28 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14193

Tolak Teken Kontrak, Sriwijaya Serobot Along-Ridhuan

Manfaatkan Keretakan di Arema IPL

MALANG- Manajemen Sriwijaya FC Palembang mulai memanfaatkan keretakan di Arema Indonesia. Adanya isu pencoretan dua nama pemain Arema IPL asal Singapura Noh Alam Shah dan M. Ridhuan dengan cepat direspons tim berjuluk Laskar Wong Kito itu. Kubu Sriwijaya FC menyatakan siap menampung duo Singapura itu untuk berlaga di ajang Indonesian Super League (ISL). Bahkan meski masih belum ada deal apapun dengan Along dan M. Ridhuan, kubu Sriwijaya FC mengklaim sudah mendaftarkan keduanya ke PT Liga Indonesia.

Direktur Teknik PT Sriwijaya Optimis Mandiri, Hendri Zainuddin mengatakan, pihaknya memasukkan dua nama itu sebagai bidikan setelah mendapatkan informasi dari salah seorang pengurus Arema IPL.

“Katanya ada empat pemain asing yang dipecat, di antaranya Alam Shah dan Ridhuan,” ujar Hendri kemarin (25/12).
Seperti diketahui, mencuatnya isu pencoretan Along dan Ridhuan itu menyusul tidak hadirnya keduanya pada undangan manajemen Arema IPL di Jalan Jakarta 48 beberapa hari lalu. Padahal undangan untuk membicarakan pembaruan kontrak.

So, pemain yang tidak mau melakukan pembaruan kontrak di bawah manajemen PT Arema Indonesia yang berkantor di Jalan Jakarta sempat diancam akan dicoret dari skuad Arema IPL.

Hendri menegaskan pihak Sriwijaya FC (SFC) sudah menyerahkan data dua pemain Singapura itu ke PT Liga Indonesia selaku penyelenggara ISL. Langkah “pembajakan” ini dilakukan untuk menyiasati batas akhir pendaftaran pemain asing tambahan yang jatuh pada 23 Desember kemarin. Selain duo Singapura itu, SFC juga menyerahkan data tiga pemain asing tambahan lainnya, yakni Kim Ji Sung (Korea Selatan), Scott Balderson (Australia), Ken Pujita (Jepang). Pemain-pemain itu masih berstatus sebagai pemain seleksi di SFC.

Namun, meski mendafarkan lima pemain asing tambahan, nantinya hanya ada satu pemain yang nanti bisa bermain untuk SFC di ISL. Pasalnya, SFC tinggal memiliki satu kuota pemain asing, yakni pemain Asia.

Seperti diketahui, SFC kini sudah memiliki empat pemain asing, yakni tiga non-Asia dan satu Asia. Mereka adalah Thierry Gathussi (Prancis), Hilton Moreira (Brazil), Keith Kayamba Gumbs (St Kitts), dan Im Junsik (Korea Selatan). Artinya, menyangkut duo Singapura itu, jika kemudian batal, maka PT LI tinggal mencoretnya.

Selain bergantung proses negosiasi, siapa dari lima pemain yang akan dipilih nanti juga tergantung dari pelatih kepala SFC Kashartadi. Namun, berbeda dengan tiga asing lainnya, khusus duo Singapura itu tidak perlu melalui proses seleksi. “Secara kualitas, keduanya tidak perlu diragukan lagi. Bisa dikatakan, tidak perlu diseleksi. Tapi semuanya, terserah pelatih,” ujar Hendri.

Sayangnya, ketika dikonfirmasi soal ini, baik Along maupun Ridhuan masih sulit untuk dihubungi. Apalagi, Ridhuan yang tidak ikut dalam uji coba melawan PS Gajayana, Jumat lalu (23/12), kabarnya tengah berada di Singapura. Sementara manajer Arema IPL Agung “Gimin” Setyo juga belum bisa berkomentar banyak soal rencana SFC itu. “Wah, saya belum tahu,” ujar Gimin singkat. (muf/abm/ko/jpnn)

Pirngadi Harus Tanggung Jawab

Salah Diagnosa Pasien

MEDAN- RSUD dr Pirngadi Medan harus bertanggungjawab atas kasus salah diagnosa yang dilakukan oknum dokter spesialis penyakit dalam rumah sakit milik Pemko Medan tersebut terhadap pasien Suryawati (38), warga Amaliun Gang Arjuna, Medan Area. Demikian dikatakan Ketua DPD PAN Sumut Syah Affandin, Minggu (25/12).

“Ini merupakan preseden buruk bagi tenaga medis yang salah melakukan diagnosa. Pihak manajemen RSUD dr Pirngadi Medan harus bertanggungjawab agar kasus seperti ini tidak terulang lagi,” katanya didampingi suami korban, Ahmad Yani, Minggu (25/12).

