25 C
Medan
Wednesday, December 24, 2025
Home Blog Page 14230

Mahasiswa Dukung Harapan Square

MEDAN- Ratusan massa yang mengatasnamakan Barisan Mahasiswa Harapan (BMH) menggelar aksi mendukung pembangunan Harapan Square di gedung DPRD Medan, Senin (19/12) siang. Dalam aksinya, masa yang membawa sejumlah poster dan tandatangan dukungan pembangunan Harapan Square, meminta kepada DPRD Medan mendukung pembangunan Harapan Square dan meminta Wali Kota Medan Rahudman Harahap melanjutkan pembangunan Harapan Square.

“Kami meminta Wali Kota Medan mempercepat pembangunan Harapan Square, karena dianggap positif bagi kemajuan Kota Medan. Kami juga meminta jangan ada tumpang tindih kepentingan pribadi dari pembangunan Harapan Square, karena kami mendukung Visit Medan Year 2012,” kata koordinator aksi, Dimas Pradipta dalam orasinya di tengah-tengah ratusan masa.

Dikatakannya, kemajuan Kota Medan sudah tidak bisa ditawar lagi, maka DPRD Medan harus berpihak dan mendungkung pada kemajuan Kota Medan. “BMH meminta semua pihak sama-sama mendukung atas pembangunan  Harapan Square karena menjadi wajah baru dari pengurangan tingkat kejahatan di Warkop Harapan baik transaksi seks komersial maupun peredaran narkoba,” jelasnya.

Sementara, Ketua Komisi C DPRD Medan Jumadi menjelaskan, pembahasan antara warga sekitar dan Pemko Medan yang difasilitasi Komisi C dan D DPRD Medan yang seharusnya dilaksanakan Senin (19/12), batal dilaksanakan karena anggota Komisi D DPRD Medan tidak bisa hadir.

“Pertemuan dengan mengundang warga sekitar, pihak kecamatan dan KSU terpaksa dibatalkan karena angota Komisi D tidak lengkap. Sedangkan Komisi C hanya memipin pertemuan. Sedangkan Komisi D yang memahami dengan perizinan dan pembangunan tersebut,” jelas Jumadi di gedung dewan.

Sedangkan untuk kapan pertemuan pembahasan antara warga dengan Pemko Medan, akan dijadwalkan kembali, dia belum bisa memastikan. “Kita sudah melaporkan ke pimpinan DPRD Medan untuk segera mengundang komisi terkait agar hadir dalam pertemuan mendatang. Kalau untuk kapan waktunya, belum bisa dipastikan yang jelas secepatnya akan dilaksanakan,” bebernya.

Sebelumnya, Komisi C DPRD Medan memin ta Pemko Medan untuk menghentikan pembangunan Harapan Square untuk sementara (stanvas) hingga dilakukannya pertemuan antara Pemko Medan, masyarakat dan pedagang dan anggota dewan yang akan dilakukan kemarin. Ternyata pertemuan tersebut batal digelar.(adl)

PT Jasa Raharja Sosialisasikan Keselamatan Berkendara

MEDAN- PT Jasa Raharja Cabang Sumatera Utara melakukan koordinasi dengan kepolisian dan Dinas Perhubunganan dalam upaya pencegahan, penanganan dan tindak lanjut bagi korban kecelakaan. Koordinasi itu sendiri dilaksanakan dalam bentuk acara sosialisasi aksi keselamatan pengendara bermotor.

“Menjelang mudik Natal dan Tahun Baru, berbagai upaya sosialisasi keselamatan berkendara dilakukan sejumlah instansi terkait. Salah satunya yakni yang telah kita lakukan pada hari ini,” ungkap Kepala Cabang PT Jasa Raharja Sumatara Utara Udjiono dalam sosialisasi keselamatan berkendara, Minggu (18/12).

Dia juga mengaku, angka kecelakaan lalulintas di Sumatera Utara cukup tinggi. Mengingat pada 2011 ini, bilang Udjiono, klaim asuransi yang ditaggung oleh PT Jasa Raharja Cabang Sumatera Utara mencapai Rp100 miliar lebih.
“Jumlah ini kemungkinan akan bertambah, mengingat masih adanya momen mudik Natal dan Tahun Baru yang biasanya menyumbang angka kecelakaan berkendara,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Udjiono meminta kepada masyarakat untuk tetap mengutamakan keselamatan. Menurutnya, nilai nominal klaim bukan menjadi masalah utama, yang terpenting bagaimana para pengendara bermotor khususnya kendaraan roda dua untuk lebih mawas diri dalam upaya menjaga keselamatan dirinya dan keluarganya.
Acara yang dilangsungkan dengan touring kebeberapa lokasi Jalan Protokol di Medan ini diikuti ratusan pengendara sepeda bermotor yang tergabung dari beberapa elemen masyarakat dan instansi terkait.(uma)

10 Persen Wanita Menikah di Usia 16 Tahun

MEDAN- Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) di Sumut menyebutkan, 10 sampai 11 persen Wanita Usia Subur (WUS) menikah di usia 16 tahun. Padahal, persiapan kehidupan yang ideal untuk WUS yaitu usia 20 tahun untuk menjaga mental dan kesiapan reproduksi.

