remaja Mesum di Parkiran Sun Plaza

Sempat Direkam Petugas, Namun Dihapus Keluarga

MEDAN- Kantor petugas keamanan Sun Plaza mendadak ramai. Pasalnya, Jumat (20/1) sekira pukul 17.00 WIB, sepasang remaja etnis Tionghoa, Felix Wijaya dan teman wanitanya Amoi (bukan nama asli) ketangkap lagi berbuat mesum di dalam mobil Nissan BK 802 K warna silver. Mobil itu terparkir di parkiran mobil blok GM.

Kepada POSMETRO MEDAN (grup Sumut Pos), petugas yang namanya tak mau dikorankan mengatakan, kejadian itu diketahui setelah ada aduan pengunjung. Pasangan itu terlihat sedang buka-bukaan di dalam mobil. Mengetahui hal tersebut pengunjung langsung melaporkan kepada petugas keamanan.

Ternyata apa yang dilihat pengunjung tersebut benar. Bahkan petugas parkir sempat merekam aksi kedua remaja Tionghoa tersebut yang diduga mesum itu. Lalu, petugas menginterogasi keduanya. Namun mereka tak mengaku dan langsung tancap gas. Naas salah seorang petugas parkir yang kebetulan berdiri di depan mobil langsung saja ditabrak.

Menyadari hal tersebut petugas parkir tadi langsung sigap dan melompat ke atas kap mobil.  Seperti di film-film, petugas itu sempat nyangkut di atas kap mobil beberapa meter. Bahkan, mobil itu sempat berusaha untuk menurunkan orang yang ada di atas kap tersebut dengan melakukan gerakan maju mundur, seperti aksi film aksi yang ada di TV.

Syukurnya kedua pasangan yang diduga melakukan mesum tersebut akhirnya menghentikan mobil.
Sebelum diboyong ke pos satpam, pria yang ketangkap mesum tersebut sempat memanggil 2 orang temannya.

Mereka pun sempat terlibat adu pukul.
Di pos satpam juga sempat terjadi keributan, bahkan HP milik petugas parkir yang sempat merekam adegan kedua remaja Tionghoa tersebut sempat diambil oleh pihak keluarga.

Anehnya pihak keamanan Sun Plaza membiarkan hal tersebut, sehingga gambar sebagai bukti mesum kedua remaja Tionghoa tersebut telah terhapus.

Amatan di lokasi, petugas parkir dan kedua remaja yang diduga telah berbuat mesum tersebut berdamai, yang sebelumnya telah sempat pukul-pukulan. (gus/smg)

Masih (kah) Pesta Rakyat

Oleh : Iwan Junaidi
Redaktur Pelaksana Sumut Pos

JIKA kita berada di sebuah warung kopi, selalu ada kisah menarik yang bisa kita ceritakan kepada kawan-kawan kita yang berada di lain tempat. Dari mulai cerita si Iyem penjual jamu, atau tentang si Robert yang menjadi sopir si Ahok.
Semuanya bisa dikemas menjadi sebuah cerita yang menarik.

Terkait harga temu lawak dan jahe, mungkin menjadi cerita si Iyem. Sedang ribut-ribut masalah pembatasan BBM bersubsidi, tentu saja menjadi menu pembahasan si Robert.

Demikian juga ketika si Ahok menyatakan niatnya untuk menjadi orang nomor satu di provinsi ini Hari itu, dengan bangganya si Robert bercerita jika sang tauke bakal mendaftar sebagai bakal calon (balon) gubernur. Namun, ketika sedang asyik-asyiknya bercerita, tiba-tiba saja aura wajah pria kelahiran Pulau Samosir itu berubah tegang.

“Kayaknya tak bisa aku menjadi tim sukses (TS) taukeku itu. Soalnya, tak ada lagi gunanya TS, kalau pemilihan gubernur melalui DPRD. Bah… bisa gagal totallah objekku,” bilang si Robert.
Selanjutnya, sambil matanya menerawang si Robert mengatakan bahwa jika Pilgubsu dilaksanakan secara langsung, maka terbuka kesempatan baginya untuk membeli sebuah mobil, setidaknya sebuah mobil murah produksi anak bangsa bermerk Esemka.

Ya, meski Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Utara telah memutuskan jika Pilgubsu yang rencananya digelar pada 7 Maret tahun depan dilakukan secara langsung, sesuai dengan UU No 23 Tahun 2004, namun beberapa anggota dewan yang terhormat justru berkeinginan agar merekalah yang menentukan siapa gubernur ke depan.

Efisiensi anggaran dianggap menjadi alasan paling sakti untuk mementahkan keputusan Pilgubsu secara langsung yang melibatkan sembilan juta warga Sumatera Utara.

Menurut mereka, bila Gubsu dipilih oleh DPRD, maka anggaran yang dibutuhkan hanya berkisar Rp100 juta sampai Rp200 juta. Sedangkan bila
Gubsu dipilih langsung oleh rakyat, diperkirakan menelan anggaran Rp496 miliar.

