28 C
Medan
Sunday, December 21, 2025
Home Blog Page 14458

Gindo Meninggal di Kamar Mandi Tahanan Poldasu

Polisi Menduga Sakit Jantung, Keluarga Membantah

MEDAN-Tahanan sel penjara yang ada di lantai 1 gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Poldasu, Jumat (14/10) sekitar pukul 16.20 WIB, mendadak heboh. Pasalnya, mantan Kadis Bina Marga, Gindo Marganti Hasibuan, tergeletak kaku di kamar mandi yang berada di dalam sel tahanan.

Informasi yang didapat Sumut Pos di Poldasu, peristiwa itu diketahuinya setelah para tahanan merasa aneh melihat Gindo tidak keluar-keluar dari kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Para tahanan pun mencoba memanggil-manggil Gindo, tapi tak ada sahutan. Beberapa tahanan langsung memanggil petugas polisi yang berjaga untuk memberitahu. Oleh petugas polisi serta dibantu tahanan mendobrak pintu secara paksa. “Biasa jam segitu Bapak (Gindo, Red) ke kamar mandi mau ambil air wudhu. Salat Bapak tidak tinggal, Bapak tadi mau salat Ashar,” ujar seorang tahanan.

Begitu pintu berhasil dibuka, alangkah terkejutnya mereka melihat Gindo tergeletak dengan posisi telengkup Petugas polisi dan para tahanan lalu mengangkat tubuh Gindo ke luar dari kamar mandi dan membaringkannya di depan Ruang Tahanan.

Sedangkan petugas polisi yang sedang berjaga langsung berlari memanggil petugas tim medis di gedung Biddokkes Polda Sumut, sekitar 50 meter dari Gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut. Petugas tim medis yang datang berupaya memberikan pertolongan sementara dengan menekan-nekan dada Gindo sambil menyuruh rekannya untuk mengambil mobil ambulans di gedung Biddokkes Polda Sumut.

Gindo yang sudah tak bergerak dan diduga sudah meninggal langsung diangkat petugas Polisi ke ambulans untuk dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan di Jalan KH Wahid Hasyim. Setibanya di rumah sakit, Gindo langsung dimasukan ke ruang UGD. Di dalam ruang UGD terlihat rekan-rekan istri Gindo yang berprofesi seorang dokter.

Tim medis mencoba memompa jantung Gindo, tapi tak ada reaksi. Seorang tim medis pun terlihat menyenter mata Gindo dan memeriksa nadi. Setelah diperiksa, tim medis rumah sakit milik Polri itu lalu menggelengkan kepala menyatakan kalau Gindo sudah tak bernyawa.

Mendengar keterangan pihak polisi dan tim medis, keluarga almarhum Gindo yang datang bersama rekan-rekan seprofesi Erliana Siregar SPD, (istri almarhum Gindo) langsung terkejut.

Melihat kematian Gindo yang mendadak, pihak keluarga meminta dilakukan otopsi ke RSU Pirngadi Medan. “Sebenarnya di sini (RS Bhayangkara Medan) bisa otopsi. Tapi pihak keluarga meminta supaya otopsi dilakukan di RS Pirngadi Medan. Maka akan kita bawa ke rumah Sakit Pirngadi Medan,” ujar Kasubdit III Tipikor Polda Sumut Verdi H Kalele, SH,Sik saat ditemui Sumut Pos di RS Bhayangkara.

Selain Verdi, Waka Polda Sumatera Utara Brigjen Sahala Allagan juga datang ke RS Bhayangkara dengan mengendarai mobil dinas. Sahala yang dikonfirmasi para wartawan menjelaskan, almarhum diduga meninggal karena sakit jantung. “Dari keterangan keluarga jantung almarhum 2 tahun lalu sudah operasi bay pass,” terang Sahala Allagan.
Atas permintaan keluarga, pukul 18.30 WIB, jasad almarhum dikeluarkan dari UGD dan dimasukan ke ambulans dan dibawa ke RS Pirngadi Medan.

Keterangan Sahala soal penyakit Gindo sangat berbeda dengan pengakuan pihak keluarga. Di kamar jenazah RSU Pirngadi Medan, Sumut Pos berhasil berbincang dengan adik korban, dr Indra. Dari keterangan dr Indra, Gindo memang memiliki penyakit jantung, namun itu sudah sangat lama. “Kami  enam bersaudara. Kenapa ya, padahal dia (almarhum) sehat-sehat saja saat dijenguk di sel. Kalau sakit jantung sudah tidak ada, saya rasa tidak mungkin. Tahun 1990 dia (almarhum) kena sakit jantung dan di bay pass. Tapi sudah 21 tahun lalu,” terang Dr Indra.