Hal itu diungkapkan Kepala Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumut Nofrijal SP MA pada sosialisasi program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Remaja (PKBR) bagi pengelola dan mitra kerja Kabupaten/Kota Provinsi Sumut, di aula Universitas Panca Budi (Unpab) Medan, beberapa waktu lalu.

Menurut Nofrijal, BKKBN melakukan upaya sosialisasi PKBR di Kabupaten/Kota melalui generasi berencana (genre). Dimana persiapan kehidupan yang ideal untuk wanita usia 20 tahun karena sudah siap secara fisik dan mental seperti kesehatan reproduksinya. “Bagi pria usia 25 tahun karena sudah siap secara mental dapat menjadi pemimpin muda dalam berkeluarga,” ujarnya.

Nofrijal juga mengatakan, ada lima hal dalam diri remaja yaitu waktu untuk sekolah, memasuki dunia kerja, aktulisasi diri, PKBR dan menjadi anggota masyarakat. Hal itulah, yang mendasari adanya Pusat Informasi dan Konseling (PIK), yang merespon permasalahan terhadap remaja. “25 sampai 30 persen dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta adalah remaja, yang mempunyai banyak permasalahan,” kata Nofrijal.

Menurutnya, diperlukan PKBR yang dilaksanakan melalui pengembangan PIK baik di sekolah, kampus, pramuka,LSM/OKP, Aktifitas keagamaan, pusat media elektronik dan jejaring sosial. Juga melalui kearifan lokal yaitu jaka dara. “Diperlukan komitmen dengan semua unsur, juga adanya SDM pengelola dan pelaksana yaitu pendidik dan konselor serta sarana pendukung,” ucapnya.
Sementara Kabid Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Perwakilan BKKBN Sumut A.Sofian Rangkuti,SE,MAP menyampaikan permasalahan remaja akan mengurangi kesempatan remaja mempraktekkan perilaku hidup sehat. Remaja yang tidak berperilaku hidup sehat akan menjadi korban dari resiko seks pra nikah, narkoba dan HIV/AIDS.

“Untuk merespon hal itu, BKKBN mengembangkan program PKBR yang akan membantu mengatasi masalah remaja dan merencanakan kehidupan berkeluarga. Juga pembentukan PIK remaja dan mahasiswa,” ungkapnya. Acara yang diisi seminar ini dihadiri oleh Rektor Universitas Panca Budi, perguruan tinggi lainnya,Perwakilan BKKBN Pusat,  Kwardasu, Kwarcab dan Kwaran serta Anggota Pramuka dari Kabupaten/Kota. (mag-11)

Bangun Kota Metropolitan Lewat Go Green

Wali Kota Tanam Pohon dan Lepaskan Bibit Ikan di Cadika

Pemerintah Kota (Pemko) Medan sudah dan sedang melakukan upaya membangun Kota Metropolitan, yaitu melakukan program Go Green. Saat ini, salah satu realisasinya dilakukan dengan membuka Kota Hijau atau membangun hutan kota yang ditangani Bank Negara Indonesia (BNI), mulai penataan ruang, membangun hutan kota sampai ruang terbuka hijau.

Hal tersebut dikatakan Wali Kota Medan Drs H Rahudman Harahap MM, usai melakukan acara penanaman pohon dan pelepasan bibit ikan emas di Cadika Medan Johor, Sabtu (17/12) pagi.

Sedangkan untuk RTH nantinya, akan dijadikan dalam bentuk taman. “Ruang terbuka hijau ini akan dijadikan sebagai taman, atau tempat bermain anak-anak,” tambah Rahudman.

Dijelaskannya, untuk menjadikan Kota Medan peduli terhadap lingkungan hidup serta menuju Kota Metropolitan yang aman dan nyaman. Setiap pekuburan di Kota Medan akan dijadikan sebagai ruang terbuka hijau. “Pekuburan akan ditata menjadi ruang terbukan hijau. Disitu akan dibuat lampu sehingga setiap pekuburan akan tampak indah,” kata Rahudman.

