25 C
Medan
Saturday, December 27, 2025
Home Blog Page 14240

Jamaah Tertinggal, Bahaya ; Barang Tercecer Sudah Biasa

MEDAN-Setelah banyak koper yang ditahan, ternyata soal bawaan jamaah haji masih menjadi masalah. Ini bukan soal muatan atau isi bawaan yang kelebihan kuota, tapi lebih mengarah kepada barang yang tercecer.

Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Medan, Sazli Nasution mengaku setiap penyelenggaraan haji, ada beberapa jamaah yang kehilangan barang di Tanah Suci. “Memang ini sudah hal biasa, ada saja barang jamaah yang tercecer di Bandara King Abdul Aziz maupun di Bandara Polonia. Maka setiap pemulangan, barang-barang ini disisir dan petugas bagian ini juga ada.

Barang-barang yang tercecer disimpan dulu di Asrama Haji Medan, nanti kalau ada jamaah yang merasa kehilangan dapat mengklaimnya,” jelasnya, Jumat (25/11) Lanjutnya, sedangkan barang-barang yang tercecer di Bandara King Abdul Aziz, akan dibawa pada pemulangan kloter selanjutnya. “Setiap koper atau tas tentengan inikan ada tanda dan nomor manifestnya. Jadi, petugas kita di sana bagian Kasi Bidang Haji Zakat dan Wakaf, Nasrudin, akan menginformasikannya kepada kita. Jika tidak ada yang mengambil, barang-barang ini nantinya akan disumbangkan,” ujar Sazli.

Menurutnya, mengenai jamaah yang kemalingan atau kehilangan barang saat di tanah suci, memang sering ditemukan khususnya pada jamaah yang golongan resiko tinggi. “Biasanya, kasus ini menimpa jamaah resiko tinggi usia 60 tahun keatas. Maka, dianjurkan jamaah haji golongan ini ada yang mendampinginya,” ucapnya.

Pada pemulangan kloter 13/MES asal Medan dan Tapanuli Tengah, lanjutnya, dijadwalkan Sabtu (26/11) sekitar pukul 03.15 WIB dibandara Polonia Medan. “Kalau jumlahnya kita belum tahu pasti. Jadi, kita doakan saja jamaah pulang dengan selamat. Informasi yang saya peroleh, cuaca ditanah suci cukup ekstrim, maka dihimbau agar para jamaah haji yang masih ditanah suci menjaga kesehatannya dan perbanyak minum air putih,” bebernya.

Lalu, bagaimana jika ada jamaah yang tercecer atau tidak terangkut kloter? “Kita harap para jamaah haji kita jangan sampai ada yang tercecer atau tertinggal sehingga tidak pulang ke Indonesia. Kita upayakan itu tidak terjadi. Memang pada saat pemulangan, ada sedikit keterlambatan, tapi itu masih bisa kita tolerir,” timpal Sekretaris PPIH Debarkasi Medan, Abd Rahman, kemarin.

Sebelumnya, Kementerian Agama memastikan dan berupaya tidak ada satupun jemaah yang tertinggal di Arab Saudi, sehingga seluruhnya bisa terangkut pesawat dan kembali ke Tanah Air dengan selamat dan sudah menjadi haji.

“Jangan sampai ada jemaah haji kita yang tercecer atau tertinggal, sehingga tidak pulang ke Indonesia. Kami upayakan itu tidak terjadi,” kata Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umroh Kementerian Agama Slamet Riyanto kepada pers di Mekkah, kemarin.

Slamet Riyanto mengakui, bukan suatu hal yang mudah memberangkatkan dan memulangkan orang dalam jumlah yang sangat besar, yaitu dua ratusan ribu orang, dengan berbagai tingkat pendidikan, kesehatan, dan karakteristik yang berbeda-beda.

Untuk itu, menurut dia, Kemenag akan terus melakukan pemantauan dan persiapan hingga pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji sesuai dengan standar yang ditentukan, serta waktu yang tepat.

