27 C
Medan
Tuesday, December 23, 2025
Home Blog Page 14144

Awas Kalah Lagi

PSMS Vs PERSIRAJA

MEDAN– PSMS yang main di Indonesian Primer League (IPL) akan melakoni laga ke-empat melawan Persiraja Banda Aceh di Stadion Teladan sore ini. Di tiga laga sebelumnya, PSMS selalu kalah. Akankah melawan Persiraja mereka mampu meraih tiga angka?

Sebelum menatap laga ini, PSMS sudah menggelar latihan cukup lama. Artinya persiapan bisa dibilang cukup. Recovery pemain juga sudah oke. Pemain juga lebih lengkap.
Kans tim berjuluk Ayam Kinantan untuk menang pun terbuka. Mari kita tilik kekuatan dari lini per lini PSMS saat ini.

Di lini belakang, arsitek asal Italia yang dipercaya membesut PSMS, Fabio Lopez bisa bernafas lega karena hadirnya Vagner Luis dan Goran Gancev. Kedua bek asing ini diyakini mampu mengawal pertahanan dengan baik.
“Kami harus berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan masa paceklik dengan meraih tiga poin,” kata Fabio kemarin.

Di lini tengah, ada gelandang baru asal Korea Selatan Ahn Hyo Yeon. Ahn bisa diplot sebagai pengatur serangan. Memainkan pola 4-4-2, PSMS diharapkan mampu berbuat banyak di sektor serangan yang selama ini dianggap masih kacau.

Nah, di lini depan,  Julio Cesar Alcorse yang punya postur ideal sebagai seorang striker akan diduetkan dengan Jecky Pasarela. Pilihan ini diharapkan mampu merepotkan barisan pertahanan Persiraja asuhan Harry Kiswanto.

“ Kami datang ke lapangan untuk menang, seperti juga di pertandingan mana saja yang kami lakukan,” sambung Fabio yang pernah jadi pemantau bakat Atalanta dan Fiorentina itu.

Optisme memetik poin penuh juga mengalir dari asisten M Khaidir, yang sebelumnya ditunjuk menjadi pelatih kepala. “Menghadapi Persiraja, sebuah kesempatan bagus untuk mendapatkan poin penuh. Tak hanya kami yang rindu kemenangan, para pendukung PSMS juga merasakan hal yang sama,” katanya.

Disamping semangat tiga poin, Khaidir juga tak mau lengah. Apalagi pemain Persiraja tak lagi boleh dianggap sebelah mata. Komposisi skuad tim tersebut belum tak mengalami perubahan dari musim lalu. Kolektivitas bermain Fahrizal Dillah dkk patut diwaspadai.

Namun, sisi positifnya, Khaidir  yang pernah membesut 60 persen skuad Laskar Rencong-julukan Persiraja-cukup paham karakter bermain lawan. “Ada pemain mereka yang perlu diwaspadai, yaitu Diallo Abdoulaye Djibril dan kapten tim Abdul Musawir. Keduanya suka muncul ke depan dan pintar cari peluang untuk mencetak gol,” ungkap Khaidir.

Di tengah ambisiusnya PSMS, Persiraja Banda Aceh malah merendah. Herry Kiswanto lebih memilih tak mau memikirkan kekuatan lawan. Seperti duo legiun asing di sektor pertahanan PSMS atau juga masuknya pelatih asing. Menurutnya sepak bola tak semudah mengucapkan. Kejutan bisa selalu hadir dalam 90 menit dari tim lawan.

“Sebelum bertanding, Saya tetap menghormati kedua tim sama-sama memiliki kans menang. Sepak bola ini sulit untuk diprediksi dan yang terpenting kita harus berusaha,” bebernya. (ful)

Widodo Tangani Timnas U-21

JAKARTA – Widodo C. Putro mendapat tugas baru. Mantan asisten pelatih Rahmad Darmawan di timnas U-23 itu dipercaya menjadi pelatih timnas U-21. Widodo didampingi Liestiadi sebagai asisten pelatih dan Edy Hartos sebagai pelatih kipper.

Mulai sore hari ini Widodo akan memimpin seleksi pembentukan timnas U-21 di lapangan C Senayan. Skuad tersebut akan diturunkan pada turnamen Sultan Hassanal Bolkiah Trophy pada 25 Februari sampai 5 Maret 2012.

“Seleksi pembentukan tim akan kami lakukan tiga hari. 7 sampai 9 Januari di Lapangan C Senayan. Ada 45 pemain yang akan seleksi,” kata Widodo kepada Koran ini kemarin. “Nantinya dari jumlah itu akan kami saring tinggal menjadi 25 pemain saja. Setelah itu kami akan mulai melakukan pemusatan latihan pada  15 Januari,” sambungnya.

Widodo menyatakan pemain – pemain tersebut diambil dari klub-klub yang berkompetisi dibawah PSSI. “Saya kepinginnya semua pemain terbaik di negeri ini diberi kesempatan. Tapi kalau aturannya seperti itu saya tidak bisa berbuat apa-apa,” bebernya.

Sementara itu, kemarin 70 pemain mengikuti seleksi lanjutan pembentukan timnas U-17 yang disiapkan untuk mengikuti International Youth Football Invitation Tournament U-17 yang akan digelar pada 27-29 Januari 2012 di Hongkong. Besok (Minggu, 8/2) para pemain  akan melakukan tes fisik.  (ali/jpnn)

Tak Ada Lagi Ongkosku ke Jakarta…

Cerita Penumpang yang tak Boleh Masuk Pesawat di Polonia

Ketika tiket jurusan Medan-Jakarta habis, beberapa warga terlihat panik di Bandara Polonia Medan. Mereka pun nekat membeli tiket atas nama orang lain. Tak pelak, mereka terhadang, mereka tak boleh terbang.