Itu belum lagi menghitung dana operasional para calon gubernur, yang diperkirakan mencapai angka sekitar Rp200 miliar sampai Rp500 milar. “Mbok sekali-kali rakyat kecipratan dikit, ora opo-opo toh,” bilang si Iyem sembari mengelap botol jamunya.

Ha..ha..ha.. dalam hati hanya bisa tertawa ketika si Iyem mulai menghitung berapa pendapatannya bila mengikuti sebuah kampanye. “Lumayan lho Mas, kalau seorang calon gubernur ngasih Rp25 ribu sekali kampanye, sementara calonnya ada sepuluh, kan udah Rp250 ribu,” bilang Iyem yang tangannya menari-nari seolah menulis pada keranjang tempat
botol jamunya.

Sana terima, di sini juga terima, meski pada saat pemilihan nantinya, mereka justru merajut mimpi pada sebuah dengkuran teramat panjang, di dipan ataupun spring bed nya yang empuk. Walah… walah….

Terkesan mau menang sendiri memang. Tapi pantaskah mereka dipersalahkan, setelah beberapa pemimpin yang mereka percaya sebelumnya, justru telah membuat kecewa karena tak menepati janji politik yang telah terucap.

Ya.. sudahlah, anggap saja Pilgubsu secara langsung dilaksanakan karena kita menginginkan bumi yang kita pijak, air yang kita minum serta udara yang kita hirup mendapat berkah dari Yang Maha Kuasa. Ingat, Vox Populi Vox Dei. Suara rakyat adalah suara Tuhan.

Jadi, jika rakyat tak lagi memiliki kekuasaan untuk menentukan pemimpinnya, maka sama halnya kita kembali ke zaman entah berentah, ketika seorang pemimpin Dinasti Qin Lord Shang Yang berteori jika rakyat lemah, maka negara menjadi kuat Ingat, zaman sudah berubah.

Si Iyem sudah sering membaca koran dan menonton televisi. Si Robert pun ternyata kerap nguping pembicaraan taukenya si Ahok tentang sistem kenegaraan. Jadi, harusnya kita bangga jika ternyata mereka tak sebodoh, seperti yang diperkirakan. Intinya, jika rakyat kuat (pintar), maka negara pun menjadi kuat. (*)

372 Mahasiswa Nommensen Terima Beasiswa

Saya tak Nyangka Anak Saya Dapat

MEDAN- Universitas HKBP Nommensen memberikan beasiswa kepada 372 mahasiswa berpretasi  dihadapan orangtua mahasiswa di Aula Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen, Jumat (20/1) siang.

“Ini tahap kedua dimana total keseluruhan dari tahap pertama dan tahap kedua ada 372 mahasiswa yang mendapatkan beasiswa. Sudah termasuk kampus Universitas HKBP Nommensen Medan dan Siantar. Wakil Rektor III Universitas HKBP Nommensen, Drs Maringan Panjaitan MSi menjelaskan, Universitas HKBP Nommensen mempunyai dua beasiswa yaitu bantuan bea siswa bagi mahasiswa (BBM) yang kurang mampu dan bantuan beasiswa (PPA) bagi mahasiswa yang berprestasi dari pemerintah.

Ditambahkannya, bagi mahasiswa yang kurang mampu dan berhak mendapatkan beasiswa harus mempunyai IPK 2,75.

“Untuk mahasiswa penerima PPA kriterianya mahasiswa harus berkelakuan baik, benar-benar belajar dengan ditunjukkan transkrip nilai, kehadiran dan nilai IPK di atas 3,00,” sebutnya.
Ditambahkannya, pemerintah harus lebih sering lagi memberikan beasiswa kepada mahasiswa berprestasi dengan harapan agar mahasiswa lebih banyak lagi yang berprestasi.

Menurutnya, mahasiswa yang menjadi penerima bea siswa harus menjadi contoh yang baik kepada rekan-rekannya yang lain dan menjaga nama baik almamater dan mampu mempertahankan prestasinya.

“Harapan dan imbauan saya kepada mahasiswa yang belum menerima bea siswa agar berlomba-lomba mendapatkan beasiswa khususnya kepada mahasiswa yang kurang mampu. Dalam pemberian bea siswa ini kita buka dengan pujian dan doa begitu juga dengan penutupan pemberian bea siswa,” bebernya. Sarila Zebua, mahasiswa Fakultas FKIP yang mewakili mahasiswa berprestasi dengan IPK 3,80 mengaku, dirinya tetap semangat dalam menjalankan proses belajar mengajar.

“Beasiswa yang saya terima ini akan saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Universitas HKBP Nommensen karena telah mempercayai saya menerima beasiswa ini,” ucapnya. M br Sitorus, orang tua yang mahasiswa mengaku, dirinya senang anaknya mendapatkan bea siswa.

“Suami saya seorang pengemudi becak dan saya sangat senang anak saya bisa menerima beasiswa ini. Saya sendiri tidak menyangka anak saya menerima beasiswa  dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena anak saya menerima bea siswai,” ujarnya berlinang air mata.(jon)