“Kami berupaya sampai nanti penerbangan terakhir ke Indonesia, seluruh jemaah haji Indonesia bisa terangkut dan pulang ke rumahnya masing-masing,” ujarnya. (mag-11/bbs)

Menkeu Kejar Pajak Orang Kaya

JAKARTA-Keluarnya rilis 40 daftar orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes, menjadi salah satu bahan bagi Kementrian Keuangan untuk menambah informasi perpajakan. Aset 40 orang terkaya yang diantaranya banyak wajah-wajah baru, disebut mencapai USD85 miliar, akan dikejar untuk menambah pundi-pundi negara melalui pajak.

“Direktorat Jenderal Pajak selalu menggunakan dan memanfaatkan data dan atau informasi dari publik termasuk data 40 orang terkaya Indonesia yang dirilis oleh Majalah Forbes,” ujar Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Humas Ditjen Pajak Kemenkeu, Dedi Rudaedi di Jakarta, Jumat (25/11).

Menurutnya,  seluruh data dan informasi ini akan memperkaya database DJP yang selanjutnya akan dimanfaatkan oleh Kantor Pelayanan Pajak khusus yang mengelola orang-orang kaya di Indonesia, yaitu Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Besar atau High Wealth Individual (HWI).

Menko Ekonomi Hatta Rajasa juga mengaku bersyukur, ada banyak nama-nama baru yang disebut sebagai orang kaya baru di Indonesia. Namun demikian katanya, hal tersebut bukanlah prestasi khusus bagi pemerintah karena kenyataannya masih banyak orang-orang miskin.

“Masih banyak PR kita yaitu masyarakat miskin yang masih 30 jutaan. Pertumbuhan ekonomi harus diimbangi dengan bantuan sosial dan perlindungan sosial yang ada dalam anggaran belanja,” jelas Hatta.(afz/jpnn)

Nafsu Menjahit

Dewi Rezer

Ada satu barang yang sangat ingin dimiliki oleh Dewi Rezer sampai-sampai dia tidak bisa tidur memikirkan barang tersebut. Yakni, mesin jahit. Ya, dia sedang tertarik menjadi desainer. Bahkan, dua minggu ini dia mengikuti kursus singkat di Sekolah Mode Esmod.

“Saya sedang menggebu-gebu ingin bisa menjahit. Ingin bisa buat pola sendiri, buat baju sendiri. Makanya, saya ambil short course,” katanya Jumat (25/11) di Sudirman, Jakarta.
Nafsu istri Marcelino Lefrandt tersebut semakin menguat setelah mengelola bisnis fashion online. Dia seolah menemukan hobi baru. “Ketika berkutat dengan fashion, saya menemukan sesuatu yang saya suka. Tiap hari beli baju, lihat majalah. Nggak pernah bosan,” tuturnya.

Meski sudah berkeluarga, mantan VJ MTV itu masih bersemangat untuk belajar menjahit. Kata Dewi, toh dirinya sudah memiliki ijazah sarjana komunikasi dengan nilai memuaskan. Saat ini dia ingin mengenyam pendidikan yang menunjang hobi. Bintang film Rumah Ketujuh tersebut memulai dengan mendesain baju-baju kasual. “Masih sebatas suka. Gayaku lah. Belum sekelas Ivan Gunawan atau Barli Asmara yang sudah luar biasa kelasnya,” ucapnya.

Kalau sudah mahir menjahit dan membuat pola, selanjutnya dia ingin memiliki clothing line sendiri. Dia sudah mendambakan memiliki usaha tersebut sejak tahun lalu. Marcelino mendukung keinginan sang istri. Marcelino senang karena istrinya punya kesibukan baru yang positif.

