25 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14577

Kader Golkar Tebing Ancam Mundur

TEBING TINGGI- Para kader dan simpatisan Partai Golongan Karya (Golkar) Kota Tebing Tinggi resah, dan akan mengancam mundur dari partai, jika Wakil Ketua DPC Golkar Tebing Tinggi Pahala Sitorus, tidak segera disetujui menggantikan posisi HM Syafri Chap sebagai Ketua DPRD Tebing Tinggi.

“Berdasarkan hasil rapat pleno Partai Golkar tanggal 8 September 2011 lalu, telah terpilih Pahala Sitorus sebagai pengganti Syafri Chap menduduki Ketua DPRD, dengan perolehan suara 93 persen. Tapi sampai saat ini, Pengurus DPD Golkar Sumut, belum mengesahkan,” kata Wakil Sekretaris DPC Golkar Tebing Tinggi Sutikno, Selasa (20/9).
Sutikno menjelaskan, pada dasarnya kader Golkar di Tebing Tinggi kecewa dengan DPD Golkar Sumut, yang tidak mengesahkan hasil rapat pleno tersebut.

“Kalau itu tidak terjadi (disahkan, Red), maka kader Golkar Tebing Tinggi akan kehilangan induk dan akan mundur dari partai. Makanya, diminta kepada pengurus DPD Golkar Sumut, untuk memutuskan hasil rapat pleno yang dimenangkan Pahala Sitorus dengan perolehan suara 72 dari 79 peserta,” pinta Sutikno.

Lebih lanjut, Sutikno mengatakan, dari luar peserta rapat, Pahala juga mendapat dukungan dari kader Golkar di tingkat kelurahan, kecamatan dan tingkat Kota Tebing Tinggi.

“Bukan itu saja, dari organisasi Soksi, AMPI dan FKPPI juga mendukung Pahala Sitorus agar disahkan DPD Golkar Sumut menjadi ketua legislatif Tebing Tinggi menggantikan Syafri Chap, sesuai hasil rapat pleno,” jelasnya.
Demikian pula halnya dengan Wakil Ketua Partai Golkar Tebing Tinggi K Sihaloho, juga meminta pengurus DPD Golkar Sumut untuk menjunjung tinggi hasil rapat pleno dengan segera mengesahkan keputusan rapat tersebut.(mag-3)

Anggota DPRD Deli Serdang Pukuli Penarik Becak

LUBUK PAKAM- Aksi tidak terpuji dilakukan oknum anggota DPRD Kabupaten Deli Serdang Jhon Srikana Sebayang, dengan memukul seorang penarik becak bermotor Taufik Hidayat (21), warga Dusun I Desa Jatisari, Kecamatan Lubuk Pakam, Deli Serdang, Selasa (20/9) sekitar pukul 10.00 WIB di Komplek Perkantoran Pemkab Deli Serdang.

Menurut Taufik saat ditemui di RSUD Deli Serdang mengaku, saat itu Taufik Hidayat hendak mengantar adiknya bekerja di Deli Mas Plaza Lubuk Pakam. Ketika berada di persimpangan jalan komplek perkantoran Pemkab Deli Serdang, Jhon datang dari arah Medan menuju komplek dengan mengendarai mobil dan hampir menabrak korban. Ironisnya, sudah hampir menabrak korban, wakil rakyat ini tiba-tiba menghardik Taufik dengan kalimat tak pantas.

“Tidak tahu kau siapa aku,” kata Taufik menirukan ucapan anggota DPRD tadi.
Pun begitu, Taufik tidak memperdulikan hardikan tersebut sehingga membuat Jhon Srikana Sebayang naik pitam.

