24 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14536

Man United vs Manchester City, Membara

MANCHESTER-Inilah derby yang paling dinantikan di Premier League musim ini. Inilah derby yang belakangan diklaim sebagai terbesar di dunia, baik dari sisi kualitas pemain kedua tim maupun sisi finansial. Derby Manchester edisi ke-161 di Old Trafford malam nanti (siaran langsung MNCTV pukul 19.30 WIB) pun berlangsung di momen tepat.
Ya, Manchester United dan Manchester City kini bersaing di puncak klasemen. Baru pekan lalu City mengudeta United dengan keunggulan dua angka (22-20) setelah menjalani delapan laga. Praktis, meraih hasil absolut di Old Trafford sangat penting bagi kedua tim.

City akan memperlebar gap lima angka apabila sukses mempermalukan United.
Kali terakhir The Citizens (sebutan City) melakukannya pada 10 Februari 2008 dengan skor 2-1. Itu merupakan kemenangan pertama City di Old Trafford setelah 37 tahun.

Sedangkan United tentu tidak ingin kehilangan muka di depan pendukungnya. Kemenangan tidak hanya mengembalikan takhta Setan Merah (sebutan United), melainkan juga menggenapkan victory home beruntun mereka di liga pada angka ke-20.

Entah upaya mengurangi tekanan atau psywar, pelatih United Sir Alex Ferguson tidak terlalu khawatir dengan hasil derby. Ferguson mengatakan, kalaupun keok malam nanti, United masih memiliki kesempatan mengejar City dalam 29 laga berikutnya.

“Dengan catatan kami di paro kedua musim lalu, Anda boleh berharap bahwa kami akan bangkit dan mungkin lebih baik,” ucapnya sebagaimana dilansir Tribalfootball.

Pertemuan terakhir kedua tim di ajang Community Shield (7/8) sepertinya menginspirasi pernyataan Ferguson. United yang tertinggal dua gol di babak pertama, berhasil membalikkan keadaan di babak kedua untuk mengakhiri laga dengan 3-2.

Hasil Community Shield pula yang memberi pelajaran berharga bagi City, khususnya pelatih Roberto Mancini. Pelatih asal Italia itu bahkan menyebut Ferguson sebagai gurunya. “Dalam dua bulan terakhir, kami bekerja keras mereduksi gap dengan United. Saya pikir, gap itu semakin dekat. Jika sebelum kompetisi dua yard, kini hanya satu yard!,” ucap Mancini seperti dilansir Sky Sports.

“Satu yang belum kami miliki dari United adalah mampu memenangkan laga sekalipun bermain buruk. Saya menonton langsung laga United melawan Norwich. Sekalipun tidak bermain bagus, United masih mampu menang. Faktor itulah yang sangat penting dimiliki sebuah tim top,” papar pelatih yang akan menjalani laga ke-100 bersama City itu.
Mancini juga mengingatkan anak asuhnya untuk mewaspadai menit terakhir karena City memiliki pengalaman buruk di derby Manchester. Dari lima kekalahan terakhir, empat di antaranya terjadi gara-gara United mencetak gol di menit ke-90 ke atas.

Ketika United menang 2-0 atas Otelul Galati di Rumania dalam ajang Liga Champions midweek lalu (18/10), salah satu gol lahir di pengujung laga via eksekusi penalti Wayne Rooney. Di sisi lain, kemenangan 2-1 City atas Villarreal di ajang dan waktu yang sama juga lahir di menit-menit akhir melalui Sergio Aguero. (dns/jpnn)

346 Calhaj Kloter 19 Diberangkatkan

MEDAN-Sebanyak 346 jamaah calon haji (calhaj) kloter 19 telah diberangkat ke Tanah suci Mekkah al Mukaramah, Sabtu (22/10) Pukul 07.20 WIB dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia Airlines (GIA) melalui Bandara Polonia Medan.

Dari 346 calhaj itu terdiri dari 257 orang jamaah asal Medan, tiga dari Tobasa, satu asal Tapanuli Utara, dua calhaj asal Padangsidempuan, 58 orang dari Banda Aceh dan lima petugas haji.

“Secara umum kondisi jamaah allhamdulliah sehat dalam keadaan sehat wal afiat semua. Namun, ada jamaah dari Medan bernama Sarwan bin Khasan yang tidak bisa berangkat karena kondisi sakit komplikasi,” bilang Kasubag Hukmas Kemenagsun Drs Chairul Syam Sarwan bin Khasan kemungkinan akan diberangkatkan pada musim haji 2012 mendatang. “Kita doakan saja, calon jamaah calon haji yang sakit ini cepat sembuh dan bisa kembali menunaikan hajinya tahun depan,” bilang Chairul.