Mendapat dukungan, Dewi tidak menyia-nyiakan. Dia tak pernah absen mengikuti kursus. “Saya bukan tipe yang suka bolos. Sayang dong buang-buang duit. Saya sudah terbiasa membuat diri saya disiplin sejak kecil. Kerja saja harus profesional. Belajar juga begitu. Kalau memang nggak serius, mending nggak usah ikut sejak awal,” tegasnya. (jan/c8/ayi/jpnn)

Nggak Ada Bulan Madu, Madunya Sudah Habis

Pernikahan Ketujuh Dalang Manteb ‘Oye’ Sudarsono

Untuk kali ketujuh, dalang kondang Ki Manteb Sudarsono menikah. Bagi dalang yang tenar dengan kalimat Pancen Oye itu, menikah lagi adalah keharusan sebagai tuntutan profesi.

RIKA-ARI WIBATSU, Solo

MASJID Fatimah yang berlokasi di Jalan Dr Radjiman, Solo, Jawa Tengah, Kamis pagi (24/11) cukup ramai. Satu per satu tamu berdatangan dan duduk lesehan di dalam masjid yang dibangun keluarga pengusaha batik Danar Hadi tersebut. Melihat dandanan mereka yang datang, tampaknya, para tamu bukan menghadiri pengajian. Sebab, semuanya kompak ber-dress code acara resmi resepsi.

Ya, mereka memang datang untuk menyaksikan pernikahan pasangan dalang Ki Manteb Sudarsono (63) dan Beni Samsiah (37) warga Karangmojo, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Tidak tanggung-tanggung, itu adalah pernikahan ketujuh Manteb. Sedangkan untuk Sasa, panggilan akrab Beni Samsiah, itu adalah pernikahan kedua.

Sekitar pukul 09.00, prosesi ijab kabul mulai disiapkan. Sasa yang datang belakangan di lokasi pernikahan itu segera dibimbing ke lantai dua Masjid Fatimah. Begitu pula Manteb, yang sejak lama menunggu di lantai 1, tempat akad nikah berlangsung.

Dipimpin Mahmud, penghulu dari Kantor Urusan Agama (KUA) Serengan, Solon
Manteb menyunting Sasa dengan maskawin emas seberat 50 gram. Hadir di acara akad nikah itu, Samsudin Umar, ayahanda Sasa. Acara ijab kabul pun berlangsung cukup lancar. Seolah sama dengan namanya, Manteb cukup manteb dalam menjalankan prosesi ijab kabul yang sakral tersebut.
Tidak ada perasaan grogi atau cemas yang terlihat dari Manteb saat dirinya menunggu prosesi ijab kabul dimulai. Bahkan, sambil menunggu kedatangan mempelai perempuan, Manteb yang mengenakan setelan jas berwarna hitam tersebut terlihat senang.

Senyum senantiasa mengembang di wajahnya saat menyalami satu per satu kerabat dan keluarga yang datang untuk memberikan ucapan selamat. Bahkan, saat berbincang dengan wartawan, dalang yang dikenal lantaran kecepatan sabetan wayangnya di atas panggung itu selalu menjawab pertanyaan dengan guyon. “Wis ora grogi meneh, wong wis tau (Sudah tidak canggung lagi karena sudah pernah menikah, Red),” kata Manteb sambil tertawa.

Manteb menuturkan, pernikahan yang dijalani sekarang bukan sekadar ibadah. Tuntutan profesinya sebagai dalang ruwatlah yang mengharuskannya segera mengakhiri masa menduda. April lalu Manteb resmi bercerai dengan istri keenamnya, Erni. Menurut pakem tinggalan (ketentuan peninggalan) kakeknya yang dijadikannya pegangan, seorang dalang ruwat harus memiliki istri dan tidak boleh beristri lebih dari satu.

“Kalau ada dalang ruwat yang tidak punya istri atau istrinya lebih dari satu, ya monggo. Semua kan nurut bukune dhewe-dhewe. Tapi, buku yang saya pegang mengharuskan dalang ruwat beristri dan tidak boleh lebih dari satu (istri) atau tidak boleh masih joko (perjaka, Red),” ujarnya. “Bukan karena kesusu (tergesa-gesa) saya memutuskan untuk menikah lagi. Tapi, memang tuntutan profesi. Saya perlu orang yang betul-betul mengenal profesi saya dan bisa ngopeni (merawat, Red) saya,” lanjut Manteb, yang juga bintang iklan obat itu.