Selang beberapa menit,  terlihat beberapa petugas polisi di antaranya beberapa pejabat Polda Sumut masuk ke kamar jenazah, di antaranya AKBP Verdi H  Kalele membawa surat otopsi. “Ini baru diberikan surat otopsinya,” terang Verdi.

Bersamaan dengan itu sekira pukul 20.30 WIB  beberapa petugas dokter yang akan melakukan otopsi masuk ke ruang jenazah. Dr Surjit Singh SPF DFM, Kepala Instalasi Forensik RSU Pirngadi Medan mengatakan, kematian Gindo belum bisa disimpulkan penyebabnya. “Masih diperlukan hasil uji laboratorium kriminal Poldasu dan Patologi Forensik yang bisa diketahui 2-3 minggu nanti,” tambah Verdi.

Jenazah Gindo diboyong ke rumah duka sekira pukul 23.40 WIB, tadi malam. Dari rumah duka di Komplek Perumahan Blossoms Hill Recend Bukit Hijau Jalan Ring Road Medan No 60, tampak tamu yang ingin melayat cukup ramai. Dari pantauan Sumut Pos di rumah mewah berlantai II tersebut dikunjungi kerabat dekat dan sanak famili.

Tampak silih berganti mobil mewah berbagai merek terpakir di depan rumah Gindo yang merupakan mobil pelayat. Di rumah duka pelayat hanya duduk di bangku plastik warna hijau dan tenda belum terpasang seperti rumah duka pada umumnya.

Sedangkan petugas keamanan (satpam) melakukan ekstra penjaga di pintu masuk komplek perumahan Blossoms Hill Recend Bukit Hijau Medan. Bukan itu saja setiap tamu masuk di komplek ini ditanyai oleh petugas keamanan.

Seorang pelayat yang juga tetangga almarhum saat mengatakan, almarhun sehari-harinya termasuk orang ramah dan baik. “Beliau kalau lewat di depan rumah sering menyapa saya. Pak Gindo orangnya baik,” ungkap bapak tua yang mengenakan baju putih celana hitam serta peci yang tinggal hanya berjarak sekitar 20 meter dari kediaman almarhum. (mag-5/mag-7)

LBH Medan Tantang KPK

Tangani Dugaan Korupsi Bupati Simalungun Rp48 M

MEDAN- Sudah dua pekan lebih, laporan dugaan korupsi Bupati Simalungun JR Saragih dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pertama, JR Saragih dilaporkan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Solidaritas Anak Bangsa (SAB), dengan No Surat 001/SAB/IX/2011 Tanggal 28 September 2011. Laporan diterima pihak KPK atas nama Ibu Ita dengan No Register 56, pukul 13.19 WIB, diduga berkolusi dengan Ketua DPRD Simalungun Binton Tindaon, untuk mengalihkan dana intensif para guru non PNS sebesar Rp1.276.920.000 miliar untuk membeli mobil anggota DPRD Simalungun.

Kedua JR Saragih, kembali dilaporkan ke KPK, terkait dugaan korupsi Tahun Anggaran (TA) 2010 di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Simalungun, senilai Rp48 miliar, Jumat (30/9). Pelapornya anggota DPRD Simalungun Benhard Damanik.

Laporan tersebut diterima pihak KPK atas nama Sugeng Basuki pukul 10.00 WIB dengan nomor laporan No.08/ist/B.D/IX/2011, dengan lampiran satu bundel. KPK juga memberi nomor terhadap laporan tersebut dengan n omor 201109-000423 tanggal 30 September 2011n
perihal dugaan TPK pengelolaan APBD di Pemkab Simalungun Tahun 2010 senilai Rp48 miliar.

Menurut Humas KPK, Johan Budi, laporan tersebut masih di bagian Pengaduan Masyarakat (Dumas) KPK. “Masih di Dumas kayaknya,” jawab Johan Budi membalas pesan singkat (SMS) Sumut Pos, Kamis (13/10).

Kemarin (14/10), Johan Budi kembali dikonfirmasi mengenai, kapan KPK berencana melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap JR Saragih. “Belum tahu saya,” jawabnya lagi.
Johan Budi malah membantah pernyataannya yang dikutip sejumlah media yang menyatakan laporan dugaan korupsi Bupati Simalungun JR Saragih sudah lengkap. “Wah saya nggak ngomong begitu. Saya Cuma jawab sedang ditelaah di Dumas,” katanya.

Terkait belum diprosesnya laporan dugaan korupsi Bupati Simalungun JR Saragih oleh KPK, Wakil Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan Muslim Muis sangat me nyayangkan hal itu. menurutnya, hal itu malah akan membuat citra KPK menjadi buruk. Apalagi, saat ini tengah gencar-gencarnya aksi penggembosan KPK.