Sementara itu, pada 21 Oktober 2011 kemarin, jamaah haji kloter asal Medan yang beranama Armaini Harahap  beralamat di Jalan Gaharu Medan telah meninggal dunia di Tanah Suci. “Penyebab  meninggalnya almarhumah Armaini Harahap kita belum tahu. Yang  jelas informasi yang kami terima dari Tanah Suci Mekkah, Armaini Harahap telah meninggal dunia. Selain itu juga, ada satu orang lagi jemaah haji kloter 2 asal Padangsidempuan yang bernama Parluhutan Siregar telah meninggal dunia pada 15 Oktober 2011 kemarin,” bilangnya Chairul Syam.

Jamaah haji kloter satu yang saat ini sudah berada di mekkah diperkirakan akan kembali ke tanah air pada 11 November 2011 nanti. (omi/jpnn)

Pede Manggung Berjilbab, Meski Fans Anggap Aneh

Dua Wajah Asri Yuniar, Guru TK yang Jadi Vokalis Band

Kehidupan yang dilakoni Asri Yuniar ini bisa dikategorikan ekstrem. Di satu sisi, dia adalah vokalis band dengan aliran musik hardcore. Selama ini, jenis aliran musik tersebut diidentikkan dengan hal-hal yang berbau sangar atau brutal. Pada sisi lain, dia merupakan guru TK yang sehari-hari berjilbab.

RAGIL UGENG, Bandung

PENAMPILAN Asri sehari-hari sangat santai. Ketika ditemui Jawa Pos (Grup Sumut Pos) di sebuah art center di kawasan Dago, Bandung, Rabu lalu (19/10), dia mengenakan sepatu teplek, celana jins, kaus oblong dengan baju rangkepan di dalamnya, serta berjilbab merah.

Gaya bicaranya juga santai, terkesan malu-malu dengan logat Sunda yang sangat kental. Senyumnya tak pernah sekalipun surut.

Achi, sapaan akrab Asri Yuniar, memang sering nongkrong di kawasan itu bersama teman-temannya personel grup band Gugat. Di grup band yang musiknya beraliran hardcore itu, Achi adalah sang vokalis.

Suara maupun aksinya bisa dilihat di YouTube. Salah satu masterpiece Gugat adalah lagu yang bertajuk Kelam. Hingga kini, lagu tersebut sudah diunduh 12.851 orangn Fanspage di situs Facebook mereka juga sudah mencapai 9.605 penggemar.

Gugat merupakan band ketiga bagi Achi. Saat duduk di bangku SMA, dia sempat mendirikan band bernama Capability yang semua personelnya perempuan. Mereka paling sering membawakan lagu Nirvana yang beraliran grunge.
Sayangnya, band tersebut tak bertahan lama. Achi lantas mendirikan band lagi bernama Dining Out. Achi remaja seolah tak mengenal boyband yang saat itu menjamur. Dining Out bertahan cukup lama, hingga 2003. Merasa jenuh, pada 2004, dia lantas membentuk Gugat yang bertahan hingga saat ini.

Kecintaannya pada musik cadas tersebut bermula saat Achi remaja sering menyaksikan band-band hardcore beraksi di GOR Saparua, Bandung. “Dulu, kami kalau perform pasti selalu minta sebelum magrib. Sebab, saya memang tidak boleh pulang setelah magrib. Karena itu, kalau ada yang mengundang, kami pasti meminta syarat untuk tampil sebelum magrib,” ucap perempuan berusia 29 tahun tersebut.

Terus berkutat dengan musik dan lingkungan penggemar hardcore juga sempat membuat perilaku Achi menyimpang. Dengan blak-blakan, dia mengungkapkan, saat SMA, dirinya senang nge-ganja, alcoholic, serta penikmat rokok. Semua itu awalnya hanya iseng dilakukan. Apalagi, teman-teman ceweknya juga mau.

“Saya kalau narik (memakai ganja) juga sama teman-teman cewek. Saya itu parno kalau narik, minum, atau ngerokok di depan cowok,” tegas alumnus Unpad jurusan sastra itu.

Tapi, semua kelakuan minus tersebut mulai hilang sejak dirinya memutuskan untuk berjilbab. Sejak itu, dia sama sekali tak menyentuh ganja maupun minuman beralkohol. Namun, sesekali dia memang masih merokok.

Achi akhirnya benar-benar berhenti merokok setelah bertemu Hari Gartika yang kini menjadi pendamping hidupnya. “Saya dulu juga sama dengan Achi. Semua hal saya coba. Mulai rokok, alkohol, sampai narik. Tapi, akhirnya berhenti total. Bahkan, saya tak merokok sama sekali saat ini. Bedanya dari Achi, saya tidak suka musik hardcore. Grup band paling keras yang saya suka paling cuma Smashing Pumpkins,” tutur Hari.