Selanjutnya, pihaknya akan segera menjumpai Direktur RSUD dr Pirngadi Medan untuk melakukan komunikasi, untuk menemukan solusi terbaik buat kasus ini.

“Saya akan jumpai Dirut RSUD dr Pirngadi Medan untuk melakukan dialog dann mencari solusi terbaik agar masalah ini tidak berlarut-larut,” ungkapnya.

Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) M Nur Rasyid mengaku untuk menentukan diagnosa terhadap pasien TB Paru harus dilakukan banyak pemeriksaan diantaranya darah dan dahak pasien. Karena hasil pemeriksaan radiologi belum pasti menjamin apakah pasien tersebut menderita TB Paru atau tidak.

“Terkait salahnya diagnosa penyakit yang dilakukan dokter spesialis penyakit dalam RSUD dr Pirngadi Medan, kita tidak tahu pemeriksaan yang mereka lakukan seperti apa. Karena pemeriksaan radiologi belum pasti apakah pasien itu menderita TB Paru atau tidak. Selain itu, kita masih menunggu laporan dari pihak keluarga dan selanjutnya akan dilakukan investigasi,” katanya.

Sementara itu, Wadirut Pelayanan Medik RSUD dr Pirngadi Medan, Amran Lubis, mengatakan hasil audit medis dari Komite Medik RSUD dr Pirngadi Medan terkait salah diagnosa terhadap pasien Suryawati (38) yang dilakukan dokter penyakit dalam rumah sakit milik Pemko Medan tersebut hingga saat ini belum keluar.

Menurutnya, proses audit dilakukan untuk mengetahui sejauhmana prosedur pemeriksaan, dan penegakkan diagnosa terhadap pasien oleh Komite Medik yang sifatnya independen, karena sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 755/Menkes/Per/IV/2011 setiap rumah sakit ada Komite Medik yang memiliki peran melaksanakan audit medis.
“Kita masih menunggu hasilnya. Kita juga belum tau kapan hasilnya keluar. Sabar aja, karena kita juga belum bisa ngomong. Untuk audit inikan tidak mudah, banyak prosesnya. Apakah saat masuk rumah sakit memang ada penyakit penyertanya. Jadi banyak kemungkinannya ini, kita jangan hanya menyalahkan satu pihak saja. Untuk tim nya diketuai oleh dr Rushakim yang merupakan Spesialisasi Kebidanan dan beberapa dokter yang berkompeten lainnya,” jelasnya.

Dalam masalah ini, lanjutnya, pihaknya tidak mau berpolemik atau menjustifikasi kalau dokter yang salah. “Kita tidak mau berpolemik, tidak mau menjustifikasi, makanya namanya tidak diberi tahu, karena kredibilitas dan harga diri dokter akan jatuh. Kalau dia yang salah, kalau tidak!,” tegasnya.

Sementara itu, suami pasien Ahmad Yani berencana akan menyurati Komisi B DPRD Medan jika tidak ada mediasi dengan dokter yang bersangkutan. “Kita hanya minta pertanggungjawaban dari pihak rumah sakit atas kesembuhan istri saya, dan ganti rugi selama biaya yang selama ini saya keluarkan,” tegasnya.

Sambungnya, kondisi istrinya saat ini sudah mengalami sedikit perbaikan. “Setelah dilakukan pemeriksaan seni, darah, istri saya memang nggak sakit TB Paru. Kondisinya sudah lumayan membaik sejak tidak mengkonsumsi obat TB Paru yang dianjurkan Pirngadi. Dia juga sudah mulai bisa berjalan. Memang kakinya masih bengkak gara-gara minum obat TB Paru itu. Tapi sudah mulai ada perubahan lah,” bebernya. (mag-11)

Duda Nyaris Perkosa Gadis Idiot

MEDAN- Seorang gadis keterbelakangan mental, berinisial YL (12), warga Jalan Sejati Dalam, Kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia, menjerit minta tolong saat akan diperkosa Deki Erdian (27), warga Jalan Antariksa, Lingkungan VI, Kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia, di ladang milik warga Jalan Mawar, Medan Polonia, Minggu (25/12) sekitar pukul 08.00 WIB.

Aksi Deki berhasil digagalkan M Soleh, warga sekitar dan langsung menggelandang tersangka ke rumah kepling setempat.

Menurut M Soleh, saat itu dia hendak sarapan dan mendengar YL menjerit minta tolong. Mendengar suara perempuan menjerit, Soleh langsung mencari asal suara tersebut.

“Saat itu saya baru saja selesai gotong royong bersama warga. Dari sela-sela dinding rumah saya, terdengar suara jeritan perempuan kesakitan. Karena penasaran, saya cari asal suara itu,” kata Soleh kepada Sumut Pos saat ditemui di rumahnya.