Muslim juga menantang KPK untuk memeriksa JR Saragih. “Di Sumut, memang ada dua kepala daerah yang masih menjabat dan diproses KPK. Tapi, masih banyak kepala-kepala daerah yang masih menjabat namun tidak diproses. Kita meminta KPK, untuk kembali menunjukkan tajinya, dalam kasus di Simalungun ini,” tantang Muslim Muis.(ari)

The Virgin Akui Medan Hebat

MEDAN-Penampilan The Virgin di lantai lima Gedung Selecta, Medan mampu memukau pengunjung dalam suasana yang berbeda. Adrenalin penonton semakin terpacu untuk berjingkrak-jingkrak mengikuti alunan musik yang keras dalam kemasan alunan musik jenis pop rock, Jumat (14/10) malam.

The Virgin salah satu Band yang melambung lewat lagu Cinta Terlarang ini, beranggotakan Mita (gitar) dan Dara (vokal) tampil cukup luar biasa. Dengan lagu pembukanya berjudul Wonder Women dilanjutkan dengan Cinta Kau dan Dia membuat pengunjung yang mengenakan pakaian serba putih semakin terpukau.

Rasa puas cukup terlihat dari para personil The Virgin yang tampil dengan kostum kasualnya berwarna putih. Di atas panggung Dara mengatakan ketakjubannya melihat animo penonton yang hampir memenuhi ruangan.” Medan memang hebat, mari kita benyanyi lagi,” kata Dara yang mengulurkan tangannya ke penonton.

Dilanjutkan dengan lagu Belahan Jiwa, Cinta, Demi Nama Cinta. Mita yang terkadang melepas gitarnya, mengajak seluruh penonton yang kebanyakan hadir adalah remaja untuk bernyanyi bersama.

Sebagai lagu penutup dengan judul Cinta Terlarang, The Virgin mengajak grup band Lyla, pengisi acara lainnya, untuk berkolaborasi menyapa kembali penonton Medan untuk kembali berjingkrak bersama-sama. “Kita panggil Lyla untuk bernyanyi bersama-sama,” kata Dara yang memeluk Mita di akhir acara.

Andri Irawan selaku Marketing Service PT Djarum Indonesia, penyelanggara acara, mengatakan kalau pengunjung memang diwajibkan mengenakan pakaian putih. “Ternyata di Kota Medan tidak sulit, seluruh pengunjung hadir dengan pakaian serba putih,” bebernya seraya menambahkan kalau acara ini serentak diadakan di tujuh kota, yakni Jakarta , Bandung , Semarang , Jogja, Surabaya dan Bali. (adl)

Marapinta dan Umar Zunaidi Harus Cepat Diproses

Dugaan Korupsi di Bina Marga Provinsi Sumut Rp18 M

MEDAN-Desakan agar Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu) segera memproses, kasus dugaan korupsi penyelewengan proyek Rp18 miliar di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Provinsi Sumut makin marak. Kasus ini menyeret-nyeret nama Kepala Dinas PU Bina Marga Sumut Marapinta Harahap serta Umar Zunaidi (kini Wali Kota Tebing).

“Kejatisu sebagai penegak hukum harus lebih tegas dan cepat dalam memproses kasus dugaan korupsi itu. Kalau memang benar bersalah harus dilanjutkan. Kalau pada akhirnya tidak bersalah, maka kasus tersebut harus di-SP3-kan,” tegas Anggota DPRD Sumut dari Fraksi Golkar Isma Fadly Ardya Pulungan, Jumat (14/10) Pernyataan yang sama juga dikemukakan pengamat politik asal Universitas Sumatera Utara (USU), Ridwan Rangkuti. Dikatakannya, semakin lama proses yang dilakukan pihak Kejatisu atas kasus tersebut, akan memberi ekses negatif, tidak hanya bagi pejabat yang bermasalah tersebut, tapi juga bagi institusi Kejatisu sendiri.

“Ini harus diproses secepatnya. Karena, kalau tidak maka orang yang diperiksa akan terus mendapat pencitraan yang buruk. Begitu pula dengan Kejatisu, yang bila lambat memproses ini akan memberi penilaian dari masyarakat bahwa Kejatisu tidak mampu menangani kasus-kasus korupsi yang ada. Kalau memang bersalah, lanjutkan prosesnya sampai ke pengadilan. Kalau tidak ya dihentikan. Itu objektifnya,” tegasnya.

Khusus untuk Kadis PU Bina Marga Sumut Marapinta Harahap, dengan kasus tersebut, apakah bisa dijadikan acuan bagi Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu Gatot Pujo Nugroho, untuk melakukan evaluasi terhadap SKPD yang ada, terutama yang bermasalah.