Laila Azizah, Medan

Misran, warga Labuhan Batu terdiam. Di hadapannya berdiri petugas Security Angkasa Pura II (AP II) bersama POM AU tersenyum sambil memegang tiket. Namun, bagi Misran, senyum manis petugas terasa begitu pahit. Misran berbalik, matanya liar mencari seseorang.
Misran pun melangkah, menelusuri beberapa tempat di Terminal Keberangkatan Domestik Bandara Polonia. Melihat kejadian itu, Sumut Pos langsung tanggap. “Aku tak boleh berangkat sama POM AU dan petugas Security karena tiketku tak sesuai nama di KTP. Sial kali rasanya aku, Mbak. Tak ada lagi ongkosku pulang ke Jakarta,” aku Misran di depan pintu gate Lion Air, Kamis (5/1).

“Aku cari-cari calonya udah tak ada,” tambah pria yang berumur sekitar empat puluh tahunan itu.

Tapi, nasi telah menjadi bubur. Misran hanya bisa menyesali keputusannya percaya dengan calo. Ya, niat ingin pulang ke Jakarta terpaksa harus tertunda karena tiket yang mereka beli dari calo tersebut tidak bisa digunakan. “Aku beli tiket Lion Medan Jakarta harganya Rp1,7 juta dari calo. Awalnya aku tak yakin bisa berangkat pakai tiket nama orang lain yang dijual calo. Tapi, karena aku sudah buru-buru masuk kerja dan tiket di konter sudah habis, aku nekat. Apalagi calo meyakinkan aku kalau tiketnya tak akan bermasalah. Tapi, begitu aku mau masuk pintu gate pesawat, ada pemeriksaan tiket harus sesuai KTP,” jelas Misran.

Begitulah, sulitnya mendapatkan tiket pesawat Medan-Jakarta memang jadi lahan bisnis yang menguntungkan bagi para calo di Bandara Polonia. Aksi seperti ini dilakukan sejak 2 Januari hingga kemarin. Selain Misran, nasib yang sama juga dirasakan Sumiati. Warga Tapanuli Tengah yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jalan Jati Jakarta Selatan ini pun tidak bisa meninggalkan Kota Medan.

Parahnya, tiket yang dibeli Sumiati cukup mahal yakni Rp1,9 juta. Sumiati pun hanya bisa pasrah ketika tak diperbolehkan naik ke pesawat. “Mau bagaimana lagi, ini memang salahku, mau saja tertipu. Awalnya aku ragu, tapi karena si calo bilang tak masalah dengan tiketnya, aku mau saja,” ujar Sumiati dengan mata berkaca.
Kenyataan ini semakin membuat Sumiati sedih karena dia sudah tidak memiliki uang lagi. “Nasiblah, aku tak jadi pulang ke Jakarta karena uangku habis. Terpaksa aku tidur di rumah saudara di Tembung,” ujar Sumiati sambil menangis.

Setelah Sumut Pos telusuri, ternyata masih banyak ‘Misran dan Sumiati’ lain. Setidaknya hal ini diungkapkan Juli Aspita, Area Manager 4 Lion Air Medan. “Sejak tanggal 2 Januari lalu, tiap hari kami mencegah 5 sampai 8 orang penumpang yang memiliki tiket tak sesuai dengan nama di KTP. Mereka beli tiket dari calo dengan harga yang sama bahkan lebih mahal. Kami malah minta bantuan GM AP II Polonia untuk menghadirkan POM AU melakukan pemeriksaan tiket penumpang Lion. Makanya ada beberapa petugas POM AU yang bantu cek tiket penumpang,” ujar Juli di ruang kerjanya.

Dikatakan Juli, aksi para calo tiket di Bandara Polonia terbilang rapi sehingga pihak Lion Air sulit untuk mencegahnya saat membeli tiket. Sebab, mereka menyaru sebagai penumpang dengan membeli tiket Lion. “Kadang-kadang pembelian dilakukan melalui online tiket Lion. Jadi manalah bisa saya tahu pembeli saya itu calo apa bukan karena belinya pakai online seperti calon penumpang lainnya. Kadang-kadang juga belinya jauh-jauh hari dengan booking secara online sehingga dapat tiket dengan harga murah,” ujar Juli Aspita.

Menurut Juli, aksi mengambil kesempatan di dalam kesempitan yang dilakukan calo tersebut tak terlepas dari mahalnya harga tiket penerbangan di arus balik libur Tahun Baru. Tak hanya mahal, lanjut Juli, tiket juga susah didapat karena full seat (kursi penuh terisi). “Di Lion sendiri, untuk keberangkatan hari ini (kemarin,Red) hingga 8 Januari,  rute Medan-Jakarta sudah terisi penuh penumpang. Sedangkan harganya 1,7 juta lebih untuk harga ekonomi batas tertinggi. Kalau harga normal paling-paling harganya di bawah Rp1 juta. Makanya penumpang panik tidak dapat tiket pulang ke Jakarta. Seharusnya penumpang sudah mempersiapkan diri untuk tiket pulang-pergi dan jangan beli tiket sama calo,” kata Juli.

Mahalnya harga tiket dan sulitnya mendapatkan tiket juga terjadi di beberapa maskapai besar lainnya. Misalnya saja, di Sriwijaya Air, tiket Medan-Jakarta pada Kamis kemarin dijual dengan harga Rp1,8 jutaan. Meski mahal, namun calon penumpang tidak dapat membeli karena sudah close. “Harga kita hari ini Rp1,8 jutaan untuk Medan-Jakarta. Tapi kursi sudah penuh, tak ada lagi tiket ke Medan-Jakarta,” ujar petugas tiket di counter Sriwijaya Air.

Begitu juga di Garuda Indonesia. Tiket untuk penerbangan Medan-Jakarta untuk class economi sudah full sejak hari ini, Jumat (6/1) hingga besok (7/1). “Harga tiket ekonomi kita Rp1.935.000. Tapi kursi sudah penuh untuk Medan-Jakarta,” kata General Manager Garuda Indononesia-Medan, Moh Wendy.

Menyikapi kasus Misran dan Sumiati, Humas AP II Bandara Polonia, Firdaus mengatakan, banyaknya penumpang tertipu karena sulitnya mendapatkan tiket rute Medan-Jakarta. “Nah, di sinilah calo mengambil kesempatan. Makanya, kami mengimbau kepada calon penumpang agar tidak membeli tiket sama calo, apalagi tiketnya atas nama orang lain,” imbau Firdaus.