Untuk itu, lanjutnya menegaskan, Pemko Medan berencana membuat Rancangan Peraturan Wali Kota (Perwal) Medan tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH). “Dalam Perwal itu, akan diatur mengenai kewajiban setiap rumah di Kota Medan menanam pohon, sehingga Kota Medan akan lebih baik,” papar Rahudman.

Dengan begitu, tambahnya, diberlakukannya Perwal tersebut, setiap rumah diwajibkan menanam pohon. “Setiap rumah akan diwajibkan menanam pohon, satu atau dua batang, bila pemilik rumah tidak sanggup membeli bibit pohonnnya, Pemko Medan akan memberikan bibit,” tambah Rahudman.

Terpisah, Direktur Jendral Otonomi Daerah Kementrian Dalam Negeri (Dirjen Otda Kemendagri) Prof DR Djohermansyah Djohan MA, yang hadir dalam acara tersebut menilai, Kota Metropolitan bukan hanya dilihat dari banyaknya gedung besar, tinggi dan mewah atau gedung-gedung pencakar langit, namun Kota Metropolitan merupakan kota yang peduli terhadap lingkungan hidup.

“Banyak orang yang menganggap Kota Metropolita dilihat dari segi bangunan di kota itu, sekarang paradigma itu harus diubah. Kota Metropolitan juga dilihat dari segi lingkungannya,” jelas Djohan.

Dikatakan Djohan, salah satu upaya untuk membangun Kota Metropolitan, harus membuat hutan kota, seperti program yang sudah dilakukan Pemko Medan yaitu Go Grenn. “Membuat Hutan Kota maupun Taman Kota, sehingga terlihat indah, dan orang yang melewati kota itu merasa nyaman. Kemudian masyarakatnya juga harus ikut mendukung dan menjaga lingkungan tersebut,” terang Djohan.

Djohan berharap, Pemko Medan tetap terus meningkatkan program Go Green demi terciptanya Kota Metropolitan yang aman, nyaman dan indah.

“Tahun 2012, Pemko Medan harus terus melakukan pemeliharaan lingkungan hidup, dan meningkatkan program Go Grenn demi kepentingan masyarakat,” ucap Djohan.(adl)

Bebaskan Masyarakat dari Kebodohan

Makin rendahnya minat baca merupakan ancaman yang potensial mengganggu program peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di segala bidang dan lapisan masyarakat. Para pelajar, umumnya hanya membaca ketika mau ulangan. Mahasiswa hanya membaca saat mau ujian. Sedangkan para birokrat dan aparat negara hanya membaca apa yang terkait dengan bidang tugasnya, misalnya buku perundang-undangan.

Nah, menyikapi kondisi ini, Lembaga Sosial Nusantara Skill (LSNS) Sumatera Utara dengan giat menjalankan progam untuk memajukan masyarakat agar terbebas dari kebodohan dan menjadi masyarakat yang kaya wawasan di berbagai ilmu pengetahuan. Seperti apa? Berikut petikan wawancara wartawan Sumut Pos Tomi Sanjaya Lubis dengan Direktur LSNS Sumut Ahmad Khairudin, beberapa hari lalu.

Menurut Anda, seperti apa minat baca masyarakat Sumut saat ini?

Kita masih merasa prihatin, karena minat baca masyarakat Sumut masih sangat rendah, umumnya di daerah pedesaan, mulai orang tua hingga anak-anaknya. Padahal, membaca itu salah satu cara agar kita bisa menjelajahi dan mengetahui segala informasi sehingga bisa terhindar dari kebodohan. Apalagi, salah satu misi gubernur kita adalah agar rakyat tidak bodoh.

Apa penyebabnya rendahnya minat baca masyarakat?  

Mungkin karna media dan akses untuk mendapatkan sumber-sumber bacaan, khususnya di daerah terpencil sangat sedikit. Bahkan, tidak ada sumber bacaan di daerah terpencil tersebut. Sehingga para masyarakat yang termasuk orang tua dan anak-anaknya kurang gairah membaca dan lebih mementingkan pekerjaan yang dilakoninya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Lalu bagaimana langkah atau cara untuk menimbulkan gemar membaca masyarakat?

Pertama-pertama kita harus rumuskan konsep sadar membaca bagi masyarakat, khususnya masyarakat di daerah terpencil melalui fasilitas seperti taman bacaan, rumah pintar dan penyediaan sumber-sumber bacaan yang dicari masyarakat. Selain itu, bisa juga menyediakan fasilitas internet bagi masyarakat di daerah pedesaan.