Kemudian Jhon melempar Taufik dengan susu kemasan plastik dan mengenai dada Taufik. Meski tak terima diperlakukan demikian, namun Taufik berupaya menahan diri. Tapi malah membuat Jhon makin emosi dan turun dari mobilnya. Dengan tangan mengepal, Jhon langsung memukul pipi sebelah kiri Taufik.
Taufik Hidayat sempat melakukan protes. Namun dengan buru-buru, Jhon masuk ke mobil dan tancap gas meninggalkan korban menahan kesakitan. Selanjutnya, Taufik berencana membuat laporan ke Polsek Lubuk Pakam, tetapi diarahkan terlebih dulu membuat visum.

Usai Visum, korban pun mendatangi Polsek Lubuk Pakam membuat laporan. Tapi, Taufik disarakan untuk berdamai dengan Jhon. Malah sudah dibuat surat perdamaian di atas materai dengan uang perdamaian Rp500 ribu sebagai biaya pengganti berobat. “Kamis nanti, kami jumpa lagi untuk membicarakan biaya kenduri, saya disarankan ke kantornya,” ujar Taufik.

Ketika ditanya soal perdamain, Taufik menyatakan, dia tidak terima atas tindakan main hakim yang dilakukan Jhon terhadap dirinya. “Sebenarnya saya tidak terima perlakuan itu, soalnya anggota DPRD melindungi rakyat bukan malah memukuli,” ujarnya.
Sementara Jhon Srikana ketika dihubungi mengatakan, dia khilaf dan sudah meminta maaf kepada korban. Pemukulan itu dilakukannya secara spontan. “Saya khilaf, pemukulan itu saya lakukan secara spontan,” ujarnya. (btr)

Dua Kepsek Rebutan Kursi

BINJAI- Alih-alih membenahi dunia pendidikan dengan memutasi 108 Kepala Sekolah, dilakukan Wali Kota Binjai HM Idham, malah berbuntut pertikaian sesama kepala sekolah.

Hal ini dibuktikan dengan saling bertahannya Kepsek  memperebutkan kursi kepala sekolah di SDN 024761, Jalan MT Haryono, Kecamatan Binjai Utara, Selasa (20/9).

Menurut Ermiati, Kepsek yang lama, kepada Sumut Pos mengaku, Senin (19/9) lalu, ia tidak dapat melanjutkan upacara bendera setelah kedatangan Kepsek yang baru.

“Saya datang lebih dulu, terus saya suruh para murid untuk menyusun barisan melaksanakan upacara bendera. Belakangan, Kepsek yang baru datang, dan menyuruh bubar dari barisan,” ungkap Ermiati.

Lebih jauh dikatakan Ermiati, sebelum Kepsek baru menyuruh membubarkan murid, dia sudah mendapat perintah dari Dinas Pendidikan menjadi Kepsek di SD tersebut.

Bukan hanya itu, sambungnya, karena tidak ada penjaga sekolah, dialah yang membawa kunci sekolah untuk membuka dan menutup sekolah setiap hari.

“Tapi, begitu saya mau membuka pintu sekolah, gemboknya sudah berganti semua, entah siapa yang mengganti gembok itu,” kesal Ermiati.

Meski kesal dengan tingkah Kepsek baru, namun Ermiati berharap, persoalan ini tidak terus berlanjut. Sebab, ia bingung untuk mengambil keputusan terkait persoalan ini.

“Mau saya buat program membenahi sekolah, ada Kepsek yang baru. Jadi, bagaimana pendidikan ini bisa baik. Saya bertahan di SD ini karena belum ada serah terima, dan saya juga tidak tahu kalau saya dimutasi,” ucap Ermiati bernada tinggi.

Sementara itu, Kepsek baru Amnah Herlina, yang juga berada di SD tersebut, kepada Sumut Pos mengatakan, ia datang ke SD itu atas dasar perintah Dinas.