Firdaus mengaku, pihak AP II Polonia kesulitan untuk mengamankan  para calo di Bandara Polonia. Sebab, para calo itu memiliki ID Card travel. “Jadi sangat susah ditertibkan. Kita tidak bisa membedakan yang mana calo yang mana agen travel,” kata Firdaus.

Meski demikian, lanjut Firdaus, pihaknya tetap akan memberikan kenyaman dan keamanan kepada calon penumpang di Bandara Polonia. “Karena itu kita meminta bantuan POM AU untuk mengecek tiket calon penumpang yang harus sesuai dengan KTP,” pungkasnya. (*)

Diubah Jadi Madonna

Siti Nurhaliza

Majalah Glam edisi Januari ini mengejutkan penggemar Siti Nurhaliza. Sampulnya memuat wajah diva kesayangan mereka dengan empat gaya ala Material Girl, Madonna.

MEMANG yang dicontek dari Madonna bukan keberaniannya mengumbar aurat, melainkan riasan wajah. Namun, begitu melihat sampul Glam, pembaca pasti akan pangling dengan Siti Nurhaliza.

Sosok yang terlihat di cover tersebut glamor dengan tata rambut yang persis Madonna. Sosoknya jauh dari kesan islami dan Melayu, kesan yang begitu melekat pada diri Siti selama ini.

Menurut situs Utusan, dandanan penyanyi 33 tahun tersebut bisa memicu kemarahan fansnya. Terutama karena tampilannya yang tidak mengenakan kerudung, sebagaimana ciri khasnya. Untuk meredakan situasi, majalah Glam menjelaskan bahwa tidak ada aturan agama yang dilanggar diva yang berulang tahun setiap 11 Januari tersebut.
“Untuk cover-nya, Siti mengenakan wig dan scarf. Bila terlihat seperti itu, penyebabnya adalah efek grafis dan pencahayaan saja. Saya jamin bahwa tidak ada satu helai pun rambut Siti asli yang terlihat di foto tersebut,” jelas Suzie Adnan, editor majalah itu, seperti dikutip blog beautifulnara.com.

Majalah tersebut menjelaskan bahwa konsep pemotretan itu memang mengacu pada si ratu pop dunia, Madonna. Tidak tanggung-tanggung, Siti tampil di 12 halaman majalah Glam dalam empat tema berbeda. Yakni, gaya Madonna dalam album Material Girl, gaya mantan istri Guy Ritchie tersebut dalam album Rain, gaya Madonna yang mencoba menjadi gadis matahari terbit dalam klip video Nothing Really Matters, dan tampilan Madonna ala Minnie Mouse yang kala itu dipotret fotografer kenamaan Herb Ritts.

Meski mengenakan scarf dan wig, leher Siti tidak tertutupi. Itu bisa memancing reaksi dari kalangan luas. Siti menyatakan menyiapkan diri untuk menghadapi kecaman masyarakat. “Apabila Siti bersetuju untuk melakukannya, itu bermakna bahwa Siti siap untuk masyarakat. Khususnya peminat akan berkata apa saja,” katanya, seperti dikutip ohbulan!, situs hiburan terkenal Malaysia.

Siti mengungkapkan percaya penuh dengan awak kreatif majalah Glam. Terlebih ketika disodori konsep pemotretan ala Madonna. “Siti terus bersetuju karena tahu bahwa mereka akan menghasilkan gambar-gambar yang menarik,” papar pelantun hits Cindai tersebut. Selain foto-foto ala Madonna, penyanyi kelahiran Pahang, Malaysia, itu menjelaskan banyak hal dalam majalah tersebut. Mulai kesukaannya terhadap produk Chanel hingga keinginannya untuk meluaskan cakupan produk kosmetiknya. Dia juga bicara tentang hasratnya membuka spa kecantikan. (c12/ayi/jpnn)

Selain Fahmi, Rinto juga Tersangka

Kasus Perkelahian Bocah 12 Tahun

MEDAN-Kasus perkelahian Fahmi (12) dan Rinto (12) beberapa waktu berbuntut panjang. Setelah dikabarkan Fahmi menjadi tersangka, ternyata Rinto mendapat status yang sama juga.

Setidaknya hal ini diungkapkan Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Yoris Marzuki. “Intinya kasus ini sekarang sudah diambilalih Polresta Medan, baik itu Fahmi yang ditetapkan sebagai tersangka di Polsek Patumbak maupun Rinto Hutajulu serta kedua orangtuanya Iptu Hutajulu dan Sumihar yang ditetapkan sebagai tersangka di Poldasu,” urai Yoris yang didampingi Kapolsek Patumbak SW Siregar dan Kanit PPA AKP Hariani, Kamis (5/1) malam di Mapolersta Medan.

Yoris menerangkan bahwa status tersangka Fahmi itu merupakan hasil laporan orangtua Rinto Hutajulu (12)  ke Polsek Patumbak, sedangkan penetapan status tersangka Rinto Hutajulu dan kedua orangtuanya Iptu Hutajulu dan Sumihar hasil laporan orangtua Fahmi, Ali Nur ke Poldasu. Kata Yoris, Fahmi dalam kasus ini dikenakan pasal 80 tentang perlindungan anak di Polsek Patumbak 3 November 2011 lalu sedangkan Rinto Hutajulu, Iptu Hatujulu dan isterinya Sumihar dikenakan pasal 170 KUHPidana (tentang pengeroyokan) di Poldasu.

Yoris kemudian menjelaskan, dalam kasus perkelahian ini sebenarnya pihak Polsek sebelumnya sudah mengirimkan surat ke Balai Perlindungan Anak dan Saksi (BAPAS)  tentang permohonan untuk dilakukan penelitian, kasus yang dialami Fami dan Rinto pada 23 November 2011. “Sampai saat ini BAPAS belum datang juga. Kemudian saat Fahmi menjalani pemeriksaan di Polsek Patumbak yang bersangkutan didampingi orangtuanya. Polisi hingga kini masih menunggu kedatangan BAPAS untuk melakukan penelitian terhadai si anak, jadi bukan berarti tidak ada upaya kepolisian untuk menengah kasus ini, semuanya sudah kita persiapkan” jelas Yoris.