Namun, untuk memberikan fasilitas internet di daerah tersebut, paling utama, kita harus memberikan pengetehuan cara mengunakan internet. Pasalnya, banyak masyarakat di pedesaaan tidak mengetahui cara penggunaan internet. (*)

Rapor Deliserdang Merah

Wakil DPRD Akui Pertemuan di Rumah Makan

LUBUKPAKAM-Laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Deliserdang 2011 dan 2012 diprediksi akan bernasib disclaimer atau BPK-RI tidak memberikan pendapat. Bila hal itu terjadi, maka nilai rapor Pemkab Deliserdang enam tahun berturut-turut berwarna merah.

Hal itu ditegaskan ketua Fraksi PDI-Perjuangan Apoan Simanungkalit, akhir pekan silam. Indikasi bakal mendapat nilai disclaimer terlihat ketika Badan Anggaran (Banggar) legislatif dan eksekutif tidak mengikuti aturan Permendagri No 22 tahun 2011 tentang pedoman penyusunan APBD tahun 2012.

Banggar terkesan menutupi proses pembahasan mulai Kebinjakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sampai proses pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (R-APBD) dan ditetapkan menjadi APBD 2012 dengan nilai Rp2,1 triliun. Menurut aturan mainnya, Banggar harus melalui serangkain proses sesuai yang diamanahkan Permendagri No 22 tahun 2011 tentang pedoman penyusunan APBD 2012.

“Banggar tidak boleh secara sembuny-sembunyi membahasnya. Padahal Badan Musyawarah DPRD telah menetapkan jadwal tentang pembahasan R-APBD. Anehnya pembahasan KUA-PPAS di hotel kemudian ditandatangani di rumah makan. Itu sudah tidak benar,” kecam Apoan.

Padahal, sejatinya APBD disusun sesuai dengan prinsip sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah daerah, kemudian disusun tepat waktu dan jadwal. APBD disusun secara transparan, di mana memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang APBD.

Keterlibatan parisipasi masyarakat dibutuhkan dalam proses penyusunan APBD, selanjutnya APBD memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Kemudian prinsipnya APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.

Bila mengacu kepada prinsip tersebut, maka sudah selayaknya APBD 2012 yang baru disahkan tanggal 15 Desember silam, dibatalkan.”Karena melanggar prinsip penyusunan APBD. KUA-PPAS disahkan di rumah makan, pada hari Sabtu 3 Desember pukul 22.00 WIB. Itu pelanggaran prinsip,” katanya.

Soalnya, pada Senin tanggal 5 Desember digelar rapat paripurna penyampaian Nota R-APBD Ta 2012 yang dibacakan Wakil Bupati Zainuddin Mars. Padahal sejatinya, usai penandatanganan KUA-PPAS Bupati Deliserdang harus menerbitkan surat edaran pedoman RKA-SKPD membutuhkan waktunya sepekan.

“Jangan-jangan Bupati telah mempersiapkan RKA-SKPD (Rencana Kerja Anggaran –Satuan Kerja Perangkat Daerah, Red) dan RKA-PPDK (Rencana Kerja Anggaran -Pejabat Pengelola Keuangan Daerah, Red) serta penyusunan Rancangan APBD Ta 2012, sebelum KUA-PPAS disahkan,” curiga Apoan.

Masih Apoan Simanungkalit, tidak dibahas R-APBD Ta 2012 dan langsung disahkan karena tidak mampu menjawab pertanyaan fraksinya. Yakni, berupa adanya neraca utang padahal belum pernah disepakati. Pemkab Deliserdang ngotot melaporkan utang kontruksi sekitar Rp50.494.966.459,00 yang berada di pos Dinas PU dalam Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (LPPAPBD) TA 2010.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Ruben Tarigan, membantah bahwa KUA-PPAS Deliserdang Ta 2012 disahkan di rumah makan. Namun, Ruben tidak menampik adanya pertemuan Banggar Eksekutif dan Legislatif di rumah makan Garuda Jalan Adam Malik Medan.

“Saya diundang pada hari Sabtu dan makan malam. Di sana hadir Sekda, kepala Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kadis Bapeda, serta beberapa anggota Banggar lainnya,” jelasnya.

Sebelumnya pengamat politik asal Universitas Sumatera Utara (USU) Ridwan Rangkuti menyatakan APBD Deliserdang 2012 yang baru disahkan itu sarat muatan dan kepentingan politis. Menurutnya, pola pikir yang berkembang dan terpatri di pikiran anggota dewan, khususnya DPRD Deliserdang hanya berpikiran secara sempit. Dalam arti kata, hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan Daerah Pemilihan (dapil)-nya saja.