Dia juga tak berkeberatan atas status Achi sebagai vokalis grup hardcore. Dia bahkan total mendukung sang istri. Lelaki 32 tahun itu juga mengaku tak risi karena sang istri memakai jilbab ketika beraksi di panggung. Sebagai bentuk dukungan, Hari sering mengajak si buah hati, Runa Arieta Dzakirah, yang saat ini berusia empat tahun untuk menyaksikan Gugat beraksi.

Peran Achi tentu tak bisa dianggap remeh di Gugat. Selain vokalis, dia berperan sebagai pencipta lirik. Untaian kata dalam lagu Kelam dan Kamuflase merupakan contoh buah karyanya.

Dia lebih sering memilih fenomena sosial untuk dituangkan menjadi lirik. Meski, sesekali juga pengalaman pribadi maupun orang-orang terdekatnya.

“Lagu Kelam itu saya buat pas ibu meninggal. Kalau lagu Bapakku Seorang Demonstrans, saya terinspirasi ayah saya yang hingga saat ini masih aktif demo. Beliau adalah korban PHK PT Dirgantara Indonesia (DI). Kalau pulang demo, ayah selalu cerita pengalamannya,” ucapnya.

Achi sebenarnya masih suka demam panggung jika sedang perform. Meski sudah malang melintang, rasa nervous tetap saja menggelayutinya. Persis seperti saat dirinya memutuskan untuk mengenakan jilbab.

“Dulu teman-teman meminta saya melepas jilbab. Mereka bilang saya aneh karena vokalis hardcore kok memakai jilbab. Para fans juga mungkin merasa janggal. Tapi, saya cuek aja. Untungnya, saya belum pernah mendapat perlakuan atau kejadian yang tak mengenakkan,” ungkap Achi.

Perasaan aneh juga dia alami saat pertama mengajar murid-murid TK. Selain berstatus vokalis band hardcore, Achi menjadi guru di TK Kuncup Harapan Bandung. Itu adalah TK warisan sang ibu. Achi menjalankan peran itu sejak 2006.
“Awalnya, saya sempat bekerja di sebuah bank swasta sebagai tenaga marketing. Tapi, saya tidak nyaman karena harus mengenakan kemeja atau celana kain. Saat itu, saya merasa bukan menjadi diri saya. Akhirnya, hanya bertahan tiga bulan,” ungkapnya.

Setelah sempat menganggur, dia akhirnya ditawari mengajar di TK tersebut. Itu juga merupakan tanggung jawab moralnya kepada sang ibu. Meski, sebenarnya dirinya bisa saja mencari pekerjaan lain. Apalagi, bekerja di TK tersebut sama sekali tak memberikan keuntungan material.

Bayangkan, saat pertama bekerja, dia hanya digaji Rp150 ribu per bulan. Saat ini atau setelah hampir enam tahun bekerja, gajinya juga hanya Rp300 ribu. Jumlah tersebut tentu di bawah nominal yang dia dapat ketika perform.
Itu masih ditambah ‘siksaan’ yang dialami terkait dengan busana. Sama seperti saat menjadi tenaga marketing, Achi mesti mengenakan celana kain, kemeja, hingga blazer. Namun, busana yang paling menyiksa adalah baju pink. Sebab, dirinya penggemar berat warna hitam yang seolah menjadi ciri grup-grup band beraliran hardcore.

Tapi, kehidupan di TK yang menampung 40 murid tersebut memang memberikan ketenteraman batin tersendiri bagi Achi. Sekaligus, menghilangkan kepenatan karena berbagai kesulitan yang membelenggunya. Pembatalan konser, contohnya.

Beberapa waktu lalu, Gugat juga sempat dilarang perform karena dianggap bakal memantik kerusuhan. Padahal, band-band pembuka lebih dulu beraksi. Selain itu, minimnya intensitas manggung membuat Achi resah. Saat ini, Gugat paling hanya manggung sebulan sekali. Padahal, dulu mereka bisa lumayan sering perform.
“Anak-anak itu lucu. Kadang juga orang tuanya yang lucu. Kadang orang tuanya yang godain saya dengan mengucapkan salam, tapi suaranya diserak-serakin seperti saat saya nyanyi. Sejauh ini, tak ada masalah antara profesi saya sebagai vokalis dan guru,” ucap Achi. (c5/kum/jpnn)

Ibu dan Balitanya Tewas Dibunuh

Terinspirasi Adegan Porno, Pelaku Ngaku Niat Memperkosa

PALAS-Seorang ibu, Ermida Boru Harahap (40) dan anaknya Putri Jamilah (2 tahun 6 bulan) ditemukan tewas di sekitar lokasi kebun korban di kebun Sumuran tepatnya 150 meter dari lokasi kebun cabe korban yang berada di Desa Sibuali- Buali, Kecamatan Sosopan, Kabupeten Padang Lawas (Palas), Jumat (21/10) malam lalu.