Betapa terkejut Soleh melihat Deki dengan garangnya berdiri dihadapan YL yang sudah nyaris bugil. “Saya lihat dia (Deki) sudah berdiri dan YL sudah nyaris bugil dengan posisi berdiri. Ketika saya tanya, si laki-laki malah menjawab, kami suka sama suka Pak. Sedangkan si perempuan hanya menangis dengan menunjuk ke arah lelaki itu dengan kata-kata yang tidak jelas,” ucap Soleh lagi.

Karena aksinya dipergoki Soleh, Deki mencoba pergi meninggalkan YL dan Soleh seperti tidak ada masalah. Spontan Soleh mencabut parang yang ada dipinggangnya dan mengancam Deki untuk memakaikan celana YL.
Untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, Soleh membawa keduanya ke rumah Kepling IV untuk diamankan dan kemudian diserahkan ke pihak berwajib. Sementara Warga yang mengatahui kejadian tersebut langsung mendatangi pelaku dan langsung menghajarnya hingga babak belur. “Kami kesal, karena pelaku sungguh tega mau memperkosa gadis idiot,” ucap warga yang mengaku bernama Dido.

Sementara Deki Erdian yang sudah menduda selama hampir satu tahun itu mengaku salah dan siap menikahi YL. Namun, Deki tetap membantah kalau dia akan memperkosa YL. “Kami suka sama suka, saya tidak memperkosanya, hanya percobaan saja, karena saya terpikir dengan orangtua saya yang sudah tua dan aku tulang punggung keluarga untuk mencari makan. Saya siap untuk menikahinya, karena kami sudah kenal hampir satu tahun,” jelasnya kepada Sumut Pos saat di rumah Kepling IV.

Dengan kondisi muka lebam dan bibir pecah-pecah, Deki menjelaskan kejadian tersebut yang berawal dari pertemuan mereka di Jalan Sejati Dalam, tepatnya di sekitar Komplek Paskhas TNI AU. Mereka berencana jalan-jalan melihat pesawat terbang. “Kami bertemu di sekitar Komplek Paskhas, setelah berbicara tak begitu lama kami berencana mau jalan-jalan melihat pesawat terbang. Tapi niat kami berubah dan pergi ke Lapangan Tembak untuk duduk-duduk sambil bercerita dan saling membelai rambut. Kemudian aku dirangkulnya,” ucap pria yang sehari-harinya bekerja sebagai perajin kandang ayam.

Karena berfikir lokasi yang tidak memadai, Deki yang sudah berencana untuk melampiaskan nafsu bejatnya dengan tidak memakai celana dalam dari rumah. Membawa YL untuk jalan lagi untuk mencari lokasi yang lebih tenang dengan iming-iming melihat pesawat. “Setelah beberapa meter kami jalan, saya membawanya ke tanah kosong. Sampai di sana kami melanjutkannya lagi, setelah aku membelainya dan merangkulnya aku langsung menciumnya,” ujarnya. Nah, saat itulah muncul niatnya untuk menyetubuhi korban.

Menurutnya, YL berteriak karena mengetahui kedatangan Soleh yang memergoki mereka sedang mesum. “Kalau tidak datang tukang kebun itu, YL nggak mungkin menjerit. Yang jelas kami melakukannnya atas dasar suka sama suka bang, dan aku pun siap menikahinya. Walau kami sudah lama kenal dan YL juga sering menunjukkan kepada saya kalau YL sedang menstruasi,” pungkasnya.

Pengakuan Deki dimentahkan oleh Nuni, bibi korban. Dia mengaku kalau selama ini dia tidak pernah mengenal Deki Erdian. “Kami tak pernah kenal dengan si pelaku, apalagi mengizinkan anak kami ini berpacaran karena masih terlalu muda. Umurnya saja baru 13 tahun,” bebernya.

Sementara Bidan Risma yang membuka klinik bersalin Adinda di Jalan Antariksa melakukan visum terhadap YL tak menemukan ada yang rusak di kemaluan YL. “Dari hasil pemeriksaan sementara belum rusak. Tetapi di sekitar vaginanya ada bekas jari karena disekitar vaginanya kotor oleh tanah. Kemudian hymennya (selaput darah) juga belum rusak, tapi lebih bagusnya visum kembali ke rumah sakit besar yang memiliki alat lebih canggih. Karena di sekitar tubuh korban ditemukan luka goresan di bagian paha sebelah kanan dan leher,” jelasnya.(adl)

Masukan Anak Pertama ke KK

081263358xxx
Yth bpk Kadisdukcapil Medan, saya mau bertanya, kira-kira berapa lama ya proses memasukkan nama anak pertama ke KK, karena sudah sebulan yang lalu saya urus Pak. Kepada Sumut Pos tolong dimuat dan jaya selalu.