“Inilah yang disayangkan. Anggota dewan itu hanya memandang kepentingannya dan kepentingan dapilnya saja, tanpa mementingkan kepentingan yang lebih luas yaitu pembangunan Deliserdang, Sumut dan bangsa ini,” tegasnya. (btr)

Kotak Berisi Koin dan Selebaran

Gereja Katholik Jalan Pemuda Diteror

MEDAN- Gereja Katholik Jalan Pemuda Medan dikejutkan dengan kotak yang disinyalir berisi bom. Kotak tersebut diketahui pada Minggu (18/12) sekitar pukul 06.30 WIB.

Saat ditemui Sumut Pos, N Manalu pegawai Gereja Katholik tersebut mengaku, dia melihat seorang pria membawa bungkusan kotak berwarna cokelat dan meletakkannya di dekat pos satpam. Kemudian, lelaki tersebut memindahkan kotak itu lagi ke depan pelataran pintu masuk gereja.

Karena curiga, N Manalu mendekati pria tersebut dan memanggilnya. Namun, panggilan itu tak dihiraukan, lelaki tersebut dengan buru-buru meninggalkan gereja dan langsung masuk ke dalam mobil Eskudo berwarna hijau yang dikendarai rekannya. “Tadinya saya mau keluar sebentar. Saya lihat ada yang meletakkan kotak warna cokelat di dekat pos satpam.  Setelah itu, pria tersebut memindahkannya ke depan pintu gereja. Pas saya panggil, dia seperti buru-buru pergi meninggalkan gereja dan menaiki mobil yang menunggunya,” kata Manalu.

Karena curiga dengan isi kotak, Manalu memberitahukan kejadian tersebut kepada Dharma, petugas keamanan gereja tersebut. Kemudian, dengan dilengkapi alat pendeteksi unsur logam, Dharma memeriksa kotak dan alat tersebut mengeluarkan bunyi.

“Saya lapor sama bagian petugas keamanan. Saya takut dan kita juga antisipasi. Ini kan menjelang Natal, kemungkinan saja ada orang yang sengaja meneror dan membuat takut para jemaat. Saat itu kondisi gereja sunyi, karena masih pagi ya. Belum ada jemaat yang datang,” jelasnya.

Sementara itu, Dharma yang dikonfirmasi mengatakan pada kertas kotak berwarna cokelat tersebut berisi tulisan yang ditujukan kepada gereja. Namun, tidak tertulis siapa pengirimnya. Lantas, setelah ada indikasi barang mencurigakan di dalam kotak itu, dirinya langsung memindahkan kotak ke dekat gerbang gereja.

“Kotaknya ditujukan pada jemaat gereja. Ada tulisannya di atas kotak. ‘Kepada Yth. Para Jemaat Gereja Katholik Jalan Pemuda Di Medan – Sumut’. Tapi identitas pengirimnya nggak dibuat. Kita memang memiliki alat pendeteksi. Jadi karena mencurigakan, saya periksa, ternyata alatnya berbunyi,” ujarnya.

Kemudian pihaknya langsung melaporkan kejadian tersebut pada petugas Polsek Medan Kota. Selanjutnya tim penjinak bom turun ke lokasi kejadian dan mengamankan kotak tersebut.

Menurutnya, teror bom yang dilakukan oleh orang tak dikenal di gereja tersebut sudah terjadi tiga kali saat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru ini. Selain itu, lanjutnya, sekita pukul 07.00 WIB pagi itu, jemaat mendatangi gereja karena akan melaksanakan misa katholik. “Memang paginya kita ada misa. Otomatis gereja ramai. Tapi kita sudah berpesan agar para jemaat tidak usah khawatir dan dapat menjalankan misa dengan baik. Kita sudah antisipasi itu. Petugas kepolisian juga sempat membuat police line di tempat penemuan kotak tadi, tapi sekarang udah dicabut,” ujarnya.

Dengan peristiwa tersebut, pihak gereja akan lebih meningkatkan pengamanan menjelang Natal dan Tahun Baru ini. “Keamanan gereja akan lebih kita tingkatkan. Ini perbuatan orang yang sengaja mau meneror kita. Jadi petugas kepolisian juga kita harap untuk lebih melakukan pengamanan khususnya di wilayah gereja dan rumah ibadah lainnya,” harapnya.

Terpisah, Kapolsekta Medan Kota, Kompol M Sandy Sinurat yang dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Tim gegana dari satuan Brimob langsung turun ke lokasi dan barang yang dicurigai sebagai bom, telah diamankan ke Brimob dan dilakukan pemeriksaan.