“Evaluasi itu harus terus dilakukan. Apalagi bagi SKPD yang bermasalah. Namun, tetap dengan catatan harus meminta izin atau berkonsultasi dengan pihak Mendagri. Karena persoalan dugaan korupsi, benar atau tidaknya berpengaruh pada serapan anggaran,” terangnya.

Bagaimana dengan Umar Zunaidi, yang saat ini sebagai Wali Kota Tebing Tinggi, apakah bila perlu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang mengambilalih penanganan kasus tersebut?
Ridwan Rangkuti menyatakan, karena kasus tersebut telah ditangani Kejatisu, sebaiknya Kejatisu bekerja semaksimal mungkin untuk memproses kasus yang dihadapi Umar Zunaidi tersebut.
“KPK setiap hari sudah terlalu banyak menerima laporan pengaduan. Ada baiknya, bila Kejatisu yang memproses kasus itu hingga tuntas,” tukasnya.

Dari Tebing Tinggi, ketika dikonfirmasi, Umar Zunaidi, mengaku sudah dimintai keterangan oleh Kejatisu karena diduga melakukan penyelewengan proyek senilai Rp18 miliar. “Kasus tersebut sudah lama, saya sudah dimintai keterangan oleh pihak Kejatisu terkait dugaan korupsi penyelewengan proyek senilai Rp18 miliar,” akunya kepada Sumut Pos, kemarin.

Sayang, Umar tidak berbicara lebih banyak tentang hal itu. “Tetap saya katakan bahwa kasusnya sudah lama dan sudah dimintai keterangan oleh pihak Kejatisu,” ulang Umar. (ari/mag-3/jpnn)

Ikuti Kegigihan yang Pernah Ditempuh Jurnalis Indonesia

Dawit Isaak Hadir lewat Foto saat Dianugerahi Pena Emas di Wina, Austria

Di tengah serunya bergelut ide tentang bagaimana beradaptasi dengan perubahan zaman, Kongres Surat Kabar Sedunia tak melupakan tradisi merawat kebebasan pers. Forum diajak menengok nasib Dawit Isaak dari Eritrea yang hilang sejak 2005. Dawit mendapat Pena Emas, penghargaan yang juga pernah diterima jurnalis Indonesia.

ROHMAN BUDIJANTO, Wina

DAWIT Isaak menelepon keluarganya di Swedia bahwa dirinya akan pulang. Keluarganya gembira karena wartawan gigih itu dilepaskan setelah ditahan pemerintah Eritrea sejak empat tahun sebelumnya, 2001.

Tapi, telepon pada 2005 tersebut menjadi telepon terakhir. Dia ‘menghilang’ hingga kini. Hanya foto yang muncul saat dirinya menerima Golden Pen Award dalam Kongres Surat Kabar Sedunia atau World Association of Newspapers and News Publishers (WAN-IFRA) 2011 di Wina Austria, Kamis lalu (13/10).

Adiknya, Isaias Isaak, tak kuasa menahan kepiluan saat naik panggung mewakili Dawit. Setiap mengawali kalimat untuk menyambut Pena Emas itu kata-katanya selalu berlanjut dengan isak tangis. Begitu berulang-ulang. Akhirnya, kata-kata yang jelas hanyalah, “Thank you.”

Dengan air mata bercucuran, dia turun panggung. Forum yang dihadiri sekitar seribu tokoh pers dunia itu pun senyap oleh keharuan. Dawit mendapat penghargaan sebagai pejuangn
kebebasan pers. Sosok itu mengungsi ke Swedia tatkala bangsanya, Eritrea, kacau karena dijajah Ethiopia yang sama-sama miskin. Dua bangsa itu bertetangga di wilayah Tanduk Afrika. Meski sudah mendapat kewarganegaraan Swedia, ketika Eritrea merdeka pada 1993, Dawit memilih kembali ke tanah airnya yang semrawut tersebut. Dia menikahi Sofia Berhane, punya tiga anak, dan tetap melanjutkan perjuangan.

Dawit menempuh medan perjuangan yang rawan: pers. Dia turut mendirikan koran Setit. Koran yang dinamai dari sungai utama di negaranya tersebut kemudian menjadi yang paling berpengaruh. Koran itu menjadi amplifier semangat kemajuan dan kebebasan. Di antaranya, memublikasikan petisi 15 anggota parlemen agar memulihkan demokrasi dan penyelidikan atas penyebab perang dengan Ethiopia pada 1998-2000. Perang itu terjadi karena Eritrea menginvasi Ethiopia, tapi kalah.