Keduanya diperkirakan korban pembunuhan karena luka disekujur tubuh yang diperkirakan terjadi sekira pukul 18.00 WIB.

Menurut keluarga korban, Fajar Harahap (38), pembunuhan diperkirakan terjadi Jumat ( 21/10) sore. Kejadian berlangsung saat Ermida menjalankan aktivitas keseharian di kebun cabe merek sambil menggendong dan mengasuh Putri Jamilah.

Di ladang yang berjarak sekitar 2 kilometer dari kampungnya, Ermida selalu menjaga kebunnya dari gangguan hama seperti kera.

Karena tak kunjung pulang, keduanya sempat dicari Addin Sihombing, suami korban Ermida, yang bingung dan resah.
Curiga terjadi sesuatu, Addin menyusul ke kebun, tetapi tak menemukan istri dan anaknya. Addin pulang dan mengabarkannya serta meminta rekan-rekan sekampungnya untuk ikut mencari Ermida dan Putri.

“Karena sudah magrib, Addin Sihombing dan warga mencari korban bersama-sama. Ternyata kecurigaan Addin benar. Istri dan anaknya ditemukan bersimbah darah dan tidak bernyawa lagi dengan posisi terlentang di pinggir jalan menuju kebun mereka, 150 meter dari kebun cabe,” terangnya kepada METROTAPANULI (grup Sumut Pos).

Tangan sebelah kanan Ermida nyaris putus dan kuping sampai batas batok kepala mengalami luka robek diduga akibat bacokan benda tajam. Kuping sampai batas batok kepala mengalami luka robek diduga akibat bacokan benda tajam. Sementara Putri, diduga dipukul dengan kayu karena tengkuk sebelah belakang memar dan lebam.

Addin yang sempat meraung-raung lalu ditenangkan warga. Kedua korban kemudian dibawa ke RSUD Sibuhuan untuk divisum untuk keperluan penyelidikan pihak Kepolisian Sosopan.

Fajar menduga, keduanya dihabisi mengunakan benda tajam dan benda tumpul sejenis kayu. Ermida diduga sempat mengadakan perlawanan dengan menangkis ayunan senjata tajam pelaku hingga tangan ibu muda tersebut nyaris putus.

Keluarga dan warga sekitar tentu saja heran dan prihati dengan musibah yang dialami keluarga Addin Sihombing. Apalagi, warga tahu, selama ini korban dikenal baik dan ramah di tengah-tengah masyarakat, mudah bergaul dan dan tidak memiliki musuh.

“Makanya kami bingung dan syok dengan kejadian ini. Apalagi pembunuhan itu termasuk sadis di wilayah kami ini,” terang warga bermarga Harahap.

Warga berharap kepolisian secepatnya mengungkap misteri pembunuhan ini. “Apa motifnya dan siapa pelakunya, agar kami masyarakat tenang. Karena ini adalah pembunuhan sadis yang tidak manusiawi,” tukas warga.
18 Jam, Pelaku Ditangkap.

Menyikapi harapan warga, penyidik Polres Tapsel dipimpin Kasat Reskrim Polres Tapsel, AKP Lukmin Siregar, berhasil mengidentifikasi dan menangkap pelaku pembunuhan terhadap seorang ibu dan anaknya dalam waktu 18 jam. Tersangka pelakunya, Rahmat (18) warga Desa Sosopan, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Palas.

“Begitu kita datang ke rumahnya, tersangka mengakui semua perbuatannya. Saat ini kita masih akan terus memintai keterangan tersangka. Dugaan kita motifnya karena pengaruh film dewasa dari HP-nya,” tegas AKP Lukmin Siregar.
Kepada METROTAPANULI, Rahmat mengaku hanya berniat memperkosa dan tidak bermaksud membunuh ibu dan anak tersebut. Sore itu, saat pulang dari ladang, ia berpapasan dengan Ermida yang menggendong anaknya.
Teringat rekaman video adegan orang dewasa di ladang yang didownload dan disimpan di ponselnya, spontan timbul niat mesum Rahmat.

Ia lalu mengikuti korban yang menggendong anaknya. Selama 5 menit ia memikirkan cara melampiaskan hasrat nakalnya.

Saat itu, di tangan pelaku membawa sebilah parang dan balok sepanjang sekitar 1,5 meter. Diam-diam dari belakang, pelaku mengayunkan kayu ditangannya. Niat ingin memukul Ermida agar jatuh dan dirinya bisa memperkosanya ternyata pelaku salah pukul, yang kena malah putrinya yang langsung menjerit dan menangis.