“Setelah diamankan, dan diperiksa melalui detektor memang isinya ada logam koin dan selebaran kertas. Jadi isinya bukan bom, hanya berupa teror saja. Kita juga sudah mintai keterangan dari saksi yaitu satpam gereja, sekarang masih diproses dan diselidiki,” bebernya. (mag-11)

Mayat Bergelimpangan dan Membusuk

Korban Tewas Badai di Filipina Terus Bertambah

MANILA- Korban tewas badai di Filipina terus bertambah. Data terakhir akibat Badai Washi yang berimbas pada banjir bandang mencapai 652 jiwa. Sedangkan sekitar 800 orang lainnya dilaporkan hilang dan masih dalam pencarian oleh petugas penyelamat.

Seperti dilansir oleh Reuters, Minggu (18/12), data terbaru Palang Merah Filipina menyebutkan sebanyak 652 orang yang menjadi korban tewas berasal dari 8 provinsi di wilayah selatan Mindanao. Korban paling banyak terjadi di Kota Cagayan de Oro dan Iligan di pulau tersebut. Kedua tempat ini yang paling parah mengalami kerusakan akibat banjirn
bandang setelah terjangan topan. Seluruh desa tersapu saat badai tropis Washi mengobrak-abrik Filipina selatan.

Pemerintah dan Palang Merah Filipina meminta bantuan makan, pakaian, dan tempat tinggal bagi lebih dari 35.000 orang yang berkumpul di pusat-pusat evakuasi. Sekitar 20.000 personel militer dikerahkan untuk melakukan penyelamatan terhadap korban dan memberikan bantuan kepada warga yang selamat di pantai utara Pulau Mindanao.
Warga setempat mengatakan, jasad-jasad korban memenuhi kamar-kamar mayat di Cagayan de Oro.

Para petugas bekerja ekstra untuk menangani korban tewas, menyediakan peti mati, dan air untuk membersihkan mayat agar tidak membusuk. Mayat-mayat itu cepat membusuk karena tubuh mereka dipenuhi air dan lumpur. Selain kekurangan peti mati, Filipina juga kekurangan formalin untuk mengawetkan jenazah.

“Kota kami dilanda banjir, kami hanya memiliki sedikit formalin. Butuh empat jam untuk mengawetkan setiap jenazah dan saat ini, lebih dari 200 jenazah harus diawetkan secepat mungkin,” ujar pengurus jenazah Dexter Lacson, seperti dikutip AFP, Minggu (18/12).

Salah seorang pejabat Departemen Kesehatan Filipina bahkan menyarankan agar jenazah korban dikuburkan di sebuah kuburan massal.
“Setelah jenazah-jenazah ini usai diperiksa, kami mungkin akan membuat kuburan massal,” ujar pejabat Departemen Kesehatan Filipina.
Wali Kota Cagayan de Oro, Vicente Emano, memperkirakan korban tewas di wilayahnya mencapai 500-an orang. Akibat banyaknya korban tewas, rumah pemakaman Somo menolak menerima dua jasad anak yang tenggelam.
“Kami tidak dapat menerima anak-anak tenggelam. Kami sudah kewalahan. Kami hanya memiliki empat alat pembalsem,” kata Ryan Somo, salah satu anggota keluarga pemilik rumah pemakaman.

Kekurangan air bersih juga melanda kota-kota yang dilanda bencana. Pemerintah Kota Cagayan de Oro terpaksa membuka hidran kebakaran untuk memasok air bersih. Warga pun terpaksa mengantre panjang warga terjadi untuk mendapatkan air bersih.

“Peristiwa ini yang pertama kalinya terjadi di kota kami,” ujar Wali Kota Cagayan de Oro, Vicente Emano dalam sebuah wawancara dengan radio setempat.

Menurut Emano, pejabat setempat tidak menerima peringatan dini sebelum badai menerjang. Namun, Badan Bencana nasional menyatakan, pihaknya telah memberikan peringatan dini kepada sejumlah pejabat dan warga di lokasi yang akan dilalui badai Washi pada 3 hari sebelumnya.

Diperkirakan 20 jenis badai dan angin topan, yang sebagian besar mematikan, melanda Filipina setiap tahunnya. Badai dan angin topan tersebut seringkali melanda wilayah utara Filipina. Sedangkan wilayah selatan Filipina selalu terhindar dari badai, oleh karena itu saat badai Washi melanda, banyak warga yang tidak bersiap.

Pemerintah Filipina telah mengerahkan militer mereka ke lokasi bencana, baik untuk mengevakuasi korban tewas maupun menangani para korban yang masih hidup dan terpaksa harus mengungsi.

“Bencana ini sangat besar. Kami tidak pernah berpikir jumlah korban tewas sampai sebesar ini,” ujar Menteri Pertahanan Filipina Voltaire Gazmin.