Suara akal sehat itu dinilai lain oleh Presiden Isayas Afewerki. Reaksi khas rezim otoriter pun terjadi, semua koran kritis ditutup. Dawit dipenjarakan sejak 23 September 2001 bersama 13 jurnalis serta 11 di antara 15 anggota parlemen vokalis itu. Mereka disekap tanpa akses ke dunia luar. Kabarnya, Dawit menjadi tahanan nomor 36 di Penjara Eira Eiro yang berada di utara ibu kota Asmara. Jumlah tahanan tersebut menyusut karena 15 orang dirumorkan meninggal. Tak seorang pun tahanan itu dikenai tuduhan resmi di pengadilan.

Pemenjaraan tersebut menggugah pemerintah Swedia untuk mengupayakan pembebasan Dawit. Pada awal penahanannya, konsul Swedia berhasil berbicara beberapa patah kata dengan Dawit. Pada 2005, bahkan, Dawit dilepas untuk bertemu dokter karena sakit. Saat itulah dia menelepon keluarganya yang diungsikan di Gothenburg, Swedia, bahwa dirinya akan ‘pulang’ ke negeri keduanya tersebut. Tanpa sempat keluar dari Eritrea, dia ditahan lagi. Hingga kini, posisi penderita diabetes itu tak diketahui.

Selain pemerintah Swedia, adiknya terus-menerus mengampanyekan pembebasan Dawit. Isaias menggandeng organisasi jurnalis Swedia serta organisasi internasional seperti Reporters without Borders dan Amnesty International. Mereka membuka situs www.freedawit.com. Pada 27 Maret 2009, empat koran utama Swedia menggalang petisi pembebasan Dawit dan ditandatangani lebih dari 200 ribu orang. Dia juga dianugerahi Award Norwegia untuk Kebebasan Pers pada 2009. Dalam forum kongres di Wina juga ada stan Free Dawit dan aktivis yang menjaga membagikan kaus serta pin.

Berbagai upaya itu tak melunakkan rezim Afewerki. Status kewarganegaraan Swedia yang disandang Dawit dikomentari dengan, “Bagi saya, Swedia tidak relevan. Pemerintah Swedia tak berkaitan dengan apa pun dengan kami.” Tuntutan agar dia dihadapkan ke pengadilan juga dijawab sang presiden, “Kami tak akan menggelar sidang apa pun dan kami tak akan membebaskannya. Kami tahu bagaimana menangani ini.”

Kabar terakhir Dawit beredar pada 11 Januari 2009. Sang jurnalis, sastrawan, dan penulis kelahiran 27 Oktober 1964 itu dilarikan ke RS militer. Meski pemerintah menjamin dia akan mendapat perawatan yang baik, tak ada verifikasi independen.

Hingga kini, nasib Dawit masih misterius. Kutipan yang pernah ditulis di korannya kini menjadi abadi: Orang bisa tahan lapar dan persoalan lain untuk waktu lama, tapi mereka tak akan tahan dengan ketiadaan pemerintahan yang baik dan keadilan.

Penghargaan Golden Pen bagi Dawit itu merupakan tradisi tahunan ke-47 (sejak 1961) dalam Kongres Surat Kabar Sedunia. Penghargaan keenam diterima wartawan legendaris Indonesia, Mochtar Lubis, pada 1967. Pemimpin redaksi koran Indonesia Raya itu dinilai gigih menyuarakan akal sehat dan tak gentar dengan pembredelan serta penahanan selama sembilan tahun oleh rezim Soekarno sampai 1966.

Tokoh yang dijuluki ‘Wartawan Jihad’ tersebut terkenal dengan liputan melawan korupsi. Pembungkaman seperti itu turut membiakkan korupsi yang kini terbukti sangat merusak jiwa dan raga bangsa. (c5/jpnn)

Berdebu, Calhaj Diminta Pakai Masker

MAKKAH-Cuaca panas yang menyengat harus diwaspadi para calon haji (cahaj) Indonesia. Apalagi udara saat ini kadang bercampur debu. Menyusul banyak pembangunan gedung di sejumlah lokasi di Makkah. “Para calhaj hendaknya memakai masker kalau keluar dari pemondokan,” ujar Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah dr Tafshin al Farizi kepada INDOPOS (Grup Sumut Pos), kemarin.

Para calhaj juga harus menjaga waktu istirahat. Terutama mereka yang datang dari Madinah. Sekadar diketahui, calhaj gelombang I menuju ke Madinah dahulu sebelum ke Makkahn
Mereka kali pertama masuk ke Makkah pada 11 Oktober dini hari lalu. “Selain masker dan jaga waktu istirahat, juga banyak minum,” ujar Tafshin.