Karena tertangkap basah oleh Ermida, Rahmat kembali mengayunkan kayunya ke bagian belakang kepala Ermida. Kedua korban langsung jatuh ke tanah, Ermida dalam keadaan berlumuran darah dari kepala sedangkan Putri dibagian tubuhnya dan menangis kesakitan.

Rahmat yang panik malah membacok leher Ermida dan kepalanya, sedangkan Putri dihantamnya lagi menggunakan balok sebanyak dua kali.

Dengan penuh rasa takut, Rahmat meninggalkan kedua korban dan kembali ke rumahnya di Desa Sosopan berjarak sekitar 2 km ke Desa Sibual-Buali.

Sesampai di rumahnya, Rahmat mandi dan pergi mengopi ke kedai dan hingga pagi dirinya masih melakukan aktivitas seperti biasa. Namun sore hari polisi sudah mendatangi rumahnya, dan setelah ditanyai polisi, akhir Rahmat mengakui perbuatannya.

Anak ke-4 dari 5 bersaudara ini, mengaku dirinya tidak begitu mengenal korban. “Saya menyesal,” ujar lajang yang hanya lulusan SD itu. (amr/phn)

Pelayanan Belum Maksimal

RSU Pirngadi Jadi Badan Layanan Umum

MEDAN- Sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Rumah Sakit Umum (RSU) Pirngadi Medan harus mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Karenanya, Direktur Utama (Dirut) RSU Pirngadi Medan harus secepatnya memperbaiki pelayanan dan melakukan perubahan manajemen.

“Sebagai BLU Rumah Sakit Pirngadi jangan sampai mengecewakan masyarakat. Karenanya, harus dilakukan perbaikan pelayanan dan manajemen secepatnya,” kata Sekretaris Komisi B DPRD Kota Medan Khairuddin Salim saat dihubungi via ponsel, Sabtu (22/10) siang.

Dikatakannya, saat Komisi B DPRD Kota Medan melakukan kunjungan kerja ke RSU Pirngadi Medan, mereka masih melihat pelayanan yang belum maksimal kepada pasien. Karenanya, dia mendesak Dirut RSU Pirngadi Medan untuk secepatnya memperbaiki kinerja dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

“Saat kita melakukan kunjungan ke rumah sakit, manajemen rumah sakit mengaku sudah siap menjadi BLUD dan akan memberikan pelayanan maksimal. Namun, kita masih melihat ada sedikit kekurangan, yaitu pelayanannya masih belum maksimal. Kita meminta agar RSU Pirngadi memberikan pelayanan secara maksimal kepada warga yang membutuhkan pelayanan medis, jangan sampai masyarakat kecewa,” kata politisi Partai Demokrat ini.

Khairuddin juga menegaskan, Dirut RSU Pirngadi Medan harus menunjukkan kredibilitasnya kepada semua pegawai di RSU Pirngadi. “Saya melihat, kredibilitas Dirut RSU Pirngadi sampai saat ini belum terlihat. Tidak hanya itu, untuk Dirut RSU Pirngadi harus diperhatikan juga profesinya dan masa kerjanya. Pokoknya Dirut harus memberikan perubahan ke arah yang lebih maju, pelayanan yang maksimal dan terbuka dimana RSU Pirngadi sudah sah menjadi BLUD sekarang,” pungkasnya.

Disinggung mengenai beberapa ruangan yang tidak layak, Kahiruddin mengatakan, pihak rumah sakit harus secepatanya memperhatikan hal itu. “Rumah sakit harus memperbaiki ruangan agar layak digunakan sehingga masyarakat yang berobat ke sana tidak terganggu. Pihak rumah sakit juga harus memperhatikan segala kekurangan dan yang ada,” tegasnya.

Sementara Kasubbag Humas dan Hukum RSUD dr Pirngadi Medan Edison Peranginangin mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan segala pembenahan. “Pembenahan mulai dari pegawai hingga pelayanan sudah kita lakukan. Mengenai ruangan yang masih kosong karena masih dilakukan perbaikan. Untuk ruangan yang beralih fungsi, itu karena alatnya belum tiba dan sudah dipesan,” terangnya.(jon)

Tersangka Penipuan Ditangkap Bawa Senpi

MEDAN- Petugas Polsekta Percut Sei Tuan meringkus Sugiono (26), warga Jalan Sedar, Kecamatan Batangkuis, di Jalan Aksara Medan, Sabtu (22/10) siang pukul 13.00 WIB. Sugiono diringkus karena diduga melakukan penipuan terhadap Suhartono (36), warga Jalan Percut Sei Tuan, Gang Musyawarah. Dari tangan Sugiono, petugas menyita sepucuk senjata api, soft gun jenis FN beserta sejumlah amunisinya.