“Saya ada SK dari Wali Kota, makanya saya masuk ke SD ini. Kalau masalah gembok sekolah itu, memang saya ganti dan gembok lama ada di ruang kelas. Gembok itu diganti karna saya juga ingin masuk kantor. Sebab saya juga ada wewenang di SD ini berdasarkan SK Wali Kota,” tutur Herlina.
Disinggung mengenai permintaan Kepsek lama agar diadakan serah terima jabatan (Sartijab) disertai sumpah tidak menggunakan uang menjadi Kepsek, Herlina hanya menyerahkan semua itu kepada Dinas.
“Saya gak tahu soal itu, dan semua itu saya serahkan saja sama Dinas,” tolak Erlina. (dan)

Uang Sertifikasi tak Cair Karena Rekening Mati

BINJAI- Anggaran sertifikasi guru sampai saat ini belum dicairkan oleh Pemerintah Kota (Pemko) Binjai, khususnya dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P) Binjai. Akibatnya, banyak guru yang mempertanyakan keterlambatan pembayaran tersebut, terutama kepala sekolah (Kepsek) yang dimutasi.

Untuk mengetahui lebih jauh terkait sertifikasi guru ini, wartawan Sumut Pos mencoba mencari keterangan kepada Ismail Ginting, Pelaksana Harian (Plh) Dinas P dan P Binjai. Menurut Ismail, uang sertifikasi guru belum dapat dicairkan karena rekening guru banyak yang sudah mati atau tidak aktif.

“Sebenarnya bukan ada kita tahan atau dialihkan kemana-mana. Tapi, banyak dari guru yang rekeningnya sudah mati. Sehingga, saat kita transfer uangnya membal atau tidak dapat masuk,” kilah Ismail.

Namun ketika disinggung kemungkinan rekening guru mati secara serentak, Ismail hanya mengatakan, bahwa fakta di lapangan memang seperti itu. “Saya tidak tahulah, yang jelas di lapangan kita lihat seperti itu,” kata Ismail.
Mengenai anggaran sertifikasi guru ini, sambungnya, sudah mulai dibenahi kembali. Untuk itu, dalam waktu dekat anggaran sertifikasi guru ini akan cair. “Saya tidak tahu pasti kapan pendataan ulang nomor rekening guru yang mati ini selesai dilakukan. Kalau sudah selesai, maka anggaran sertifikasi segera dicairkan,” ucapnya.

Sementara itu, ratusan Kepsek yang telah dimutasi olah Wali Kota Binjai, saat melakukan aksi demo beberapa hari lalu mencetuskan, kalau uang sertifikasi mereka belum dibayarkan. Bahkan, uang sertifikasi guru itu, belum terealisasi di bulan November dan Desember 2010.

Sementara itu di Deli Serdang, tunjangan kesejahteraan guru di lingkungan Pemkab Deli serdang hingga saat ini belum dibayar. Sejumlah guru yang bertugas di lingkungan Pemkab Deli Serdang melalui surat elekotronik yang dikirimkan ke redaksi Sumut Pos, Selasa (20/9) menyebutkan, di pemkab serta pemkot lain di Sumut sudah membayarkan tunjang APBN untuk para guru hingga triwulan kedua. Sementara di Pemkab Deli Serdang belum dibayarkan. Akibat keterlambatan pembayaran tunjangan tersebut, Pemkab Deli Serdang dituding tidak pro guru. Para guru menilai, tunjangan APBN dan APBD Provsu yang dikelola Pemkab terkesan dipermainkan.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Pemkab Deli Serdang, Sa’adah Lubis membenarkan belum dibayarkan dana sertifikasi serta tunjangan yang bersumber APBN dan APBD Provsu.
Namun, katanya, penyebab keterlambatan itu dikarenakan belum lengkapnya pemberkasan dari Kementerian Pendidikan (dan/btr)

Pengembalian Uang Sitaan KPK Ngambang

LANGKAT- Mengambangnya kepastian waktu pengembalian Rp80 miliar uang sitaan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) diduga hasil kejahatan mantan Bupati Langkat Syamsul Arifin, dikhawatirkan berimbas kepada sejumlah proyek fisik. Kemungkinan terbesarnya, mengancam P-APBD 2011.