Cek di Kantor Lurah

Proses memasukkan nama anak pertama ke Kartu Keluarga (KK) tujuh hari dan selambat-lambatnya 14 hari. Pengurusan dimulai dari kantor lurah selama satu hari, dilanjutkan di kantor camat selama satu hari, dan di Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil Kota Medan selama dua hari.

Kalau sampai satu bulan berarti ada yang salah dalam pengurusannya. Untuk itu silahkan cek kembali ke kantor lurah apa kah berkas sudah dikirim atau belum ke Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Terimakasih

Darussalam Pohan
Kadisdukcapil Kota Medan

Dua Tempat Hiburan Langgar Perwal

Razia di Hotel Berbintang IV Pada Malam Natal

MEDAN- Larangan untuk membuka tempat hiburan malam selama Natal dan Tahun Baru 2012 dilanggar sejumlah pemilik tempat hiburan malam. Dari hasil razia yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Medan, ditemukan sejumlah lokasi hiburan malam masih buka pada malam Natal, Sabtu (24/12).

Malam itu, Tim gabungan yang terdiri dari Polisi, Koramil dan Satpol PP melakukan pengecekan di beberapa lokasi hiburan malam di Kota Medan. Seperti di Novotel Soechi Jalan Cirebon yang memiliki fasilitas ‘Karaoke Equator’ tetap buka dan mengaku belum menerima surat edaran Wali Kota Medan.

“Ada apa ini, kenapa banyak sekali petugas? Kita buka karena tidak ada pemberitahuan,” kata Jonathan selaku manager kepada petugas. Menurutnya, Disbudpar tidak bisa memaksa pihak managemen Karaoke Equator untuk menutup sementara, karena pengunjung sudah penuh. “Bila tidak ada surat pemberitahuan kepada kami, kami tetap buka. Kami tidak terima, karena usaha kami merupakan fasilitas hotel berbintang IV,” jelasnya lagi.

Kadisbudpar Medan, Busral Manan yang malam itu memimpin penertiban mejelaskan, kalau selama hari keagamaan setiap tempat hiburan malam tidak dizinkan buka kecuali mendapat rekomendasi dari Disbudpar. “Surat pemberitahuan sudah kita serahkan ke pihak menagemen untuk larangan membuka tempat hiburan malam selama hari keagamaan, sejak 24, 25 dan 26 Desember 2011. Walaupun fasilitas hotel juga tidak diizinkan membuka kecuali mendapat rekomendasi. Dari data di Disbudpar Kota Medan, untuk rekomendasi Novotel Soechi tidak terdaftar,” kata Busral.

Sebagai tindakan tegas, Disbudpar menutup sementara Karaoke Equator dan mengizinkan membukanya kembali setelah mengurus rekomendasi ke Disbudpar. “Malam ini, tempat hiburan ini kita tutup sementara. Bila tetap membandel, kedepannya Disbudpar akan memberikan sanksi tegas dan mencabut izinya,” ucap Busral ketika membuat berita acara penutupan sementara karaoke tersebut.

Sementara itu, sejumlah pengunjung tempat hiburan yang berada di lantai III Novotel Soechi langsung berhamburan sehingga membuat suasana menjadi ribut. “Razia-razia,” jerit pengunjung yang berlari berdesakan menuruni tangga lift.

Setelah itu, tim melanjutkan penertiban ke Emerald Garden di Jalan Putri Hijau yang juga memiliki fasilitas ‘Karoke Ebony’. Mereka juga mengaku tidak mendapat surat edaran Wali Kota Medan. “Ada apa Pak? Kenapa bawa banyak petugas? Bapak harus konfirmasi dulu dong,” cetus Enda Nisfikasari selaku Manager Hotel Emerald Garden sambil meletakkan tangannya di pundak Kadisbudpar Kota Medan.

Sontak saja, Busral langsung memindahkan tangannya untuk menjauh dari pundaknya dan menjelaskan kalau Hotel Emerald Garden tidak memiliki rekomendasi untuk membuka tempat hiburan malamnya walaupun fasilitas hotel. “Karoke Ebony tidak diizinkan buka walau fasilitas hotel, karena tidak terdata di Disbudpar. Yang dizinkan buka hanya fasilitas hotel yang sudah memiliki rekomedasi dari Disbudpar,” jelas Busral sembari memerintahkan anggotanya untuk membuat berita acara penutupan sementara tempat hiburan malam di Emerald Garden setelah menedapat izin dari Disbudpar.