Menurut Kapolsekta Percut Sei Tuan Kompol Maringan Simanjuntak, penangkapan Sugiono atas laporan Suhartono yang merasa ditipu dengan modus memesan daging senilai Rp30 juta, untuk pesta pernikahan. “Setelah daging diantar, korban menagih uangnya, namun tersangka berdalih bahwa penyelenggara pesta mengalami bangkrut sehingga tidak sanggup membayar,” terang Maringan.

Selama penyidikan dan penyelidikan, lanjut Maringan, tersangka sudah dua kali dikirim surat panggilan, namun tersangka tidak juga datang. Karenanya, saat  anggota mendapat informasi bahwa tersangka berada di Jalan Aksara, langsung dilakukan penangkapan.

Saat dilakukan pemeriksaan di Mapolsekta Percut Sei Tuan, senjata yang dimiliki tersangka ternyata tidak memiliki izin. Kepada wartawan, tersangka mengaku sebagai pengusaha daging ayam sekaligus dept colector di sebuah perusahaan. “Tersangka dikenakan UU Darurat No XII Tahun 1951, dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara dan Pasal 378 subsider Pasal 372 KUHP tentang penipuan dan penggelapan,” ungkapnya.(jon/mag-7)

Laga Kambing, Buruh Bangunan Tewas

MEDAN- Kecelakaan maut terjadi tak jauh dari Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar. Surwandi (19), warga Jalan Mangaan II, Gang Ali, Mabar, tewas di tempat saat sepeda motor Vega R yang dikendarainya laga kambing dengan sepeda motor Vario, Sabtu (22/10). Pria yang bekerja sebagai buruh bangunan ini tewas dengan wajah dan badan yang penuh luka.

Menurut keterangan petugas Sat Lantas Polresta Medan Labuhan, Brigadir J Hasibuan yang ditemui di depan ruang instalasi jenazah RSU Pirngadi Medan, saat itu korban yang mengendarai sepeda motor Vega R datang dari arah KIM. Tiba-tiba dari arah depan datang pengemudi sepeda motor Vario. Pengemudi sepeda motor Vario tidak bisa mengendalikan sepeda motornya, sehingga tabrakan tak terhindarkan lagi.

“Korban meninggal di tempat akibat laga kambing dengan pengemudi Vario. Korban saat itu hendak berangkat kerja dan korban ditabrak dari arah depan oleh pengemudi sepeda motor lainnya. Pengemudi yang menabrak korban saat ini sudah diamankan dan berada di Sat Lantas Polresta Labuhan,” terang J Hasibuan.

Sementara itu, Iswandi (47), ayah korban mengaku kaget atas peristiwa yang dialami anaknya itu. Menurut Iswandi, anaknya pagi itu hendak pergi kerja di Komplek KIM sebagai buruh bangunan. (jon)

Pedagang Dikelewang Perampok Bersenpi

LABUHAN- Japar Ali (61), warga Dusun 9, Pematang Johar, Kecamatan Labuhan Deli, dikelewang dua kawanan perampok bersebo dilengkapi senjata api (Senpi) di rumahnya, Sabtu (22/10) dini hari pukul 04.30 WIB. Walaupun perampok gagal menjarah harta bendanya, namun bapak empat anak ini mengalami luka lima jahitan di bagian bibirnya.

Keterangan yang disampaikan Japar ketika membuat laporan ke Polsek Medan Labuhan menyebutkan, kejadian itu terjadi ketika Japar bangun dan hendak belanja ke pasar untuk membeli kebutuhan barang dagangannya.

Ketika keluar dari kamar menuju kamar mandi, dua kawanan perampok langsung mengarahkan pistol dan kelewang ke arah kepalanya, aksi pelaku membuat Japar tak berdaya. Tak berapa lama, istri Japar keluar dan menjerit melihat Japar telah diancam pistol dan kelewang oleh orang tak dikenal.

Jeritan itu membuat kedua perampok bersebo itu kebingungan dan berusaha menyerang istri Japar, namun dihadang Japar hingga terjadi pergumulan. Jeritan istrinya semakin keras membuat kedua pelaku yang masuk dari arah pintu belakang rumahnya, langsung melayang kelewang ke arah bibir Japar hingga berdarah.

Merasa kebingungan, akhirnya kedua pelaku itu kabur dari pintu belakang dan melompat pagar, lari ke arah persawahan tanpa sempat mengambil harta benda pedagang kelontong tersebut.

“Pokoknya saya sempat ditodong pistol dan diarahkan kelewang ke saya, rupanya istri saya menjerit mereka kabur,” kata Japar menceritakan kejadian dengan polisi. (ril/smg)

Medan Kota Pertahankan Juara Umum Porkot

MEDAN-Setelah melalui perjuangan tak kenal lelah, akhirnya juara bertahan Pekan Olahraga Kota (Porkot) Medan sukses mempertahankan gelarnya.