Soal pilihan yang jatuh ke Sasa, dalang berjuluk Dalang Setan tersebut punya alasan tersendiri. Menurut dia, Sasa merupakan teman istri Manteb, Sri Suwarni. Selama pertemanan itulah, Manteb mengetahui kepribadian Sasa. Perempuan 37 tahun tersebut menjawab setuju dinikahi Manteb setelah lamaran kedua.

“Dia yang membantu ngopeni istri saya yang waktu itu sakit. Mencarikan rumah sakit dan sebagainya. Memang tidak seperti kisah cinta anak muda sekarang. Wong wis tuwa, sing penting pas (sudah tua, yang penting tepat, Red). Saya tanya, aku dampingono, iso ora, dia jawab insya Allah bisa. Ya sudah, akhirnya menikah,” ungkap Manteb.

Manteb juga menceritakan sebuah romantika hidup antara dirinya dan Sasa. Tiga bulan setelah Sri Suwarni (istri kelimanya) meninggal, Manteb mengaku sebenarnya pernah melamar Sasa untuk dijadikan istri. Tetapi, janda satu anak tersebut tak memberikan jawaban. Karena itu pula, Manteb kemudian menikahi Erni.

Namun, biduk rumah tangganya dengan Erni kandas. Mereka kemudian berpisah secara baik-baik. Setelah itu, Manteb langsung mendatangi Sasa lagi. Dia kembali melamar perempuan tersebut. Lalu, lamaran kedua itu diterima. “Sempat saya tanya, mengapa dulu tidak menerima lamaran saya. Dia malah menyalahkan saya yang kesusu menikah dengan perempuan lain,” papar dia. “Padahal, dia juga sebenarnya mau. Tapi, hanya merasa tak enak karena istri saya (Sri Suwarni) yang juga temannya meninggal baru seratus hari. Ibarate, kuburane wae durung garing (ibaratnya, kuburannya saja belum kering, Red). Tapi, aslinya dia nggak menolak,” lanjut Manteb.

Berbeda dengan Manteb, Sasa kemarin cenderung diam. Sesudah ijab kabul, dia tampak sibuk menerima ucapan selamat dan bersalaman dengan para tamu. Meski begitu, dari wajah perempuan yang beruntung menjadi istri dalang kondang itu tampak rona bahagia.

Banyak pihak yang mendoakan pernikahan itu menjadi pernikahan terakhir bagi keduanya. Termasuk, Samsudin Umar. Samsudin merelakan anak sulungnya tersebut dinikahi Manteb setelah melihat kesungguhan dan niat baik dalang itu meminang putrinya. “Saya hanya berharap, itu pernikahan terakhir bagi mereka. Pernikahan yang memberi berkah dunia dan akhirat,” harap Samsudin.

Hal senada diungkapkan oleh rekan sekerja Manteb, dalang Anom Suroto. Anom yang datang dalam resepsi pernikahan sederhana itu mengharapkan Sasa menjadi pelabuhan hati Manteb yang terakhir. Sementara itu, pengacara Muhammad Taufik yang menjadi saksi pernikahan tersebut juga menyatakan bersedia menjadi saksi setelah Manteb berjanji bahwa kali ini merupakan pernikahan terakhir. “Itu harus menjadi the last wedding,” pintanya.

Sayang, tidak ada waktu khusus bagi pasangan tersebut untuk berbulan madu. Kamis sore Manteb sudah harus terbang ke Jakarta lantaran kemarin ada pentas di TMII. Dilanjutkan dengan manggung di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. “Ora enek bulan madu, madune wis entek (Tidak ada bulan madu, madunya sudah habis, Red). Setelah ini, ada pekerjaan. Tapi, istri saya akan saya bawa juga,” ujar Manteb, menjawab pertanyaan wartawan.