Dalam kasus ini Yoris juga mengharapkan kedua belah pihak berdamai mengingat kedua tersangka masih anak-anak. “Kedua belah pihak supaya mengedepankan perdamain karena tersangka masih anak-anak,” jelasnya.

Terkait dengan itu, Mabes Polri di Jakarta rupanya belum mengetahui kasus tersebut. Dengan alasan belum punya data terkait kasus yang mirip dengan kasus bocah maling sandal jepit milik anggota polisi di Palu itu, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution mengaku belum berani memberikan tanggapan.
“Oke, nanti saya cek dulu saya. Saya belum punya datanya. Jadi, saya belum komentar dulu,” ujar Saud Usman Nasution saat dihubungi Sumut Pos, kemarin.

Sementara, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Pusat, Asrorun Niam Sholeh. KPAI Pusat akan segera berkoordinasi dengan KPAID Sumut terkait masalah ini. KPAI akan serius melakukan advokasi terhadap Fahmi. KPAI mendesak agar Polsek Patumbak menghentikan kasus ini. “Jangan diteruskan. Ini prinsip perkara anak harus diselesaikan di luar pengadilan. Meski sudah jadi tersangka, polisi punya diskresi untuk tidak meneruskan ke proses hukum selanjutnya,” ujar Asrorun di Jakarta.

Menurutnya, jajaran kepolisian di Polsekta Patumbak tidak paham dengan prosedur penanganan kasus yang melibatkan anak. Padahal, sudah ada MoU KPAI dengan Mabes Polri terkait mekanisme perkara yang melibatkan bocah. “Juga sudah ada Telegram Rahasia dari Mabes Polri ke jajarannya terkait masalah ini,” ujar Asrorun.

Dikatakan, karena kasus seperti ini terulang terus, maka persoalannya bukan semata ulah oknum polisi yang menetapkan bocah sebagai tersangka, namun sudah menyangkut sistem yang tidak jalan.  “Kasus di Medan ini persis dengan yang terjadi di Parung. Anak-anak berkelahi, tapi kebetulan salah satunya bapaknya polisi, lantas disel,” imbuhnya.

Asrorun menjelaskan regulasi terkait dengan kasus yang melibatkan anak. Menurut UU Nomor 3 Tahun 1997, kategori anak yang bisa dimintai pertanggungjawaban hukum atas perbuatannya adalah yang berusia 8 hingga 18 tahun.

Lantas, KPAI mengajukan judicial review, merasa keberatan jika anak 8 tahun dimintai pertanggungjawaban hukum.
Gugatan dimenangkan, batasannya naik menjadi 12 tahun hingga 18 tahun. Hanya saja, hingga saat ini UU 3 Tahun 1997 belum direvisi untuk disesuikan dengan putusan hukum. Jadi, menurut Asrorun, benar Fahmi yang 12 tahun bisa dimintai pertanggungjawaban hukum. “Hanya saja, itu adalah jalan terakhir. Karena kalau sampai dipenjara, yang terjadi malah si bocah itu belajar tentang kekerasan, belajar tindak kriminal dari napi-napi desawa. Ini berbahaya. Maka solusinya, harus diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Biasanya perlu mediasi,” bebernya.

Senada dengan itu, hari ini pihak KPAID Sumut akan mempertanyakan kasus Fahmi dan Rinto kepada pihak kepolisian. “Kita minta status penetapan tersangka ini dihapus. Fahmi ini kan korban penganiayaan yang dilakukan Iptu Hutajulu, karena dalam pertengkaran dengan anaknya, Iptu Hutajulu dan istriya juga melakukan pemukulan terhadap Fahmi,” kata Muslim Ketua Pokja Pengaduan KPAID Sumut.

Menurutnya Fahmi termasuk korban penganiayaan yang dilakukan orang dewasa dan hal tersebut merupakan tindakan kriminalitas. “Makanya saya bilang, pihak Polsekta Patumbak ini sudah salah kaprah. Pada pemanggilan pertama, anak ini langsung ditetapkan sebagai tersangka. Harusnya yang menangani kasus tersebut pihak unit PPA Polresta Medan,” jelasnya.

Sambungnya, pihaknya juga akan mempertanyakan hal tersebut ke Polresta Medan. “Kita heran, kenapa pengaduan pak Ali Nur, ayah dari Fahmi di Polresta Medan tidak ditanggapi. Bahkan mereka terkesan cuek. Ada apa ini? Apa karena pelakunya polisi, maka kasus ini sengaja didiamkan?” tegas Muslim.

Terpisah, Ali Nur mengaku sebelumnya keluarga dari Iptu Hutajulu sudah beberapa kali mengajukan damai. Bahkan kasus tersebut sempat didamaikan di Poldasu. “Memang kita sempat didamaikan. Saat itu, saya dan Iptu Hutajulu dipanggil ke Poldasu. Tapi perdamaian tersebut tidak sepenuh hati. Bahkan saya nggak dikasi melihat berita acara yang dibuat. Berkasnya langsung disobek, saya merasa seperti ditipu,” ujarnya.

Saat ini, katanya, Fahmi sudah sekolah seperti biasa. Namun, Fahmi diwajibkan untuk melapor setiap dua minggu sekali. “Setelah Iptu Hutajulu melaporkan anak saya ke Polsekta Patumbak dan dia ditetapkan sebagai tersangka, saya langsung meminta penangguhan penahanan. Hingga sekarang, anak saya diwajibkan lapor,” bebernya. (azw/sam/mag-11/mag-5)

Makan tak bayar, Oknum Polisi Dilaporkan

MEDAN-Rohana (50) dan suaminya Rusli (53) mendatangi Unit Propam Polda Sumut, Kamis (5/1). Pemilik warung makanan dan minuman di Pasar II, Desa Sigara-gara, Patumbak, Deli Serdang itu merasa dirugikan oleh oknum polisi yang tak mau membayar usai makan dan minum di warungnya.