Gazmin berencana langsung terbang ke Cagayan de Oro bersama para petinggi militer lain. Prajurit militer Filipina bersama petugas penyelamat lain bekerjasama menyelamatkan para korban yang selamat dan juga mengevakuasi mereka yang tewas.

Tugas mereka sangat berat mengingat banyak akses jalan terputus dan juga genangan lumpur yang sangat berbau akibat mayat-mayat korban yang memang menjadi cepat membusuk karena terendam air.  (ap/afp/rtr/jpnn)

Warga Bandar Klippa tak Peduli Gerimis

Minggu Sehat Bersama Sumut Pos

MEDAN-Minggu Sehat bersama Sumut Pos kembali digelar. Kemarin, even ini digelar di Lapangan Reformasi Bandar Klippa Jalan Medan Batang Kuis Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Minggu pagi pukul 06.00 WIB (18/12).

Meski ditemani hujan germis warga Percut Sei Tuan tampaknya tidak kehilangan semangat. Buktinya, senam pagi kemarin yang dipandu tiga orang dari Asosiasi Instruktur Senam dan Fitnes (ASIAFI) Sumatera Utara yakni Meylan, Eci, dan Citra, berlangsung dengan meriah.

“Selama dua minggu  belakang ini, peserta yang mengikuti Minggu Sehat Sumut Pos  sangat banyak,” terang panitia, Adnan C Nainggolan.

Lelaki yang akrab dipanggil Anang ini menambahkan, Minggu Sehat Sumut Pos merupakan agenda yang didukung Durol, Holtis Care, Akademi Kebidanan Delima, Kumbang Mas Elektronik, Sindo Radio, Asiafi Sumut, Radio Dangdut Indonesia, dan Radio Sonya FM.  “Selain senam, kami juga menyediakan lucky draw seperti handphone, kompor gas, blender, dispenser, sertika dan lainnya. Untuk mendapatkan hadiah undian tersebut, peserta diwajibkan untuk mengisi formulir Minggu Sehat Sumut Pos dan meletakkannya ke kotak undian yang telah disediakan,” terang Anang.
Kepala Desa Bandar Klippa, Suripno SH, mengatakan kegiatan yang dilaksanakan sangat bermanfaat.  “Desa Bandar Kllipa siap membantu dan selalu mendukung kegiatan yang baik dilakukan harian Sumut Pos,” bilang Suripno.

Hal senada juga diungkapkan, Meylan salah satu pemandu senam. Dia menyebutkan kegiatan yang dilakuakan Harian Sumut Pos sangat positif. Pasalnya kegiatan yang dilakukan ini merupakan bahagian dari membentuk stamina agar tetap sehat dan terlihat bugar. “Tentunya dengan melakukan senam dapat juga terhindar dari penyakit-penyakit yang tidak dinginkan,” kata Meyland.

Meylan berharap kegiatan ini dapat terus dilakukan harian Sumut Pos di daerah yang berada di Sumatera Utara lainnya. (omi)

Kaum Pria Dirikan Tenda setelah Ungsikan Anak-Istri

Warga Mesuji Nekat Bertahan dari Gusuran Perkebunan Sawit

Sengketa tanah di Mesuji, Lampung, tampaknya, akan semakin panas. Warga yang merasa dirugikan nekat bertahan dengan membangun tenda darurat. Semakin hari, jumlah mereka makin bertambah.

GUNAWAN SUTANTO, Mesuji

Jamroni dan sejumlah tetangga duduk di pos yang didirikan warga di Register 45 Sabtu (17/12) malam. Register 45 merupakan tanah yang disengketakan antara 3.000 warga dan PT Silva Inhutani Lampung (SIL). Perebutan tanah itu beberapa kali berujung pada bentrokan antara warga dan pamswakarsa yang dibentuk perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut.

Puncaknya terjadi pada 8 September lalu. Yakni, warga diusir oleh tim terpadu perlindungan hutan Provinsi Lampung. Mereka selama ini dianggap sebagai pembalak liar. Kini tak menutup kemungkinan konflik tersebut bakal terulang. Sebab, sekitar 2.500 orang pada 14 Desember lalu kembali menduduki tanah yang mereka anggap milik adat tersebut. Mereka mendirikan tenda seadanya untuk tempat tidur.

Jamroni merupakan salah seorang warga yang terusir dan kini masih mati-matian mempertahankan tanah yang dianggap haknya. Dia sudah lebih dari empat tahun menghuni tempat tersebut bersama tiga anaknya. Jamroni merupakan seorang transmigran dari Banyuwangi, Jatim. Melihat kakak dan adiknya sukses menjadi transmigran di Lampung, pria kelahiran 1957 itu pun memilih meninggalkan kampung halamannya di Banyuwangi.