Tidak banyak tamu yang diundang dalam acara tersebut. Selain keluarga, tamu yang memberikan doa restu adalah rekan kerja Manteb. Termasuk, para niyaga dan sinden yang setia mendampingi Manteb manggung. Enam anak Manteb dan 14 cucunya terlihat mendukung pernikahan ketujuh ayah dan kakek mereka itu.

Lantas, mengapa memilih Masjid Fatimah sebagai tempat ijab kabul? Manteb mengaku sengaja memilih masjid sebagai lokasi ijab kabul. Pemilihan masjid itu, menurut dia, tak lepas dari niatnya untuk bertobat. Dia berharap, pernikahan dengan Sasa tersebut menjadi pernikahan terakhirnya.
“Menikah di Taman Mini (Jakarta) sudah, di rumah juga sudah. Kali ini saya milih menikah di masjid.

Ngiras pantes tak nggo mertobat (sekaligus keinginan untuk bertobat, Red). Mudah-mudahan ini menjadi yang terakhir. Aku ora isin. Iki lelakon sing kudu tak lakoni. Anak putuku nyengkuyung kabeh (Saya tidak malu. Ini merupakan garis hidup yang harus saya jalani. Anak cucu saya, semua mendukung),” tambahnya.(*)

Medan Zona Merah Peredaran Narkoba

Kota Medan menjadi zona merah peredaran narkoba. Pasalnya, segala jenis narkoba tersedia di kota terbesar ketiga di Indonesia ini. Bahkan, setiap bulan panti rehabilitasi narkoba Sibolangit Center selalu over kapasitas dalam menangani masyarakat yang menjadi korban narkoba.

Saat ini saja, panti rehabilitasi ini mempunyai daftar tunggu lebih dari 100 pasien. “Kalau tempat saya yang masuk melakukan rehabilatas banyak. Saat ini masuk daftar tungu rehabilitas. Karena saya mememang membatasi penanggulangan korban narkoba di panti 50 pasien, dan pasien dalam panti didominasi warga Kota Medan,” terang Kamaluddin Pengurus Rehabilitasi Sibolangit Center dan ketua Gerakkan Anti NArkoba, Jumat (25/11) siang.

Dia juga mengatakan, Kota Medan sudah masuk dalam zona merah peredaran narkoba. Untuk itu, dalam memerangi peredaran narkoba, polisi harus membersihkan intitusinya terlebih dahulu. “Sebelu memerangi narkoba, polisi juga harus membersihkan institusinya terlebih dahulu, sebab percuma saja memerangi, tapi intitusinya tidak bersih,” sebutnya.

Ia juga mengatakan, dalam memerangi narkoba di institusi polisi, oknum polisi yang terlibat narkoba harus mengakui kepada komandannya bahwasannya ia menjadi korban narkoba. Sehingga polisi yang mengaku tersebut harus diberi rehabilitasi dan tidak dipecat.

Sementara Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga mengatakan, dirinya akan bekerja keras membekuk pelaku narkoba, mulai pengedar sampai pemakai. Setiap harinya, anggotanya menangkap dua sampai lima pemakai hingga bandar narkoba. Hal ini tentunya untuk menekan angka peredaran narkoba di Medan.

Begitu juga dilakukan Kanit Reskrim Polsekta Percut Sei Tuan AKP Faidir Chaniago mengatakan, setiap minggunya di kawasan hukum Polsek Percut Sei Tuan, ia dan anggotanya berhasil memnangkap para pemakai dan penggunanan narkoba.(gus)

Warga Jalan Turi Demo PTUN Soal SPPBE

MEDAN- Puluhan warga Jalan Turi Medan mendatangi kantor Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Jumat (25/11). Mereka meminta pada PTUN agar membantalkan pembangunan Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) milik PT Petro Grasindo Energi di lingkungan mereka.

Warga Jalan Turi Medan yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Lingkungan dan Pembangunan (MPLP) itu melakukan aksinya sembari melakukan orasi. Dalam orasinya, warga menuntut agar PTUN segera mencabut izin berdirinya SPPBE milik PT Petro Grasindo Energi yang keberadaannya dianggap meresahkan warga sekitar.