Para jamaah memang harus menjaga kesehatannya. Sebab, rangkaian haji nanti membutuhkan energi yang cukup. Misalnya wuquf di Arafah dilanjutkan menginap di Muzadilifah, lalu ke Mina, hingga melontar jumrah. “Di setiap kloter disediakan 1 dokter dan 2 perawat.  Sedangkan di setiap sektor, ada 8 tenaga medis,” jelasnya.

Dari pantaun kemarin (14/10) sejumlah jamaah di sekitar Masjidil Haram memang memakai masker. Namun, sebagian yang lain belum memakainya.

Makkah memang semakin ramai oleh calon haji (calhaj) Indonesia. Calhaj asal Indonesia sering ditemui di Masjidil Haram dan sekitarnya. Selain dari Madinah yang merupakan gelombang I, yang terus berangsur-angsur masuk Makkah, gelombang dua juga sudah dijadwalkan masuk kemarin (14/10). Dari data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu, hingga pukul 15.15 waktu setempat sudah 20.428 calhaj dari Madinah yang masuk ke Makkah.

Mereka tergabung dalam 51 kloter. Kemarin (14/10), dijadwalkan 17 kloter akan datang dari Madinah. Namun hingga pukul 16.30 waktu setempat, baru dua kloter yang sudah tiba di Makkah. Sementara dari gelombang 2, calhaj yang tiba di Jeddah kemarin direncanakan 1 kloter, akan langsung ke Makkah. Kloter 12 dari embarkasi Medan yang mengangkut 455 calhaj dari Sumatera Utara dijadwalkan tiba petang kemarin.

“Kami sudah siap menerima calhaj gelombang kedua. Saya sudah koordinasi dengan kepala sektor agar mereka secepatnya mempersiapkan pemondokan. Seperti menghidupkan AC sebelum jamaah datang, karena jarak Jeddah ke Makkah sekitar 1 jam. Jaraknya 70 km. Kalau dari bandara Jeddah, sekitar 90 km. Kalau dari Madinah perjalanan lumayan panjang, ada waktu persiapan cukup. Sekarang, dari Jeddah lebih cepat,” terang Kepala Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat di kantor Misi Haji Indonesia di Makkah, Arab Saudi.

Arsyad juga meminta, para calhaj gelombang kedua ini diberikan pemahaman bahwa mereka akan di Makkah terlebih dahulu sampai puncak haji. Setelah itu baru ke Madinah. Berbeda dengan gelombang pertama, yang ke Madinah terlebih dahulu baru ke Makkah. “Yang gelombang kedua ini, jangan lupa, dari Jeddah sudah berihram. Ihramnya kan di Yulamlam. Jamaah hendakya siap itu. Jangan sampai tidak berihram umrah,” jelasnya.

Di samping gelombang kedua reguler, calhaj khusus juga dijadwalkan tiba kemarin. Jumlah calhaj ini sebanyak 20 ribu orang. Sedangkan total calhaj reguler 201 ribu orang. (zul/jpnn)

Rp3,5 M Untuk Hijaukan Cadika

MoU Wali Kota Medan dan Pemimpin Bank Negara Indonesia (BNI) Wilayah Medan

Wali Kota Medan, Drs H Rahudman Harahap MM, dan Pemimpin Bank Negara Indonesia (BNI) Wilayah Medan, Drs Ahmad Santosa Miad, melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) untuk pembangunan dan penataan hutan kota di lahan Cadika Pramuka, Jalan Karya Wisata, Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Kamis (13/10). Penandatanganan itu dilakukan di pendopo rumah dinas Jalan Sudirman.

Sebagai langkah awal, Ahmad Santosa memberikan bantuan sebesar Rp3,5 miliar untuk pembangunan hutan kota tersebut. Bantuan yang diberikan itu berasal dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab BNI terhadap lingkungan di sekitarnya.

“Penandatanganan MoU ini dilakukan antara Pemko Medan dengan BNI Wilayah Medan dalam rangka pembangunan dan penataan hutan kota. Dimana BNI mengambil peran dalam rangka turut serta untuk penghijauan Kota Medan, terutama menata ruang terbuka hijau yang kita sepakati adalah lahan Cadika Pramuka,” kata Rahudman.

Menurutnya, penandatanganan MoU ini merupakan tahap awal dilakukannya pembangunan hutan kota. Selanjutnya akan diteruskan pembangunan secara teknis dan sesuai dengan master plan yang telah disiapkan. Untuk itu wali kota menginstruksikan kepada Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang), Ir Arif Tri Nugroho, dan Kadis Pertamanan, Drs Erwin Lubis bersama-sama dengan pihak BNI untuk membangun hutan kota tersebut.