Setelah beberapa jam mengelilingi Kota Medan untuk mencari tempat hiburan yang masih membandel, tim juga berhasil mendapatkan waria yang sedang mangkal di Jalan Hayam Wuruk, sedang menunggu tamu. Karena waktu sudah tengah malam, tim gabungan kembali ke Disbudpar Kota medan untuk mendata dan memberikan pembinaan terhadap kesebelas wanita malam dan waria.

Dari hasil data yang diperloh, kesebelas wanita malam tersebut Indah Fajar Warga Jalan Jati, Pasar Merah, Sri Ratna Dewi Warga Jalan RPH Medan, Susilawati Warga Jalan Pematang Tengah, Reri Lestari Warga Jalan Putri Hijau, Surya Dewi Warga Jalan Sidumulyo, Rina Rini Warga Jalan Megawati, Evalina Warga Jalan Nuri, Mahdalena Warga Jalan Menteng, Rafiqah Rida Warga Jalan Sei Kera, Sri Handayani Warga Jalan Kertas dan Rahma Warga Tanjung Morawa tersebut mengaku kalau datang ke Novotel Soechi untuk merayakan ulang tahun temanya.

“Kami tidak tahu kalau malam ini, malam keagamaan. Kami cuma mau merayakan ultah teman di KTV. Kami kan nggak ngapa-nagapain. Kalau tahu orangtua saya masuk koran sama tv apa nggak modar bapak awak,” ujar Rina Rini dengan meneteskan air mata.

Kepala Satpol PP Kota Medan Kriswan menjelaskan, kalau kesebelas wanita malam dan waria tersebut hanya diberikan pembinaan saja. “Setelah kita data, akan diberikan pembinaan kepada mereka agar tidak mengulangi perbuatannya lagi,” kata Kriswan.(adl)

Masyarakat Kurang Paham Manfaat PAUD

Pemahaman masyarakat tentang pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih cukup rendah. Hal ini berakibat masih rendahnya angka partisipasi siswa pada pendidikan dini tersebut. Lantas, apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan pemahaman tentang PAUD ini? Berikut wawancara wartawan koran ini Rahmat Sazaly Munthe dengan Ketua Dewan Pendidikan Medan Mutsyuhito Solin, Selasa (20/12).

Apa yang menyebabkan PAUD ini kurang diminati masyarakat?
Sejatinya, belum semua orangtua menganggap PAUD itu penting. Makanya banyak yang tidak memasukkan anaknya ke PAUD. PAUD dikhususkan bagi anak-anak usia 3-6 tahun. Satu materi yang diajarkan yakni memperkenalkan anak didik dengan berbagai pengetahuan demi persiapan untuk masuk ke pendidikan formal yakni sekolah dasar.

Hingga saat ini, berapa jumah PAUD yang ada di Sumut?

PAUD yang ada di Sumut baru terdapat di sekitar 23 kabupaten/kota, sementara 10 kabupaten/kota lagi belum memiliki PAUD. Jumlah PAUD di Sumut keseluruhan mencapai 2.200. Sedangkan jumlah Taman Kanak-kanak mencapai 1.200.

Sebagian besar PAUD yang ada sekarang ini lebih banyak berada di wilayah perkotaan. Kalau di daerah-daerah pedesan jumlahnya masih sangat minim. Kita harus sama-sama terus mendorong agar PAUD di pedesaan ke depannya dapat terus bertambah.

Apakah masalah tingkat ekonomi dapat mempengaruhi minat masyarakat terhadap PAUD?
Tentu tidak. Karena banyak PAUD yang hanya membebani orangtua dengan pembiayaan yang relatif kecil. Banyak PAUD yang murah biayanya, bahkan ada yang sebulan hanya Rp10 ribu. Namun tetap saja jumlah yang masuk PAUD sedikit.

Lantas, apa alasan utama masyarakat tak mempercayakan pendidikan anaknya di PAUD?
Pemahaman. Pemahaman masyarakat tentang PAUD bagi anak yang mengakibatkan hal itu. Jika sudah mengerti, persoalan biaya pendidikan tak menjadi masalah.

Bisa kita perhatikan, di Medan ini biaya PAUD maupun TK cukup mahal-mahal. Tapi tetap juga orang mendaftarkan anaknya. Jadi bukan persoalan ekonomi sebenarnya.