Massa MPLM yang dikordinator Bosmen Simamora mengatakan, permasalahan antara warga Jalan Turi Medan Amplas dengan PT Petro Grasindo terjadi sejak Juni 2009 lalu. “Dalam masalah ini PT Petro Grasindo Energi telah menipu warga. Karena saat hendak melakukan pem bangunan, mereka mengaku hanya membangun gudang penampungan tabung kosong,” ujar Simamora.

Menyikapi aksi warga itu, Humas PTUN Medan Elly Sulianto di hadapan massa berjanji akan menindaklanjuti tuntutan masyarakat tersebut. “Kami berjanji akan  menerima dan akan membahas serta mempelajari terlebih dahulu soal batas pengujian izin usaha perusahaan yang bersangkutan,” ujar Elly. (rud)

BRT Jawab Persoalan Lalulintas

Pemko Medan tengah merencanakan pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) dengan jalur alternatif koridor-koridor di inti kota, lingkar luar hingga luar daerah. Di harapkan, BRT ini dapat mengatasi permasalahan transportasi yang terjadi di Medan saat ini. Hal ini disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan Zulkarnain kepada wartawan Sumut Pos Adlansyah Nasution, kemarin. Berikut petikan wawancaranya.

Apa tujuan dari pengembangan BRT di Medan?
Bus Rapid Transit (BRT) adalah sistem bus yang cepat, nyaman, aman dan tepat waktu dari infrastruktur, kendaraan dan jadwal. Pengembangan BRT ini merupakan salah satu upaya Pemko Medan dalam mengembangkan moda transportasi yang layak bagi masyarakat Kota Medan. Tidak hanya di dalam kota, namun juga ke luar kota. Kita juga akan terus mengembangkan berbagai peraturan pendukung yang dapat memanjakan pihak swasta untuk mempercayakan investasinya di Kota Medan.

BRT itu juga model transportasi lintas daerah dan provinsi. Selain itu, dapat menjadi moda transportasi yang sudah lama diharapkan dan diinginkan untuk mengatasi masalah kemacetan di Kota Medan. Kita berharap Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang sudah ada dibuat pemerintah pusat itu lebih dilengkapi lagi dengan pengembangan infrastruktur daerah dengan kemampuan daerah.

Di mana saja skala pelayanan BRT itu?
Pengembangan BRT ini dengan skala pelayanan Medan, Binjai dan Deli Serdang (Mebidang). Dari hasil studi yang dilakukan, sesuai hasil survei dan permasalahan transportasi yang berkembang, fokus penentuan alternatif awal koridor-koridor BRT Mebidang untuk dalam Kota Medan sebanyak 7 koridor dan 2 koridor menuju luar kota.

Bisa disebutkan, dimana saja 9 koridor BRT ini?
Jalur koridor tersebut antara lain, pertama, Pinang Baris-Guru Patimpus meliputi Terminal Pinang Baris-Jalan Gatot Subroto-Jalan Guru Patimpus. Kedua, Brigjend Katamso-Yos Sudarso meliputi Jalan Brigjen Katamso-Jalan Pemuda-Jalan Achmad Yani-Jalan Balaikota-Jalan Puteri Hijau-Jalan Yos Sudarso (Simpang Brayan). Ketiga, Amplas-Irian Barat meliputi Terminal Amplas-Jalan Sisimangaraja-Jalan Cirebon-Jalan Irian Barat). Keempat, Perintis Kemerdekaan-Kuala Namu meliputi Jalan Perintis Kemerdekaan-Jalan HM Yamin-Jalan Letda Sudjono-Kuala Namu. Kelima, Jamin Ginting-Raden Saleh meliputi Jalan Jamin Ginting-Jalan S Parman-Jalan Kapten Maulana Lubis-Jalan Raden Saleh. Keenam, Asrama-Kolonel Bejo meliputi Jalan Asrama-Jalan Kapten Sumarso-Jalan Helvetia (Bay Pass)-Jalan Pertempuran-Jalan Pertahanan-Jalan Cemara-Jalan Kol Bejo. Ketujuh, AH Nasution-Pinang Baris meliputi Jalan AH Nasution-Jalan Ngumban Surbakti-Jalan Flamboyan Raya-Jalan Sakura Raya-Jalan TB Simatupang-Terminal Pinang Baris. Kedelapan, Terminal Binjai-Terminal Pinang Baris meliputi Jalan Medan-Binjai dan kesembilan, Terminal Amplas-Terminal Lubuk Pakam meliputi Jalan Medan-Lubuk Pakam.