“Sulit cari pekerjaan di kampung. Saya dengar di sini ada bukaan tanah, ya akhirnya saya bersedia,” ujarnya memulai cerita.

Aset di kampung asal yang dia miliki dijual semua. Sebagian digunakan membeli tanah di lahan yang kini menjadi sengketa itu. Awalnya, Jamroni memang merasa kehidupannya jauh lebih baik dengan menjadi petani di ladang tersebut. Namun, hal itu mulai terbalik ketika konflik perebutan tanah meruncing. “Saya awalnya ya tidak tahu kalau jadi bermasalah seperti ini,” katanya.

Kini pascaterusir dari tanah tersebut, Jamroni tetap bertahan di lokasi bersama sejumlah pria lainnya. “Kebanyakan anak-anak dan para istri tetap mengungsi. Tapi, sing lanang-lanang (yang laki-laki, Red) ya bertahan di sini,’’ papar Warjo, penghuni tanah register lain yang berasal dari Jogjakarta.

Keberadaan para petani yang menghuni tanah register memang sangat unik. Mereka bukan hanya asli warga Lampung, melainkan banyak transmigran dari daerah lain seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Sebelum tergusur, mereka kebanyakan tinggal sesuai dengan daerah asalnya. Karena itu, di tempat tersebut ada istilah Kampung Bali, Sunda, dan Jawa.

Kasus sengketa tanah di Register 45 sebenarnya sudah berlangsung lama. Sebab, sejak sekitar 1989, ada pembentukan perkampungan di tanah tersebut. Nama perkampungan itu awalnya kebanyakan memakai nama Moro. Misalnya, Morodewe, Morodadi, Morobatu, dan Moroseneng.

Pada 1991, Departemen Kehutanan memberikan areal hak pengusahaan hutan tanaman industri (HPHTI) sementara kepada PT Silva Inhutani Lampung di Register 45 Sungai Buaya Lampung seluas 32.600 hektare. PT SIL merupakan perusahaan patungan antara PT Silva Lampung Abadi dan PT Inhutani V.

Selanjutnya, pada 1997, keluar persetujuan perluasan areal HPHTI PT SIL seluas 10.500 hektare. Nah, di situlah mulai terjadi konflik. Sebab, perluasan area tersebut termasuk lahan yang sudah terdapat kampung warga. Warga sebenarnya sudah melakukan reclaiming perluasan lahan itu. Apalagi, di kawasan yang didiami warga, sudah banyak berdiri fasilitas umum seperti SD, SMP, masjid, musala, gereja, dan pura.

Pada era Menhut MS Kaban, keluarlah surat penolakan reclaiming. Tapi, Kaban tetap tidak mau mengeluarkan areal seluas sekitar 7.000 hektare dari kawasan hutan yang menjadi konsesi PT SIL karena berpegang pada SK Menhut sebelumnya. ’’Sejak itulah konflik tersebut terjadi dan memang, tampaknya, tidak ada upaya penyelesaian dari pemerintah yang berpihak ke masyarakat,’’ ujar Yusuf Ali, koordinator masyarakat dari lembaga adat Megou Pak.
Menurut dia, karena tidak ada upaya penyelesaian dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, lembaga adat terus memperjuangkan hak warga yang telah mendiami kawasan tersebut.

Yusuf menyatakan, jika tidak ada solusi terbaik untuk warga yang telah mendiami tempat tersebut, pendudukan akan tetap dilakukan. Semakin hari, warga yang kembali ke daerah tersebut memang makin banyak. Lahan Register 45 itu, oleh PT SIL, ditanami pohon albasia dan karet.

Untuk menuju Register 45, butuh empat jam perjalanan darat dari Bandar Lampung. Register 45 berada di Kabupaten Mesuji. Kabupaten tersebut merupakan hasil pemekaran dengan Kabupatan Tulang Bawang pada 20 November 2008. Tanah Register 45 berada di pinggir jalan trans Sumatera jalur timur.

Sebenarnya, tanah sengketa di Mesuji yang masuk Kabupaten Mesuji bukan hanya Register 45. Ada juga sengketa antara warga dari tiga kampung dan PT BSMI (Barat-Selatan Makmur Investindo). Lahan tersebut berada di sisi barat Mesuji. Sengketa itu terkait dengan tuntutan warga atas plasma sawit. Lahan yang dikuasai PT BSMI itu dimanfaatkan untuk perkebunan sawit. Konflik di situ lebih parah. Warga sempat membakar pabrik. Untuk sampai ke tempat tersebut, butuh waktu dua jam dari pusat Kota Mesuji dengan melewati jalan makadam. (*)