Apa yang sudah dilakukan Dinas Pendidikan menyikapi hal ini?
Dinas pendidikan kabupaten/kota yang melakukan kerjasama dengan berbagai pihak sudah kerap melakukan sosialisasi ke daerah-daerah. Hal ini bertujuan agar jumlah anak-anak yang masuk PAUD semakin meningkat.
Jumlah siswa PAUD di Sumut ini sekitar 300 ribuan. Sementara usia anak 3-6 tahun itu bisa mencapai 800 ribu. Makanya angka partisipasinya masih rendah.(*)

Aprianto Meninggalkan Rumah

Orang Hilang

MEDAN- Aprianto alias Apri (26), warga Jalan Pasar Lama Gang Mistar, Desa Lalang, Kecamatan Sunggal, meninggalkan rumah sejak Senin (19/12) pagi pukul 10.00 WIB. Saat meninggalkan rumah, anak sulung dari pasangan Jumali dan Muhiro ini tak ada meninggalkan pesan apapun kepada orangtuanya, dan saat itu lelaki yang memiliki tinggi 160 cm dan berkulit sawo matang ini mengenakan baju kaos berkerah warna putih liris-liris kuning, celana pendek berwarna biru buram.

“Dia memang tak betah di rumah. Tapi kalau pergi, dia pasti pulang. Tapi Senin (19/12) lalu, dia tak pulang. Kami sudah mencarinya kemana-mana, tapi belum ketemu juga,” kata ibunya, Muhiro kepada wartawan koran ini, Minggu (25/12). Menurutnya, pada Senin malam itu, dia bersama suaminya merasa heran mengapa Apri tak pulang. Lantas malam itu juga mereka langsung melakukan pencarian terhadap Apri yang menurut Muhiro memiliki gangguan mental.

“Senin (19/12) malam itu, ada yang bilang anak kami ini berada di daerah Jalan Sunggal, dekat kantor PDAM Tirtanadi Cabang Sunggal. Tapi saat kami cari ke sana, dia sudah tak ada lagi. Bahkan kami sudah menelusuri hingga ke Pancurbatu dan Patumbak, tapi tak ketemu juga,” beber Muhiro dengan mata berkaca-kaca.

Dia akuinya, anaknya itu memiliki gangguan mental dan jika diajak bicara sering melantur dan enggak nyambung. “Kalau kita bicara sama dia, paling nyambungnya hanya beberapa menit saja, setelah itu dia sering bicara ngelantur,” kata Muhiro.

Dia sangat khawatir terhadap keselamatan putranya tersebut. Dia takut terjadi hal-hal yang tak diinginkan terhadap Apri. Karenanya, Muhiro dan Jumali sangat berharap kepada masyarakat dan aparat keamanan yang mengetahui atau menemukan Apri agar dapat segera menghubungi nomor HP 081397348990, atau mengantarkan langsung ke alamat rumahnya di Jalan Pasar Lama, Gang Mistar, Dusun II Desa Lalang, Kecamatan Sunggal.(ade)

LSDI Gelar Diskusi Publik Pilgubsu

Hadirkan Rahmat Shah, Irham Buana Nasution dan Faisal Riza

Lembaga Studi Demokrasi Indonesia (LSDI) menggelar diskusi publik Pemilihan Gubernur Sumut (Pilgubsu) 2013 di Hotel Madani Medan, Sabtu (24/12).

LSDI didirikan pada Agustus 2007 di mana beberapa mahasiswa pascasarjana IAIN Sumut diskusi membahas ‘Kemana Arah Demokrasi Indonesia’. Guna mewujudkan pemikiran tersebut, LSDI melaksanakan penelitian, pendidikan dan diskusi.

Dalam diskusi publik yang diikuti berbagai elemen masyarakat di Hotel Madani ini menghadirkan tiga pembicara yakni Direktur LSDI Faisal Riza MA, Ketua KPUD Sumut Irham Buana Nasution SH MHum dan Anggota DPD RI DR Rahmat Shah.

Direktur LSDI Faisal Riza mengemukakan, setelah orde baru tumbang tahun 1998 terbuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menggunakan demokrasi. ‘’Sampai kini telah empat kali berganti presiden, tiga kali pemilu legislatif dan ratusan pemilihan kepala daerah (pilkada),’’ sebutnya.

Namun, Faisal menyebut Indonesia belum dapat keluar dari jebakan transisional beserta kompleksitas yang include di dalamnya. ‘’Otot-otot demokrasi melemah disebabkan proses memapankan sistem pemilu, penguatan lembaga hukum dan banyak hal lainnya belum mengkonfirmasi kebaikan,’’ jelasnya.

Dia menilai kondisi ini bukanlah dibebankan kepada pemerintah semata yang harus didukung dengan partisipasi aktif masyarakat. Karenanya, Faisal mempertanyakan apakah melalui dua gelombang pilkada 2005-2010 di Sumut dan Pilgubsu 2008 lalu bisa dijadikan indikator meningkatnya demokrasi di Sumut. “Lalu bagaimana dengan Pilgubsu 2013 mendatang? Apakah sekadar rutinitas demokrasi belaka tanpa ada kualitas yang diharapkan?” ucapnya.
Direktur LSDI berharap demokrasi harus lebih baik, lebih berbelas kasihan dan lebih memperhatikan serta bertanggung jawab untuk kesejahteraan rakyat.