Lalu, bagaimana untuk pengembangan koridor tersebut?
Untuk pengembangan sembilan koridor BRT ini juga perlu dilakukan perencanaan lebih teknis. Sebab, dalam pelaksanaan teknisnya juga perlu dilakukan Desaign Engenering Detail (DED) terhadap struktur pembangunan fisik bangunan. Master Plan ini kan kita persiapkan untuk perencanaan lebih teknisnya. Karena selama ini hanya perencanaan berupa omongan saja. Kalau master plan ini, perencanaannya yang sudah pasti hanya saja tinggal bagaimana implementasinya ke depan. Karena perencanaan ini tinggal menyusun bagaimana sumber pembiayaannya dan teknis pelaksanaannya melalui DED yang disusun.(*)

Pulanglah Nak…

Sejak 25 Juni 2011 lalu, Limsar Simbolon (16), pergi meninggalkan rumah. Hingga kini sang ibu tidak mengetahui dimana keberadaan putra tercintanya ini “Kami sangat merindukan dan sangat mengkhawatirkan keadaannya,” ujar Br Hombing ibunda Limsar saat ke redaksi Sumut Pos, Jumat (25/11).

Disebutkan Br Hombing yang sehari-hari berdagang buah di Pasar Simpang Limun Medan ini, sejak meninggalkan rumah, Limsar tidak pernah memberi kabar. Dugaan Br Hombing, Limsar yang baru saja tamat SMP saat itu sengaja meninggalkan rumah karena sebelumnya sempat kena marah oleh sang ayah.

Beberapa informasi yang diterimanya menyebutkan, kalau Limsar ikut anak-anak jalanan menjadi pengemis.  “Tapi sudah saya cari ke beberapa tempat mangkal anak jalanan seperti di persimpangan lampu merah, bahkan sampai ke Belawan tetapi tidak ketemu. Ada juga yang menginformasikan anak saya saat ini jadi pengemis di Dumai,” ujar Br Hombing.

Karenanya, Br Hombing berharap, bagi yang mengetahui keberadaan Limsar segera menghubunginya di alamat Jalan Garu I Gang Durian II Nomor 4, Simpang Limun Medan. Atau telepon 082161737583. “Mungkin dia takut untuk pulang. Pulanglah Nak, mamak sama bapak tidak akan marah. Kakak dan adik-adikmu juga sudah sangat rindu,” lirihnya.(sih)

Curi Beras Demi Keluarga

Tak punya uang untuk membeli beras, Zulfahmi Ginting, warga Jalan Rumah Sakit Kusta, Kelurahan Sicanang, Medan Belawan, nekat mencuri beras di toko sembako di Jalan Kapten Muslim, Medan Helvetia. Akibatnya, kini dia duduk di kursi pesakitan Pengadilan Negeri Medan dan dituntut 1 tahun penjara oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Ceritanya, pada 4 Agustus lalu, Zulfhami mendatangin toko sembako di Jalan Kapten Muslim berpura membeli susu dan rokok sehingga Fenny, penjaga toko tak curiga.
Di saat Fenny sibuk mengambil barang yang dipesan itu, lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek ini langsung mengambil satu goni beras berukuran 10 kg dan membawanya kabur.