“Sejauh ini, kita tidak tahu kapan uang itu dikembalikan, menyusul adanya banding diajukan yang kita dengar. Bagaimana akhirnya nanti, sama-sama kita tunggu dan lihat,” kata Kabid Perbendaharaan BPKAD Pemkab Langkat M Efendi Matondang, kemarin (20/9).

Matondang saat ditemui di gedung dewan tidak memungkiri, ketidak jelasan kapan uang dimaksud masuk ke rekening kas Pemkab Langkat tidak hanya mengganggu pengoperasionalan proyek fisik utamanya, namun lebih jauh lagi mengganggu jalannya administrasi pembukuan.

Sebab, tutur dia lagi, kebanyakan pos-pos atau mata anggaran memprediksi, uang itu akan mulus tertransfer setelah berlangsungnya sidang Gubsu non aktif dalam kasus dugaan korupsi APBD Langkat kendati belum ada keputusan tetap dari pengadilan tipikor. (mag-4)

Ingin Anak Jadi PNS, Rp170 Juta Raib

LANGKAT- H Rustam Efendy (57) warga Dusun I Pendidikan, Desa Serapuh Asli, Kecamatan Tanjung Pura, Langkat, pasrah ketika mengetahui uang Rp170 juta disetorkan mengurus anak masuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) raib.
Penuturan korban kepada wartawan di Mapolres Langkat, Selasa (20/9), kasus itu diawali saat pertemuannya dengan Supianto alias Doyok (38), seorang PNS di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Langkat awal 2010 lalu.

“Kejadiannya sekitar dua tahun lalu, ketika bertemu Supianto, yang selanjutnya memperkenalkan kepada Rusdiarto (36) berdomisili di depan kolam renang Dendang, Kelurahan Perdamaian Stabat,” urai korban mengawali.
Supianto mengaku, Rusdiarto mampu mengurus masuk PNS dengan memberikan contoh sebagai upaya meyakinkan beberapa waktu sebelumnya, telah memasukkan beberapa orang jadi pegawai karena memiliki banyak koneksi orang besar (pejabat) baik di tingkat Kabupaten maupun Provinsi.

Rustam yang tertarik, lalu dipertemukan Doyok ke rumah Rusdiarto guna mengurus tiga anak Rustam yang belum bekerja setamat kuliah. Akhirnya, disepakati kalau Rusdiarto siap memasukkan anak korban menjadi PNS dengan mempersiapkan sejumlah uang buat pengurusan.

Tidak sampai disitu, setelah mengantongi modal sebagaimana dibutuhkan, Rustam diajak Doyok dan Rusdiarto menemui rekan mereka lainya yakni Nur Ahmad Sopyan (36) seorang PNS warga Komplek Villa Permai Indah, Kelurahan Perdamaian, Stabat dan Sucipto (42) PNS warga Kelurahan Kwala Bingai, Kecamatan Stabat.
“Uang pendahuluan sebagai administrasi ku serahkan di rumah Rusdiarto di depan kolam renang Dendang Rp70 juta sekitar 14 januari 2010. Katanya untuk tahap pertama anak aku masuk PNS adalah Irmayani (23) dan selanjutnya disusul Julia Fitri (26) serta seorang lagi,” beber korban.

Beberapa minggu kemudian, lanjutnya, dengan bervariasi para pelaku kembali meminta uang sedikitnya enam kali dan ditotal Rp170 juta. Diduga untuk meyakinkan, pelaku pada tanggal 29 Agustus 2010 memberikan surat kepada korban disebutkan tentang surat pengangkatan Irmayani dari badan kepegawaian negara (BKN).

Surat perintah tugas itu bernomor/1013/KA/152/BKN/2010 tanggal 29 Agustus 2010 ditandatangani badan kepegawaian negara RI, Taufik Hidayat Pulungan SH M Hum serta badan kepegawaian negara Sumut, Kabag Kepegawaian Dr Rahayu Hasibuan SE S Sos. “Kalau disurat itu anak saya ditempatkan di Dinas Kesehatan Sumut, tak lama kemudian korban kembali menerima surat pengangkatan Julia Fitri dari pelaku dengan penempatan di bahagian umum Pemprovsu dilengkapi nomor induk pegawai.