Anggota DPD RI DR Rahmat Shah menambahkan, pihaknya mendorong terus berkembangnya kehidupan berdemokrasi di Sumut yang sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia antara lain melalui amandemen Undang-Undang Dasar 1945.

Berkaitan dengan Pilgubsu, Rahmat Shah mengingatkan masyarakat untuk terus menagih janji-janji yang disampaikan para kepala derah terpilih. Demikian pula untuk Pilgubsu 2013, masyarakat harus berperan aktif dalam proses pengawasan.

Dia mengkiritisi masih banyaknya permasalahan tanah di Sumut, pembangunan Bandara Kualanamu,  pembangunan Islamic Centre, perbaikan jalan Aek Latong yang sudah mendapat kucuran dana Rp650 miliar, pengadaan air bersih dan sejumlah permasalahan lainnya.

Ketua KPUD Sumut Irham Buana Nasution SH MHum mengingatkan masyarakat untuk melakukan pergerakan terstruktur agar tercipta penataan demokrasi di Sumut. Ia mengkritisi banyak peraturan daerah yang dibuat justru dijadikan alat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) padahal rakyat bisa mengelolanya sendiri.
Irham berharap Pilgubsu 2013 masih dilaksanakan dengan pemilihan secara langsung di mana rakyat secara merdeka memilih calon kepala daerahnya. (*)

Buruh Bangunan Tewas Tertimpa Tembok

MEDAN- Seorang buruh bangunan tewas tertimpa tembok saat membongkar bangunan rumah di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Kesawan, Medan Barat, Sabtu (24/12) siang pukul 13.30 WIB. Buruh bangunan tersebut, Siswadi (39), warga Jalan Tembung, Percut Sei Tuan, Deli Serdang.

Menurut seorang pekerja, saat itu mereka disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Suwandi yang bekerja tanpa dilengkapi alat keselamatan seperti helm, se dang memukul dinding bagian bawahn dengan mengunakan palu. Sedangkan tembok di bagunan tua ini pada bagian atas tidak ada penyangganya, rentan dan akhirnya rubuh sehingga menimpah Siswadi. Seketika Siswadi tewas dengan kondisi kepala pecah.

“Dia (Siswadi) baru bekerja dua hari. Saya belum mengenal dia. Kami beda bagian kerja,” ungkap pekerja tersebut sebelum dibawa polisi ke dalam mobil untuk dimintai keterangannya sebagai saksi di Mapolsekta Medan Barat.
Sementara menurut warga sekitar, pembongkaran bangunan tersebut telah lama berlangsung. Sebelumnya, bangunan tua tersebut digunakan untuk usaha rumah makan. “Dulu, waktu masih ada Kesawan Square, bangunan itu digunakan untuk usaha rumah makan. Sekarang ini tidak tahu, mau dijadikan apa,” ungkap warga sekitar yang enggan menyebutkan namanya.

Sementara menurut informasi yang diterima dari petugas Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan, saat itu korban tengah merubuhkan bangunan di kawasan tersebut. Naas, korban yang berada di ketinggian empat meter itu tiba-tiba terjatuh dan tertimpa reruntuhan batu.

Korban tewas dengan mengalami luka cukup parah di bagian kepala. Petugas kepolisian Polsek Medan Barat langsung ke kelokasi kejadian untuk olah TKP. Selanjutnya, jenazah korban langsung dievakuasi dengan mobil ambulans ke rumah sakit milik Pemko Medan tersebut.

“Kami juga nggak tahu kenapa dia jatuh. Tapi saat itu posisi dia di atas bangunan itu dan mau merubuhkan tiang. Tidak tahu kenapa, korban jatuh dan reruntuhan bangunan menimpa tubuhnya,” ujar Sudarman, seorang rekan kerja korban.

Melihat kejadian itu, dirinya dan teman kerjanya yang lain mencoba memberikan bantuan. Namun, nyawa korban tidak tertolong. Korban tewas tanpa sempat mendapat penanganan medis.

“Badannya tertimpa batu bangunan yang jatuh dari atas bangunan juga. Sempat kita tolong, tapi korban telah tewas karena lukanya cukup parah ya. Terutama pada kepalanya, banyak mengeluarkan darah,” jelas Sudarman.
Sementara itu Kapolsekta Medan Barat AKP Nasrun Pasaribu saat dikonfirmasi di lokasi menuturkan, pihaknya masih mennyelidiki peristiwa tersebut. “Kami belum bisa memastikan penyebab tewasnya korban. Apakah karena ambruknya tembok itu atau korban terjatuh. Kita masih memeriksa lima pekerja bangunan,” ungkapnya.
Selain memeriksa pekerja bangunan, Nasrun menambahkan, pihaknya mencari mandor pekerjaan dan pemilik bangunan tersebut. “Pemilik bangunan masih dicari. Siapa yang menyuruh pekerjaan ini juga masih kita cari. Mandornya belum diketahui siapa,” tuturnya.(gus/mag-11)

BLH Sumut Tanam Bibit Pohon

Ciptakan Danau Toba Hijau

MEDAN- Untuk menciptakan Danau Toba Hijau dan bersih, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut kembali melakukan penanaman pohon bersama Muspida Plus Kabupaten Samosir yang dilaksanakan di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Rabu (21/12).