Fenny yang mengetahui aksi Zulfahmi, langsung memberitahukan kepada ayahnya, Suparno. Saat ditangkap, Zulfahmi berkilah kalah beras tersebut dibelinya dari toko yang ada di depan toko tersebut. Tak mau terima mentah-mentah jawaban Zulfhami, Suparno langsung mengkroscek ke pemilik toko yang ada di depan. Ternyata pemilik toko itu membantah penjelasan Zulfahmi.

Usai pembacaan tuntutan, terdakwa hanya memohon keringanan kepada hakim. Sebab, dia mengaku terpaksa mencuri 10 kg beras itu lantaran tak punya uang dan beras itu untuk makan bersama nenek dan orangtuanya. “Waktu itu saya hanya mengantongi uang Rp25 ribu,” ucapnya.

Selain itu, Zulfahmi juga mengaku sudah lama tak bekerja sebagai penarik ojek, karena sepeda motornya telah dicuri orang. Atas perbuatanya tersebut ia ditahan di Rutan Tanjung Gusta Medan dan telah menjalani kurungan 4 bulan.(mag-2/smg)

Disdik Dituntut Sejahterakan Guru

MEDAN- Rektor Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Ibnu Hajar Damanik berharap Dinas Pendidikan di setiap daerah di Sumatera Utara mampu membenahi dan menyempurnakan manajemen kepada para guru. Hal tersebut dilakukan demi menghasilkan dan memaksimalkan sumber daya manusia yang telah dimiliki guru.

Demikian disampaikan Prof Ibnu Hajar Damanik ketika ditanyai mengenai pandangan dalam pelaksanaan hari guru ke 66 yang jatuh pada Jumat (25/11).

“Jika ini terealisasi, para guru bisa semakin dihargai di mata masyarakat dan tentunya pahlawan tanpa tanda jasa ini bertambah kreatif menyampaikan banyak ilmunya kepada peserta didiknya,” sebutnya Dia juga mengatakan, peran dinas pendidikan yang berfungsi sebagai pemegang manajemen guru harus bisa meningkatkan profesionalismenya. Menurutnya, salah satu cara memberikan hak guru melalui bantuan yang disampaikan oleh program pemerintah.

“Baik itu dana BOS, dana sertifikasi dan lainnya. Sehingga para guru mampu menjalankan kewajibannya selaku pendidik tanpa memikirkan dan mempertanyakan mengenai haknya yang belum didapatkannya,” katanya.

Dinas Pendidikan, lanjutnya, harus menjalankan fungsi dan perannya dengan sempurna, dan semuanya dilakukan demi mewujudkan peningkatan mutu pendidikan yang melibatkan para guru.

Ibnu menegaskan, seriusnya progam pemerintah untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia kiranya dapat berhasil kalau didukung oleh memantapan oleh Dinas Pendidikan. Di samping itu juga, para guru dituntut terus bisa menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya.

Karena sejauh ini menurutnya, banyak orangtua murid yang memuji kinerja guru yang memberikan pendidikan kepada anaknya. Artinya, perlahan tapi pasti para orangtua menggantungkan harapan yang besar di tangan para guru.

Maka dari itu, yang menjadi hak guru kiranya tidak dipersulit dalam penyaluran oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/kota di Sumut.

Sementara itu pengamat Psikologi Sosial Unimed DR Rajab Lubis menyebutkan, kini profesionalisme guru terus dibentuk oleh pribadi sang guru. Meskipun masih dalam pengupayaan belum maksimal namun hal ini menunjukkan etikat baik dari perubahan wajah pendidikan Indonesia khususnya di Sumatera Utara.

“Hal ini jelas terlihat semenjak adanya regulasi sertifikasi para guru. Oleh karenanya banyak guru yang pintar dan berusaha menunjukkan standarisasi dari pekerjaannya sebagai tenaga pendidik yang menjadi teladan siswa-siswanya. Kemudian guru juga dituntut bisa menghargai dirinya selaku guru,” ungkap Rajab. (uma)