Namun anehnya, meski telah menerima SK pengangkatan PNS dan surat perintah tugas, anak korban belum bisa masuk bekerja dengan dalih masih ada yang harus diselesaikan. Kecurigaan semakin bertambah, SK pengangkatan kedua anaknya bertanggal keluar sama, begitu juga dengan nomor SK.

Kasat Reskrim Polres Langkat AKP, Aldi Subartono, dikonfirmasi wartawan perihal pengaduan ini membenarkan telah menerimanya. “Kita masih sebatas melakukan pemeriksaan terhadap saksi korban, setelah semuanya jelas kita akan memanggil pelakunya dan bila perlu langsung meringkusnya,” janji Aldi. (mag-4)

Pelajar SMP Nyaris Dicabuli OTK

TEBING TINGGI- Bunga (13) bukan nama sebenarnya, pelajar kelas II SMP Negeri 2 Sipispis, anak pertama pasangan Asobirin dan Siti Julaika, yang tinggal di Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai, mendapatkan perlakuan penganiayaan dan percobaan pemerkosaan oleh lelaki tidak dikenal (OTK) di rumahnya, Senin (19/9) sekira pukul 00.15 WIB.

Pelaku berhasil kabur lewat jendela kamar korban dan berhasil membawa satu buah handphon milik Bunga.
Aksi pelaku diketahui orangtua korban, ketika korban menjerit meminta tolong. Akibat aksi pelaku, korban shok dan harus dilarikan ke RS Sri Pamela, Kota Tebing Tinggi untuk mendapatkan perawatan medis karena memar di leher bekas cekikan pelaku.

Bunga saat ditemui di RS Sri Pamela Kota Tebing Tinggi, Selasa (20/9) siang mengaku, pernah mengenal wajah pelaku. Malam itu, dirinya baru menyadari setelah pelaku mencium dan hendak memperkosanya dan membawa kabur dirinya dari jendela. Karena tidak berhasil, pelaku langsung mencekik leher korban dan langsung kabur membawa handpon.

“Memang sekilas pernah terlihat wajahnya, tapi aku lupa siapa namanya,” kata Bunga tergolek lemah.
Asobirin, orangtua korban mengaku, pelaku diduga kenal dengan anaknya, karena sebelumnya, anaknya sempat bertengkar dengan teman prianya yang berlainan kampung.

“Atas kejadian itu, saya merasa keberatan dan melapor kepada pihak berwajib,” terang Asobirin sembari menunjukkan surat laporannya LP/33/IX/2011/TT Pispis.

Kapolsek Sipispis AKP R Simanjorang, ketika dihubungi mengaku, pelaku belum tertangkap, tetapi pihaknya menemukan barang bukti baju kaos warna hijau milik pelaku yang ketinggalan dikamar korban. Dikatakannya, pelaku akan dijerat dengan pasal 363 dan 53 Subs 285 KUHPidana tentang pencurian dan percobaan pemerkosaan. (mag-3)

Optimis Sumut Juara Umum

MEDAN-Dirut Bank Sumut Gus Irawan menegaskan bahwa kontingen Bak Sumut harus mampu menjadi yang terbaik alias juara umum pada Porseni Bank Pembangunan Daerah (BPD) se Indonesia yang berlangsung 23-25 September 2011 mendatang.

“Kita sudah melakukan persiapan semaksimal mungkin. Jadi, wajar jika kita mengincar dwisukses, yakni sukses sebagai tuan rumah yang baik, dan sukses dari segi prestasi,” bilang Gus Irawan, Selasa (20/9).
Selanjutnya Gus mengatakan bahwa Porseni IX BPD se-Indonesia 2011 dinilai sangat penting tak hanya untuk mendongkrak prestasi Sumut di bidang olahraga maupun seni. Tapi juga untuk menghilangkan stigma buruk masyarakat terhadap predikat-predikat yang melekat di Sumut.