“Kegiatan ini diharapkan dapat membangkitkan kesadaran kita untuk senantiasa melestarikan Danau Toba,” ujar Kepala BLH Sumut Dr Ir Hj Hidayati MSi kepada pers di sela-sela gotong royong yang di laksanakan di tanah ponggol dirangkai dengan penamaman bibit pohon.

Menurut Ir Hidayati, dengan mengusung tema “Melalui Gotong Royong, Kita Ciptakan Danau Toba Bersih,” kawasan Danau Toba diharapkan menjadi kawasan bersih dan hijau bebas dari sampah.

Hadir dalam acara ini Kepala Staf Komando Distrik Militer (Kasdim) 0210/TU. Mayor Inf Risa Wilsi SH, Kepala BRI Cabang Medan/Pangururuan/Siantar yang berpartisipasi dalam menyumbangkan bibit pohon, Bupati Samosir  Ir  Mangindar Simbolon, Ketua PKK Kabupaten Samosir, Ny R Artha M Simbolon, kelompok tani dan karang taruna dan para PNS, unsur LSM dan masyarakat. Acara pembersihan (clean-up) yang digelar BLH Sumut  ini sejalan dengan akan diselenggarakannya Pesta  Danau Toba (PDT) pada 27-30 Desember 2011.

Lebih jauh, Kepala BLH Sumut, Ir Hidayati menjelaskan, untuk mensukseskan  perayaan Pesta Danau Toba Tahun 2011 yang dilaksanakan pada tanggal 27-30 Desember 2011, Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara akan melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan yang terkait dengan sektor lingkungan hidup.

Diantaranya adalah dengan kegiatan  gotong-royong yang bertujuan untuk mendorong partisipasi masyarakat dan aparatur pemerintah untuk mengaktifkan kembali Gerakan Jumat Bersih. Pesta dan Festival Danau Toba yang dirayakan setiap tahun sekali perlu dilaksanakan dengan warna yang berbeda dengan melibatkan semua sektor
Selanjutnya, tambah Hidayati, untuk membersihkan kawasan Danau Toba dari sampah plastik, kaleng bekas di pantai dan enceng gondok di perairan danau. Serta mewujudkan Danau Toba yang bersih sebagai wujud  komitmen dan aksi kita bersama dalam mensukseskan pelaksanaan   PDT 2011.

“ Yang mana pada saat Pesta Danau Toba berlangsung, ada puluhan relawan  dengan tong sampah berjalan akan membersihkan  kawasan kegiatan  PDT seketika itu juga, sehingga ketika  acara usai, kawasan Danau Toba sudah bersih seperti semula’ ujarnya.

Ir Hidayati mengajak pemerintah kabupaten di kawasan Danau Toba terus-menerus mengajak warga setempat melestarikan Danau Toba. Karena, sampah yang terbuang ke kawasan danau tidak hanya limbah domestik dari pemukiman di pinggir danau. Tetapi juga dari pemukiman di pegunungan dan limbah pertanian. Sehingga sampah di daratan seharusnya dikelola mulai dari rumah tangga.

Sementara itu, 3.000 bibit pohon yang ditanam secara simbolis oleh Kepala  BLH Ir Hidayati merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) BRI Sumut. Bantuan bibit dan penanaman pohon ini diserahkan secara simbolis kepada Pemkab Samosir melalui Badan Lingkungan Hidup Samosir  sebanyak 1.000 pohon, untuk selanjutnya diserahkan kepada kantor-kantor pemerintahan, yakni Panitia Pesta Danau Toba 2011 sebanyak 600 pohon, kepada TNI 500 pohon, LSM Green Samosir sebanyak 400 pohon dan Sekolah-sekolah sebanyak 500 pohon.

Pada kegiatan ini, dalam sambutannya Bupati Samosir Ir Mangindar  Simblon memberikan apresiasinya. Di masa mendatang, agar Danau Toba bersih, perlu dilakukan berbagai langkah- langkah  praktis tidak hanya teori, yakni mengurangi limbah dan sampah dari sumbernya dan sampah tidak lagi menjadi permasalahan yang harus  dihindari . (*/ade)