“Kita harapkan dengan bantuan awal Rp3,5 miliar, lahan Cadika Pramuka nantinya menjadi hutan terbuka hijau yang representatif bagi masyarakat. Artinya, tempat itu tidak hanya untuk  keluarga tapi juga menjadi alam belajar bagi siswa sekolah. Di samping itu lahan Cadika juga akan tetap digunakan sebagai lokasi kepramukaan,” jelasnya.

Dengan dilakukannya penandatanganan MoU ini, wali kota berharap agar bank-bank lain yang ada di Medan dapat mengikuti langkah BNI. Jika itu dilakukan, wali kota optimistis untuk pembangunan dan penataan taman di kota ini tidak perlu lagi dengan menggunakan dana APBD. Selain BNI, stake holder lain yang telah memberikan bantuan untuk penataan ruang terbuka hijau adalah Perusahaan Gas Negara (PGN) dengan menata Taman beringin.

Sebelumnya, Pemimpin Bank Negara Indonesia (BNI) Wilayah Medan, Drs Ahmad Santosa Miad  mengungkapkan, kerjasama dalam pembangunan hutan kota ini dilakukan sebagai bentuk kesadaran untuk menjadikan Kota medan yang indah, asri dan sehat. Untuk itulah pihaknya mengucurkan bantuan Rp3,5 milair sebagai tahap awal.

“Bantuan ini diambil dari dana CSR yang merupakan kewajiban dari setiap perusahaan  untuk memperhatikan dan membantu lingkungan di sekitarnya. Apalagi kehadiran BNI di kota ini sudah puluhan tahun. Itu sebabnya kita ingin berpartisipasi dalam membangun kota ini. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan ini akan diikuti perusahaan lainnya,” harapnya. (adl)

Awas, Bahaya Chicharito

SATU sosok yang akan menjadi ancaman bagi lini pertahanan Liverpool saat menjamu Manchester United malam ini adalah Javier Hernandez.

Menurut bek Manchester United, Rio Ferdinand, jika dalam kondisi bugar,  Chicharito adalah striker berbahaya, karena memiliki kecepatan serta finishing yang sempurna.
“Jika saya seorang pelatih, saya akan memberitahu kepada para striker muda bahwa mereka harus menperhatikan bagaimana Javier bermain,” jelas Ferdinand, seperti dikutip Skysports, Jumat, (14/10).

Kehebatan Chicharito bukan hanya diakui Rio, klub raksasa Spanyol Real Madrid pun secara terang-terangan mengaku tertarik untuk merekrut Chicharito dengan bandrol senilai 30 juta pounds
Artinya, jika Chicharito dijual, maka The Red Devils akan untung lima kali lipat, sebab pertama kali didatangkan ke Old Trafford, Chicharito hanya dibandrol 6 juta pounds . (net/jpnn)

Geng Motor NKB Bubar

MEDAN-Pendekatan persuasif yang dilakukan polisi dan sejumlah pihak kepada geng motor, mulai menunjukkan hasil. Setidaknya, dua geng motor sudah menyatakan membubarkan diri sepanjang Oktober ini. Geng Ezto kini tinggal nama setelah dibubarkan Jumat, 7 Oktober lalu. Giliran geng motor Nekat Kami Bro (NKB) menyatakan bubar, di Mapolres Medan, pukul 15.00 WIB, Jumat (14/10).

Pernyataan bubar itu disampaikan Ketua NKB, Indra (22), di Aula Bhayangkari Polresta Medan. Di depan 127 anggota geng NKB dan Wakapolresta Medan AKBP Pranyoto, Indra (22), atas nama anggota geng, Indra menyatakan pembubaran dilakukan dengan sadar dan tanpa paksaan.
“Kami siap bekerja sama dengan kepolisian untuk membantu menciptakan kota Medan kondusif,” ucap mahasiswa Universitas Darma Agung itu.

AKBP Pranyoto menyambut baik pernyataan bubar Geng NKB. “Saya sangat senang kalau geng motor sukarela membubarkan diri,” ujar AKBP Pranyoto.
Wakapolres berharap, sikap Geng Ezto dan Geng NKB ditiru anggota geng motor lain. Pranyoto menjelaskan, pihaknya akan terus melakukan penertiban geng motor yang sudah sangat meresahkan masyarakat.

“Dalam waktu dekat kami akan melakukan operasi geng motor di sekolah lagi untuk kembali merazia kelengkapan kendaraan. Apabila terulang (ada anggota geng motor yang terjaring) akan dikenakan UU Darurat,” jelas.

Pranyoto menyatakan kekecewaannya atas kerusuhan yang dilakukan geng motor, dengan aksi bergaya premanisme. Apalagi, anggota motor kebanyakan pelajar yang masa depannya masih panjang.