Menurut Rusli saat ditemui wartawan Sumut Pos di Unit Propam Polda Sumut yang ditemani pengacaranya, Abdi Musa Tarigan menceritakan, Selasa (3/1) lalu seperti biasa dia membuka warungnya. Sekira pukul 16.00 WIB, puluhan personel polisi dan Satpol PP yang akan melakukan razia galian C datang ke warungnya. “Seorang polisi menemukan kartu joker bekas di dalam goni di warung, oknum polisi langsung mengatakan saya menyediakan tempat judi. Terus ia menyuruh anggotanya untuk menggari saya,” terang Rusli.

Setelah selesai razia di lokasi galian C, puluhan polisi berseragam maupun tidak berseragam termasuk Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga berkumpul di sekitar warungnya. Beberapa personel polisi berseragam dan berpakaian sipil langsung masuk ke warung yang saat itu dijaga Rohana dan anaknya. “Polisi-polisi itu langsung pesan  makanan,” jelas Rohana.

Menurut Rohana, usai menghitung dia bingung mau minta bayaran kepada siapa. “Sementara suami saya diikat polisi. Saya tidak tahu sama siapa saya harus mengadu,” terang Rohana.

Selanjutnya, polisi-polisi itu pergi membawa suaminya Rusli dan baru pulang Rabu (4/1). Akibatnya, Rusli dan istrinya mengalami kerugian Rp1.680.000.

Rusli juga menunjukkan bukti laporannya ke Propam Polda Sumut. Dalam laporan dengan nomor:STPL/06/I/2012/Propam dengan nama pelapor Rusli (54), pelaku tertulis personel Sat Samapta Polresta Medan yang dipimpim Kompol Beni Saragih.

Beni Saragih yang dikonfirmasi mengaku tidak tahu ada anggota yang memesan makan, minum dan rokok di warung.  “Saya tidak ada di warung itu mesan makan, rokok apalagi minum. Saat itu saya hanya menggeledah warung dan mengamankan satu orang, bukan pesan makanan,” ujar Beni.

Sementara Kapolresta Medan, Kombes Pol Tagam Sinaga, terkejut dengan kabar itu. Apalagi ketika dia ikut dilaporkan. “Wah, belum tahu saya, masa saya dilaporkan karena anggota tidak membayar makanan mereka,” ujar Tagam.

Mantan Kasat Tipikor Poldasu ini sudah memerintahkan Kapolsekta Patumbak Kompol SW Siregar untuk memperhatikan anggota di lapangan. Namun kata Tagam Sinaga, saat Kapolsek Patumbak hendak membayar makanan yang dimakan ratusan personel kepolisian itu, Rusli sang pemilik warung tidak mau menerima.

“Tapi saya hubungi tadi Kapolsek Patumbak mau membayar semua itu, nggak mau pemilik warung menerima. Kasat Reskrim saya pun udah kusuruh membayar yang dimakan anggota, tapi pemilik warung tidak mau menerima,” ujar mantan Kapolres Labuhan Batu itu.(mag-5/gus)

Pengusaha SPBU Ogah Jual Pertamax

Investasi Tambah Rp300 Juta, Konsumen Jarang Beli

MEDAN-Pembatasan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi bagi mobil berplat hitam mulai menjadi perbincangan warga di Sumatera Utara. Pasalnya, pengalihan pilihan ke Pertamax berarti tambahan biaya. Belum lagi ketersediaan pertamax di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tidak bisa diandalkan. Soalnya banyak pengusaha SPBU yang ogah menjual pertamax.

Untuk Sumut, hingga 2011 yang lalu, dari 302 SPBU Pertamina yang ada, hanya 82 SPBU yang memfasilitasi diri dengan menjual pertamax.

Menurut Ketua DPC Hiswana Migas (Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi) Sumut, Razali Husein, banyak yang menjadi alasan kenapa pengusaha SPBU memilih tidak menjual Pertamax. Contohnya, BBM subsidi yang masih tersedia, harga yang mahal, dan losses (penguapan). “Tiga alasan ini yang menjadikan pengusaha SPBU memilih untuk tidak menjual pertamax,” ujar Razali saat ditemui Kamis (5/1).

Losses atau penguapan minyak tersebut cenderung menjadi cost (biaya) tersendiri bagi pengusaha SPBU. Penguapan tersebut menjadikan volume minyak (premium dan pertamax) berkurang. Penguapan yang terjadi karena adanya perubahan suhu 1 derajat celcius akan mempengaruhi 0,12 persen dari BBM dan mempengaruhi 0,001-0,003 dari massa jenis BBM.

Apalagi saat musim panas, yang akan mempercepat proses penguapan tersebut. Hal ini dikarenakan minyak (pertamax dan premium) memiliki sifat fluida secara alami sehingga berpontensi untuk susut. Tapi belum dapat diketahui dengan pasti, berapa banyak penguapan yang terjadi.

Harga pertamax berkisar Rp9.300 per liternya. Dengan adanya BBM bersubsidi (premium) dengan harga yang ditawarkan sekitar Rp4.500 per liter, masyarakat lebih memilih untuk membeli premium dibandingkan dengan pertamax, sehingga mau tidak mau pertamax harus disimpan lebih lama dibandingkan dengan premium. “Ada harga murah, pasti masyarakat milih yang murah. Jadinya pertamax disimpan, dan terus menyusut,” ungkap Razali.

Seperti yang dialami oleh salah satu SPBU yang terletak di Jalan Imam Bonjol Medan. Pihak SPBU ini mengaku tidak menjual pertamax dikarenakan takut rugi. “Masyarakat belum terlalu familier dengan pertamax, jadi kalau kita jual takutnya kita akan rugi, karena lebih sering terpendam,” ujar salah satu pegawainya.

Menurutnya, menjual premium saja dengan penjualan yang cukup tinggi, terkadang merugi karena adanya penguapan. Apalagi harus menjual pertamax yang belum dikenal konsumen. Perhitungannya, premium dengan stok awal yang dimiliki oleh SPBU ini sekitar 29.911 liter dengan penjualanan 15.812 liter, maka stok yang dimiliki oleh SPBU ini adalah 14.099 liter. Masalahnya, saat penghitungan ulang tercatat premium yang dimiliki tinggal 13.991 liter dan ini berarti telah terjadi penguapan sebesar 1.68 liter. Kerugian ini akan semakin banyak untuk pertamax yang perputarannya lebih lama daripada premium.