Gus Irawan juga mengajak seluruh elemen masyarakat Sumut untuk menyukseskan gelaran yang akan didatangi sedikitnya 4000 pengunjung dari luar daerah ini. “Bank Sumut tak akan bisa menyukseskan acara ini sendiri. Masyarakat Sumut juga harus turut bersama menyukseskan perhelatan ini,” tuturnya lagi.

Ada juga target lain dari pagelaran kegiatan ini, yakni Sumut menjadi tuan rumah PON XVIII 2016. “Dengan pelayanan yang kita berikan kepada tamu kita nanti, tentunya akan memberikan kesan baik kepada Sumut. Dan bukan tak mungkin jika kita bisa mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah PON. Dan kembali mendatangkan ribuan umat manusia ke Sumut lagi,” ujar Gus Irawan. (saz)

Johar Arifin Harus Tangung Jawab

Buntut Kekisruhan yang Terjadi Pada Musdalub PSSI Sumut

MEDAN-Kecaman dan hujatan terus bergulir terkait kericuhan yang berdampak pada terjadinya dualisme kepempimpinan di PSSI Sumatera Utara (Sumut), pasca Musdalub PSSI Sumut yang berlangsung di Hotel Asean, Minggu (18/9).

Lagi-lagi, Ketua Umum PSSI Prof Johar Arifin Husein dituding sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas terjadinya dualisme kepemimpinan yang terjadi di tubuh PSSI Sumut.

Zulkifli, mantan pemain PSMS Junior era 80-an, kemarin (20/9) menegaskan bahwa jika Johar Arifin menempatkan orang-orang yang mampu bersikap adil dan bijak di kepanitiaan, maka kekisruhan takkan terjadi.
“Caretaker yang ditunjuk untuk menggelar Musdalub PSSI Sumut sama sekali tidak profesional, bahkan terkesan arogan dan memihak kepada salah satu calon yakni Drs Darwin Syamsul. Semua masyarakat di Sumut menyaksikan jika kandidat lainnya, yakni Ir H Kamaluddin Harahap MSi selalu mendapat perlakuan yang tidak adil, mulai dari mendaftar hingga saat pelaksanaan Musdalub,” tambahnya.

“Musdalub yang benar-benar luar biasa. Tidak ada transparansi. Panitia dengan seenaknya menggugurkan salah satu calon Ketua PSSI Sumut tanpa pernah melakukan ferivikasi, apalagi mengumumkan hasil ferivikasi,” tambahnya.
Sesungguhnya bukan hanya Kamaluddin saja yang mendapat perlakuan yang tidak adil, para pemegang hak suara (pengcab/klub) yang dianggap menjadi pendukung Kamaluddin pun mendapat perlakukan yang tak kalah mengenaskan.

Betapa tidak, pada Sabtu (17/9) ketika mereka ingin mendaftar sebagai peserta Musdalub, panitia mencoba menghambat dengan meminta surat undangan, meski sesungguhnya panitia tidak pernah mengirimkan undangan kepada peserta yang dianggap sebagai pendukung Kamaluddin Harahap.

Ironisnya, dari salah seorang peserta didapati surat undangan yang dikirim lewat faks dari PT Togos Gopas, dan bukan dari sekretariat panitia di Sekretariat KONI Sumut, Jalan Willem Iskandar Medan.

“Jadi, Musdalub itu sudah direkayasa untuk memenangkan Darwin Syamsul. Selain itu, saya juga heran, kenapa Bernhard Limbong yang bukan anggota Exco bisa memimpin Musdalub. Ini jelas bertentangan dengan statuta PSSI, karena di sana dijelaskan bahwa yang berhak memimpin Musdalub PSSI adalah Ketua Umum, Wakil Ketua serta salah seorang dari sembilan anggota Exco. Jadi, secara tegas saya nyatakan bahwa Musdalub kemarin cacat hukum karena bertentangan dengan statuta PSSI,” bilang Zulkifli.