Selama upaya penanganan geng motor, Polresta Medan telah menahan 18 orang yang diduga kuat sebagai anggota geng motor. Dengan dibubarkannya geng motor ini mantan  ini, menyarankan agar anggota geng motor bila ingin melakukan kegiatan sosial hendaknya harus melaporkan terlebih dahulu kepada polisi.
Pantauan Sumut Pos di Mapolresta Medan, kedatangan 127 anggota NKB dengan sepeda motor, sempat menggegerkan masyarakat dan petugas kepolisian. Banyak yang menduga, geng motor ini akan menggelar aksi unjuk rasa. Pasalnya dengan datang berkonvoi, puluhan anggota geng motor ini tidak memakai helm dan mengacungkan salam ‘Piss’ kepada semua orang.(mag-7)

Senin, I Wayan Koster Diperiksa KPK

Setelah Angelina Sondakh dan Menpora

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menelusuri dugaan keterlibatan anggota DPR RI dalam kasus suap wisma atlet.
Setelah memanggil Angelina Sondakh dan Menpora Andi Mallarangeng, Senin (17/10) mendatang, lembaga antikorupsi ini menjadwalkan untuk memanggil I Wayan Koster, politisi dari PDIP.

“Dia dipanggil sebagai saksi Nazaruddin,” kata juru bicara KPK Johan Budi kemarin (14/10). Ya, ini adalah pemanggilan pertama untuk Koster. Tapi seperti biasa, saat ditanya tentang materi apa saja yang akan ditanyakan ke Koster, Johan mengelak mengungkapkannya. Menurutnya itu adalah kewenangan penyidik. Yang jelas, kata Johan, pasti ada sesuatu yang berhubungan dengan wisma atlet yang ingin ditanyakan ke Koster.

Memang, nama Koster sendiri tidak asing lagi dalam kasus suap wisma atlet yang sudah menyeret Nazaruddin sebagai tersangka. Bahkan  menurut beberapa pihak seperti Nazaruddin dan mantan Wakil Direktur Marketing Permai Grup Yulinanis, Koster memang terlibat dalam kasus tersebut.

Yulianis memang pernah dihadirkan sebagai saksi dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) 10 Agustus lalu dengan terdakwa Mindo Rosalina Manulang, marketing PT Anak Negeri. Dalam keterangannya kepada majelis hakim, Yulianis mengakui bahwa ada beberapa politikus di DPR yang terlibat dalam kasus wisma atlet.

Sepengetahuannya, ada dua politisi yang memiliki hubungan erat dengan Rosalina. Mereka adalah Angelina Sondakh dari Partai Demokrat dan I Wayan Koster politisi PDIP. “Waktu dia (Rosalina) mengajukan untuk mengambil uang untuk menggiring Grup Permai (mendapatkan proyek wisma atlet). Katanya untuk Angie dan Wayan. Itu lalu dikonfirmasi ke Pak Nazaruddin,” kata Yulianis kala itu.

Keterangan Yulianis itu juga sangat cocok dengan pengakuan Nazaruddin selama ini. Suami Neneng Sri Wahyuni itu, dalam beberapa kesempatan terus menyebut nama Koster menerima uang dari proyek di Kemenpora. Menurutnya, Koster memang berkomplot dengan Angelina dan Mirwan Amir.

Johan pun berharap agar Koster memenuhi panggilan KPK demi kelancaran pengungkapan kasus suap wisma atlet. Namun saat ditanya apakah Koster bakal menjadi tersangka, Johan menjawab diplomatis. Dengan tegas dia menjelaskan bahwa KPK tidak bisa seenaknya menetapkan seseorang sebagai tersangka. Semuanya harus berdasarkan barang bukti yang kuat. Dan untuk Koster belum sampai ke sana.

Kemarin, penyidik KPK memeriksa Muhajidin Nur Hasyim adik Nazaruddin. Dia juga diperiksa sebagai saksi sang kakak. Datang sekitar pukul 14.00, Muhajidin memilih untuk bungkam. Mengenakan setelan batik, dia langsung beranjak masuk ke gedung KPK.

Dalam persidangan, Yulianis juga pernah mengungkapkan keterlibatan Muhajidin. Menurut Yulianis, Muhajidin dan M Nasir, saudara Nazaruddin yang lainnya kerap mendatangi kantor Permai Grup di kawasan Mampang Prapatan Jakarta. Keduanya juga kerap datang untuk menjadi peserta rpat di perusahaan milik Nazaruddin. Bahkan Yulianis juga mengatakan bahwa Muhajidin ikut dalam rapat menentukan prosentase pembagian sukses fee proyek wisma atlet. (kuh/jpnn)