Hal yang sama juga dikatakan oleh pegawai SPBU Pertamina yang terletak di jalan Bridgen Katamso, diakuinya selalu ada penyusutan pertamax. “Tangki pendam kita tidak full seutuhnya, jadi masih ada ruang hampa. Ini yang membuat minyak lebih cepat menguap,” tambah pria berambut pendek ini. “Tetapi, ada toleransi penguapan dari pertamina distribusi, sebesar 0,1 persen,” tambahnya.

Tambahan Biaya

Dengan adanya wacana pembatasan BBM subsidi tadi, Pertamina telah mengimbau para pengusaha SPBU agar melengkapi bahan bakar minyak yang akan dijual ke masyarakat, yaitu investasi berupa dispenser, tangki pendam, dan pipa.

“Dari data yang kita miliki, di Sumbagut ada 361 SPBU yang potensial untuk switching ke Pertamax, dan 125 SPBU yang memerlukan investasi,” ujar Manager External Relation PT Pertamina Fuel Retail Marketing Regional Sumbagut, Fitri Erika.

Masalahnya, dengan pembangunan 3 investasi ini (Dispenser, Tangki Pendam, dan Pipa), dibutuhkan biaya sebesar Rp250 juta hingga Rp350 juta. “Itu bisa lebih karena harga saat ini cenderung naik turun,” ungkap Razali.
Penambahan biaya Rp300 juta ini ditengarai menjadi salahsatu alasan pengusaha SPBU memilih tidak menjual pertamax.

Boros Konsumsi BBM Bersubsidi

Sementara itu menurut data Pertamina, Sumut termasuk salahsatu provinsi pengguna BBM bersubsidi terboros di Indonesia. Setidaknya data ini diungkapkan oleh VP Komunikasi PT Pertamina (Persero) Mochamad Harun. Katanya, setiap provinsi sudah mendapat jatah atau kuota BBM subsidi berdasar jumlah kendaraan bermotor yang ada di daerah tersebut. Kuota tersebut juga sudah ditetapkan dengan asumsi adanya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor.

Namun, pada kenyataannya konsumsi BBM subsidi melampaui kuota dalam jumlah besar. “Misalnya, Provinsi Banten kelebihan kuota 7,2 persen, DKI Jakarta 6,5 persen, Jawa Barat 5,2 persen, Jawa Tengah 4,2 persen, Jawa Timur 3,8 persen, dan Sumatera Utara 3,3 persen,” sebutnya, Rabu (4/1) lalu.  (ram/owi/oki/jpnn)

Tentang BBM Nonsubsidi di Sumut

  • Jumlah SPBU 2011 : 302 SPBU
  • Yang Menyediakan Pertamax  : 82 SPBU

Penyebaran Pertamax

  • Medan 44 SPBU
  • Binjai  2 SPBU
  • Tebing Tinggi 2 SPBU
  • Siantar 2 SPBU
  • Asahan 1 SPBU
  • Deli Serdang 15 SPBU
  • Labuhan Batu 3 SPBU
  • Langkat 4 SPBU
  • Tapanuli 1 SPBU
  • Padang Sidimpuan   1 SPBU
  • Sergai  4 SPBU
  • Batubara 1 SPBU
  • Labusel 1 SPBU
  • Karo 1 SPBU

Mengapa Malas Jual Pertamax?

  • Setiap perubahan suhu 1 derajat celcius, akan mempengaruhi 0,12 persen dari volume pertamax dan mempengaruhi 0,001-0,003 dari massa jenis.
    Contoh, perubahan kenaikan atau penurunan suhu 1 derajat celcius dalam tangki pendam dengan muatan minyak 10 ribu liter = 0,12 x 10.000 = 12. Jadi, jika suhu panas akan ada pengurangan 12 liter.
  • SPBU butuh membangun dispenser, tangki pendam, dan pipa yang membutuhkan biaya sebesar Rp250 juta hingga Rp350 juta.
  • Karena masyarakat lebih memilih untuk membeli premium dibandingkan dengan Pertamax. Hingga, Pertamax terlalu lama di tangki pendam yang membuatnya semakin banyak susut.

Enam Daerah Pengguna BBM Subsidi Terboros

  1. Banten, kelebihan kuota 7,2 persen
  2. DKI Jakarta, kelebihan kuota 6,5 persen
  3. Jawa Barat, kelebihan kuota 5,2 persen
  4. Jawa Tengah, kelebihan kuota 4,2 persen
  5. Jawa Timur, kelebihan kuota 3,8 persen
  6. Sumatera Utara, kelebihan kuota   3,3 persen

 

Study Tour PNS Berbuah Maut, Tiga Tewas

KM 24 Padang-Solok Berdarah

PADANG-Kecelakaan maut kembali terjadi, kemarin (5/1) siang sekitar pukul 11.15 WIB, truk tangki milik PT Incasi Raya bermuatan CPO bernomor polisi BH 9753 JH, dan Toyota Avanza  warna hitam, bernomor polisi BM 1336 QO, terjun kejurang sedalam lebih kurang 100 meter. Kedua kendaraan tersebut, terjun setelah “laga kambing” di kelok S Panorama II, atau di kilometer 24 Jalan Padang-Solok.

Akibat kejadian itu, tiga orang penumpang Avanza yang diketahui rombongan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hultikuilturta, Peternakan dan Perkebunan, Kabupaten Pessel yang akan melakukan Study Tour ke Sijunjung, tewas ditempat.

Ketiga korban tewas itu, yakni Asmu Rizal ,35, Eli Gusni , 36, dan Fitriani, 47 salah seorang Kasi di Dinas tersebut.
Selain korban tewas, juga terdapat empat orang korban luka berat dan satu luka ringan. Luka berat yaitu, sopir truk, Jepri, 50, dia mengalami luka patah tulang dibagian pinggang dan luka dibagian kepalanya.

Selain Jepri, korban luka berat lainnya, yakni Zulmeidi, 46,  , Anfebianita, 34, Wendrizal, 31, dan sopir truk Erman Jusa, 38. Saat ini, semua korban luka-luka dirawat di RSUP Dr M Djamil Padang, sedangkan korban meninggal sudah dibawa pihak keluarga ke Pesisir Selatan untuk dikebumikan.