Kontingen Medan Kota mempertahankan gelarnya setelah merebut medali terbanyak usai acara penutupan yang berlangsung di Stadion Teladan, Medan, Sabtu (22/10).

Pada Porkot Medan III kali ini Medan Kota menjadi yang terbaik dengan mengumpulkan 36 medali emas, 24 medali  perak dan 30 medali perunggu. Di tempat kedua diraih Medan Helvetia dengan 29 medali emas, 31 medali perak dan 37 medali perunggu.

Sementara di posisi ketiga diraih Medan Denai, 27 medali emas, 25 medali perak dan 28 medali perunggu, disusul posisi keempat, Medan Timur, 27 medali emas, 24 medali perak dan 24 medali perunggu.

Sedangkan, di posisi kelima ditempati Medan Amplas, 24 medali emas, 24 medali perak dan 25 medali perunggu.
Wali Kota Medan Rahudman Harahap dalam kata sambutan, sebelum menutuk kegiatan mengatakan, ke depan Medan butuh atlet yang memiliki fanatisme dan semangat juang yang tinggi, bukan yang lebih mengejar materi.
Untuk itu, ia meminta kepada KONI Medan dan induk cabang olah raga agar lebih intensif melakukan pembinaan kepada atlet binaannya masing-masing. Dengan demikian atlet juga akan lebih terpacu untuk meningkatkan prestasinya.

“Kami juga meminta KONI Medan agar membuat program pembinaan terpadu dan berkesinambungan. Prestasi tidak bisa diraih dengan instan, melainkan dengan kerja keras dari semua pihak yang terlibat,” katanya dalam acara penutupan yang dihadiri Wakil Wali Kota Medan Drs. H. Dzulmi Eldin, MSi, Sekda Ir. Syaiful Bahri, MSi, Ketua KONI Sumut H. Gus Irawan SE Ak MM, dan undangan lain.

Dalam kesempatan ini, Wali Kota, juga memberikan apresiasi kepada lifter angkat berat Daud Gowasa yang di arena Porkot Medan 2011 ini berhasil melampaui rekor nasional dan rekor dunia di kelas 59 kg. Daud berhasil melewati rekornas atas namanya sendiri di nomor squat dari yang sebelumnya 275 kg menjadi 280 kg. Sedangkan, di nomor deadlift dengan gagah perkasa ayah satu putra dan satu putri ini melampaui rekor dunia kelas 59 kg dari sebelumnya 295 kg menjadi 300 kg.

Ketua Umum KONI Medan Drs. H. Zulhifzi Lubis dalam kata sambutannya mengatakan, secara umum perkembangan olahraga di Medan, dewasa ini sudah cukup merata.Ini terbukti dengan perolehan medali dari setiap kecamatan.
Kepada atlet yang berhasil meraih medali, ia berpesan agar tidak terlalu berbesar hati karena Porkot ini hanya merupakan tahap awal untuk berprestasi ke tingkat yang lebih tinggi.

Bagi atlet yang belum meraih medali diminta juga untuk tidak patah semangat, dan jadikan kegagalan tersebut untuk mengevaluasi kelemahan-kelemahan sehingga kedepan dapat tampil sebagai juara.
“Jalan masih panjang untuk berprestasi, teruslah berlatih dengan lebih intensif tanpa kenal lelah,” kata pria yang akrab disapa Opung Ladon ini. (jun)

Tak Ingin Bangga dengan Dosa-dosa

Ramadhan Batubara

Saya pernah mengatakan kalau ketakutan terbesar dalam hidup saya ketika mengendarai kendaraan adalah bertemu polisi lalu lintas. Kini tidak lagi, saya telah memiliki Surat Izin Mengemudi dan kelengkapan lainnya. Sayangnya, setelah masalah polisi lalu lintas selesai, saya malah menyadari sebuah ketakutan yang lain. Saya takut menyanyi.

Tolong, jangan anggap menyanyi yang saya maksud adalah seperti yang dilakukan Nazaruddin. Ini soal nyanyi yang sebenarnya, seperti Krisdayanti yang fasih memegang microphone di Pendopo Rumah Dinas Walikota Medan beberapa malam lalu. Ya, ini tentang melantunkan nada dan lirik.

Ketakutan saya ini semakin menjadi karena beberapa hari ke belakang ada kecenderungan baru di kalangan kantor. Ya, apalagi kalau bukan soal menyanyi. Tapi sekali lagi, ini bukan nyanyian dalam tanda kutip –seperti pembusukan karakter pimpinan atau lainnya—ini hanya soal nada dan lirik. Tujuannya adalah pesta pernikahan dan karoke, heheheheh.