Hasil Musdalub kemarin ternyata benar-benar membuat Zulkifli yang notabene Wakil Ketua KONI Kecamatan Medan Maimoon itu merasa kecewa, karena menurutnya, selama ini Kamaluddin telah membuktikan loyalitas dan kepeduliannya terhadap pembinaan sepak bola di Sumut dengan menjadi donatur tetap bagi tim Pra PON Sumut, serta memberikan wadah kepada para mantan pemain untuk bergabung di tim yang dibinanya PS DPRD Sumut.

“Adakah calon lainnya yang melakukan hal itu. Tidak ada. Semuanya hanya sibuk berfikir dengan jabatan sebagai Ketua PSSI Sumut. Jadi, jika karena hal ini tim Pra PON Sumut kembali gagal lolos ke PON XVIII, maka orang yang harus bertangung jawab adalah Johar Arifin, karena semua ini terjadi akibat keputusannnya menempatkan orang yang salah sebagai caretaker dan panitia Musdalub PSSI Sumut,” pungkas Zulkifli. (jun)

PSMS Kehilangan Pemain Berpotensi

Syaiful Melarikan Diri

MEDAN-Syaiful wingback asal Persisam yang baru bergabung pada Senin (19/9) lalu untuk mengikuti seleksi pemain PSMS, melarikan diri. Entah apa pasalnya, diduga pada malam usai latihan ia didatangi sejumlah temannya. Teman yang menjemput Syaiful ini diduga juga pesepak bola.

Roekinoy saat dikofirmasi membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan, saat sebelum pulang ke rumah dari kantor pengurus di Stadion Kebun Bunga, ia masih mendapati Syaiful bersama teman tim yang lain. “Saya rasa dia pergi setelah saya pulang. Dan dari informasi yang saya terima, sepertinya ia dijemput temannya yang juga pesepak bola,” katanya, Selasa (20/9).

Lebih lanjut Kinoy, panggilan akrabnya, menjelaskan, pada hari pertama latihan Syaiful sudah menunjukkan kualitas permainannya. “Ia sangat potensial, permainannya bagus, di Persisam juga ia kerap menjadi pemain inti. Felling saya ia berlatih di klub lain, Pro Duta misalnya,” tuturnya.

Jika ketakutan itu benar? Kinoy menjelaskan akan melakukan tuntutan terhadap tim dan Syaiful sendiri. “Kita yang jauh-jauh merekrutnya ke Samarinda, koq malah latihan di tempat lain,” ungkapnya kesal.
Sementara itu, Manager Pro Duta Wahyu Wahab yang dikonfirmasi tentang kebenaran tersebut mengatakan, tak ada melatih pemain dari Persisam bernama Syaiful.

Sementara itu, pada sesi latihan Selasa (20/9), sesuai yang diungkapkan Suharto, ia memberikan inti latihan bermateri Support Play. “Maksud latihan ini, pemain dilatih untuk bisa membantu teman satu tim melakukan penyerangan maupun bertahan. Nah, sesi ini akan memberikan daya ganda terhadap tim, baik daya gedor ke pertahanan lawan maupun kekuatan pertahanan tim,” jelasnya lagi.

Pada sesi latihan tersebut yang hadir hanya tinggal 15 orang. Yang tak hadir yakni Novi Handriawan, Njanka, Denny Rumba, Saha, Syaiful dan Simon Kujiro yang telah didepak karena tak memberikan kontribusi yang diharapkan dan permainannya tak berkembang.

Menurut Kinoy, Denny Rumba tak hadir karena kembali ke Semarang dalam pengurusan kerjanya di PDAM kota tersebut. “Ia sudah meminta ijin ke kita dan kita memberikannya. Denny akan kembali lagi nanti,” katanya.
Njanka, seperti telah diberitakan sebelumnya, kembali ke Jakarta untuk mengurus satu hal. (saz)