Informasi yang dihimpun Padang Ekspres di lokasi kejadian, mobil Toyota Avanza yang membawa tujuh orang penumpang termasuk sopirnya, datang dari arah Padang menuju Sijunjung. Mobil tersebut, satu dari empat mobil rombongan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hultikuilturta, Kehutanan dan Perkebunan, Kabupaten Pessel.

Setiba di kelok S, Toyota Avanza diduga melaju dengan kecepatan sekitar 30-40 kilometer per jam itu, dihantam truk yang datang dari arah berlawanan (Solok, red). Setelah dihantam, truk beserta Avanza itu, terjun ke jurang di kelok S. Bahkan, kondisi truk dan Avanza itu, rusak parah. Diduga, truk tersebut mengalami rem blong.

Pengendara yang melihat kejadian itu, langsung meng hentikan kendaraannya dan berbondong-bondong melihat truk dan Avanza itu ke dalam jurang. Para pengendara itu juga berusaha menyelamatkan korban dengan peralatan seadanya, namun upaya penyelamatan itu hanya sia-sia, karena truk dan Avanza itu, terjun ke jurang kurang lebih berkedalaman 100 meter, sehingga sulit untuk mengevakuasi korban.

Korban baru bisa dievakuasi sekitar 45 menit kemudian dan dibawa ke RSUP Dr M Djamil Padang dengan mobil ambulan PMI dan ambulan RS Bhayangkara Polda Sumbar. Korban dievakuasi setelah relawan PMI, Kelompok Siaga Bencana (KSB) Luki, Basarnas dan petugas lalu Lintas Polresta yang datang kelokasi kejadian.

Untuk mengeluarkan korban luka berat dan korban meninggal, para relawan itu serta petugas dari kepolisian, terpaksa menggunakan tali. Kejadian itu, juga membuat Jalan Raya di kilometer 24 Padang-Solok, mengalami macet total. Kemacetan baru bisa diantisipasi setelah petugas Lalu Lintas Polresta Padang, melakukan buka tutup jalu di kilometer 24 itu.

Romi, 41, rekan sopir truk CPO yang saat itu kebetulan melintas di lokasi kejadian menyebutkan, truk yang dikendarai korban merupakan truk milik PT Incasi Raya. Dia mengetahui kejadian itu, ketika melihat orang ramai berdiri ditepi jurang kelok S. Melihat itu, dia langsung memarkirkan truk nya yang juga membawa CPO.

“Setelah truk saya parkir, saya langsung menuju keramaian itu, ternyata setiba di sana, saya melihat truk CPO dan Avanza di dalam jurang. Kemudian, saya beberapa warga lainnya yang juga pengendara, langsung turun ke jurang dengan bantuan tali yang kebetulan ada di atas truk saya,” ujarnya kepada wartawan di lokasi kejadian, kemarin (5/1).
Di lokasi kejadian, tiga unit mobil yang merupakan rombongan study tour Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hultikuilturta, Kehutanan dan Perkebunan, Kabupaten Pessel itu, tidak kuasa menahan air matanya. Masing-masing mereka, tatapan matanya dan jauh ke depan.

Ketika ditanya wartawan, mereka tidak bisa berkata banyak. Mereka hanya mau mengatakan, “Saya tidak bisa memberikan keterangan, kami semua panik, karena teman-teman kami bernasib malang. Coba saja tanya ke pihak kepolisian,” kata teman korban yang saat itu mengunakan baju batik lengan panjang.

Kanit Laka Polresta Padang AKP Eliswantri menyebutkan, saat ini apa penyebab laka kejadian, belum bisa dipastikan. Namun dugaan keras kejadian ini, laka lantas tersebut diakibatkan truk yang mengangkut CPO yang datang dari arah Solok, mengalami rem blong, sehingga terjadi tabrakan dengan Toyota Avanza yang datang dari arah Padang.
“Polisi sudah melakukan olah tepat kejadian, beberapa saksi mata juga sudah dimintai keterangannya,” kata AKP Eliswantri.

Bupati Pesisir Selatan (Pessel) Nasrul Abit langsung mendatangi RSUP Dr M Djamil Padang, setelah mendapat kabar adanya kecelakaan maut, yang mengakibatkan tiga orang pegawai satuan kerja dilingkungan Pemerintah Kabupaten Pessel tewas.

Dirumah sakit, pria yang sudah menjadi kepala daerah Pessel dua kali berturut-turut itu, menyatakan turut prihatin terhadap kejadian yang menimpa pegawainya. Bahkan, Nasrul menjanjikan akan menanggung biaya pengobatan dan pertawatan korban-korban luka berat dan ringan ini.

“Kami pemerintah Kabupaten Pessel, akan menanggung segala biaya pengobatan dan perawatan korban kecelakaan ini. Selain itu, keluarga yang ditinggalkan korban, bisa tabah menerim,a cobaan ini,” kata Nasrul Abit saat berada di kamar jenazah RSUP Dr M Djamil Padang. (di/mg6/kd/jpnn)

Motor Yamaha Resmi Sebagai Sponsor PON XVIII/2012

Yamaha secara resmi menjadi sponsor cabang olahraga balap motor Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII/2012, yang ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Yamaha dan Pengurus Besar (PB) PON di Jakarta, Kamis (5/1).

Bertempat di DDS Yamaha Jakarta, penandatanganan MoU ini juga mempertegas komitmen Yamaha dalam mendukung kemajuan olahraga nasional.

Penandatanganan dilakukan Presiden Direktur Yamaha Indonesia, Dyonisius Beti dan Ketua Harian PB PON Riau 2012 yang juga Penjabat Walikota Pekanbaru, Syamsurizal.

Partisipasi Yamaha dalam penyelenggaraan PON XVIII/2012 melalui cabang olahraga balap motor merupakan lanjutan dukungan sebagai sponsor kualifikasi PON yang sebelumnya sukses digelar di sirkuit Sentul, 25-26 November 2011. Dari hasil kualifikasi tersebut, sebanyak 23 pebalap di kelas perseorangan dan 15 pebalap di kelas beregu lolos untuk berpartisipasi di PON yang akan berlangsung di Riau.