Hingga, karena terus didesak oleh keinginan untuk menyanyi, saya pun sibuk menyetel mp3 di komputer. Dan yang saya dapati hanyalah lagu Ebiet G Ade. Fiuh, hanya satu lagu pula! Lagu ini berjudul Berita Kepada Kawan. Sebagian liriknya seperti ini:

Barangkali di sana ada jawabnya//mengapa di tanahku terjadi bencana//Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita//yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa//atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita//Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Entahlah, kenapa folder musik di komputer saya bisa hancur. Bayangkan saja, sebelumnya folder itu penuh dengan lagu Indonesia lawas hingga era 1990-an (maklumlah, saya hanya bisa menikmati musik Indonesia di era itu) dan musik barat (terutama genre musik rock era 70-an dan 80-an, blues, jazz, dan reagge).
Kenyataan ini sepertinya ada yang merekayasa. Hm, siapa lagi terdakwanya selain istri bukan? Ya, sudahlah. Saya tidak mau mengkonfirmasi hal ini pada istri, ya, takut terjadi perang dingin. Yang saya tahu, dia memang tidak begitu suka ketika saya sudah mendengarkan musik. Pasalnya, ketika kegemaran mendengar musik saya lakukan, durasinya bisa mencapai lima jam. Ujung-ujungnya saya tidak tidur. Sewotlah dia. Hm, meski begitu, rasanya tak mungkin dia menghapus koleksi lagu saya.

Tapi, siapa yang menghapus? Lalu, kenapa lagu Ebiet tadi saja yang dia tinggali? Adakah ini semacam pesan? Ya, bukankah lirik lagu itu seakan mengambarkan Indonesia kini?

Tak mau pusing memikirkan hal itu, saya dengari juga satu-satunya lagu yang tersisa. Hasilnya, makin lama lagu itu terus berulang, ada kalimat yang nyangkut di kepala saya; ya, yang baitnya saya kutip tadi. Saya terenyuh dengan kalimat yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Saya merasa tertusuk. Lirik itu seakan membawa saya ke ucapan-ucapan yang telah saya keluarkan.

Adalah sangat sering saya menceritakan dosa-dosa saya agar lawan bicara terus mendengar cerita yang saya tawarkan. Ukh, di warung kopi, di kantin kantor, mereka tertawa mendengar dosa yang sempat saya buat di masa lalu. Saya bangga. Saya jadi pusat perhatian. Pun, kawan-kawan seakan tak mau kalah, mereka bernyanyi tentang diri mereka sendiri; pernah bercinta dengan si A. Lalu bersama si B pernah ‘main’. Fiuh, langit kantin dan warung kota tebal oleh dosa-dosa kami.

Begitu pun ketika melihat televisi, berita di koran, dan kabar di radio. Ah, saya sadari dosa adalah sesuatu yang laris manis. Maka, dosa pun dikemas sedemikian rupa menjadi sebuah sajian yang menarik, yang ditunggu, dan yang diharapkan. Kadar dosa pun semakin menurun, dia semakin biasa. Persis kata orang bijak, ketika sebuah kata makian terus diulang dari waktu ke waktu, maka maknanya akan berubah. Makian itu pun hilang arti.

Lalu, jika begitu banyak dosa-dosa yang bertebaran, bukankah dosa itu bisa berubah makna? Dia kan menjadi biasa dan yang melakukannya pun semakin tiada beban. Bah, kalau soal ini agak sulit menjawabnya, dia menjadi wilayah kepercayaan dan saya tak mau menyinggungnya.

Hm, kita kembali saja ke soal nyanyi tadi.

Nah, akhirnya, karena menemukan satu lagu saja, saya pun tak jadi menghafal lagu tersebut. Pasalnya, lagu itu terlalu ‘mendayu’ untuk dinyanyikan di pesta pernikahan ataupun di karoke bukan? Maka, tetap saja saya tidak bisa menyanyi dan ketakutan saya masih tetap.

Tapi sudahlah, setiap orang memang memiliki ketakutan tersendiri. Dan, ketakutan itu pasti berkembang. Saya pahami, ketakutan itu tumbuh seiring pertumbuhan kedewasaan manusia. Jadi, ketika hingga kini masih ada yang tidak takut pada apapun, misalnya soal korupsi, suap-menyuap, memeras, atau apalah, maka dia akan menemukan ketakutannya sendiri di kemudian hari. Di sanalah kedewasaannya diuji. Seperti saya saat ini, takut menyanyi. Dan, ketika sisi kedewasaan memilih untuk belajar menyanyi, saya benar-benar diuji dengan hilangnya koleksi musik tadi. Bukankah begitu? (*)