Untuk kelas beregu, 15 pebalap yang dimaksud adalah 15 pebalap teratas dari 23 nama pebalap (pada list kelas ­perseorangan) dengan melihat asal pengprov mereka. Empat emas diperebutkan dari kelas 115 cc perseorangan dan beregu dan 125 cc perseorangan dan beregu.

Bentuk dukungan Yamaha pada cabang olahraga balap motor PON XVIII/2012 ini adalah dengan menjadi sponsor resmi motor. Sebanyak 90 motor Yamaha akan digunakan pada PON XVIII/2012, yaitu 45 Jupiter Z dan 45 Jupiter MX. Sebelumnya pada kualifikasi digunakan 160 motor Yamaha (80 Jupiter Z dan 80 Jupiter MX). Secara teknis motor yang digunakan para pebalap di lintasan PON nanti adalah motor standar.

Keunggulan motor Yamaha di lintasan sirkuit telah terbukti bersama Jupiter Z yang turut memberikan prestasi sebagai juara di Motoprix dan Indoprix serta Yamaha Cup Race sebagai ajang pembinaan dan melahirkan pebalap-pebalap andal. Kecepatan motor pun ditunjukkan lewat Jupiter MX yang memiliki perangkat teknologi balap yaitu forged piston dan diasil cylinder.
“DNA kental Yamaha terhadap sport menjadi dasar penguat Yamaha mendukung penyelenggaraan PON 2012 khususnya untuk cabang olahraga balap motor,” bilangnya. (net/jpnn)

Mengajar pun Selalu Bawa Kamera Poket

Ed ‘Mat Kodak’ Zoelverdi Telah Tiada

Belantika fotografi Indonesia kehilangan seorang sosok panutan: Ed Zoelverdi. Pria yang dijuluki Mat Kodak itu meninggal pada usia 67 tahun, Rabu (4/1). Mantan redaktur foto majalah Tempo tersebut tak kuasa berjuang melawan kanker paru-paru.

HILMI SETIAWAN, Jakarta

CERITA tentang meninggalnya Ed Zoelverdi meluncur mulus dari Dewi Sri, sang keponakan. Menurut dia, pamannya itu meninggal setelah dirawat di rumah sekitar dua puluh hari.

Selama di rumah, Ed yang hingga tutup usia belum dikaruniai putra tersebut ditemani Nur Miyati, istrinya. Mereka tinggal di rumah mantan Menteri Kehutanan Marzuki Usman di Jalan Mirah Delima II Nomor 5, Kompleks Kodam Sumur Batu, Sunter, Jakarta.

Dewi menceritakan, sebelum dirawat di rumah, Ed sempat menjalani perawatan di RS Persahabatan. Di rumah sakit khusus paru-paru itu, dia dirawat sekitar dua minggu. “Saat di rumah, beliau lebih suka menggunakan obat tradisional,” katanya.

Dewi juga menyatakan, menurut kabar terakhir dari rumah sakit, kanker yang menggerogoti Ed sudah berstadium lanjut. Dia juga mengungkapkan bahwa tubuh pamannya semakin terlihat kerempeng.

Selama dirawat di rumah, Ed sudah tidak bisa diajak berkomunikasi. Kondisi pria kelahiran Aceh, 12 Maret 1943, itu terus menurun hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir. Setelah disalati di masjid setempat, jenazah Ed dimakamkan di TPU Kemiri, Rawamangun, Jakarta.

Nur ikhlas melepas kepergian sang suami untuk selamanya. Dia mengungkapkan bahwa kondisi Ed tidak mengalami perkembangan signifikan setelah dipulangkan dari rumah sakit. Menurut dokter, Ed mengalami kanker paru-paru stadium tiga. “Kesempatan untuk sembuh sangat kecil,” ungkap Nur.

Kenangan Ed sebagai dosen masih melekat di benak beberapa alumnus Universitas Indonesia (UI). Di kampus itulah Ed menjadi dosen. Anindita Dwi Puspita, alumnus UI 2008, menuturkan, Ed dikenal sebagai dosen yang tidak pernah marah.

“Kami memanggil beliau dengan sebutan Bang,” tuturnya.

Dalam sebuah kesempatan, Anindita dan teman-temannya berebut menyetorkan hasil jepretan paling bagus kepada Ed. Tujuannya, foto mereka bisa masuk slide presentasi Ed ketika mengajar. Meski bisa masuk slide, tak banyak yang mendapat pujian. “Yang sering itu kritik,” katanya.

Di tempat pemakaman, beberapa kolega Ed ikut mengantar jenazah hingga ke liang lahad. Di antaranya, wartawan senior Fikri Jufri. Dia juga sempat berpidato setelah jenazah Ed dikebumikan. Pemakaman itu berlangsung khidmat.
Kenangan terhadap sosok Ed diutarakan kurator sekaligus fotografer senior Oscar Motuloh. Dia menyatakan, salah satu ciri khas penampilan Ed adalah selalu menggunakan baju safari gelap lengkap dengan kantong bolpoin di lengan kiri. “Almarhum sangat berminat terhadap dunia seni lukis,” ungkapnya.

Oscar mengingat masa-masa bersama Ed di Galeri Foto Jurnalistik An tara. Dalam beberapa percakapan, Oscar menyatakan bahwa Ed juga ingin belajar menulis kepada Goenawan Mohamad. Siapa sangka, ambisi itu kesampaian ketika Ed bergabung dengan Tempo.

Sebelum di Tempo, Ed ikut membidani majalah berita mingguan bernama Ekspres. Dia kemudian hijrah ke Gatra. Di tempat baru tersebut, dia bekerja sebagai editor dan sering menulis kolom fotografi. “Almarhum belajar fotografi secara otodidak dari kamera pinjaman,” kata Oscar.

Kecintaan Ed pada dunia foto terus dibawa ketika mengajar di UI. Dia tidak pernah lupa membawa satu unit kamera poket. Tidak jarang dia secara sembunyi-sembunyi memotret aktivitas para mahasiswanya. Kemudian, foto hasil jepretannya itu diedit lalu ditampilkan sebagai pelengkap saat mengajar. (*)